7.WHO?

599 159 71
                                    

   HAI TEMAN2❤️ jangan lupa komen dan vote nya ya! Agar penulis lebih semangat untuk berkarya.

Terimakasih, selamat menikmati🌸

❤️❤️❤️

   "Segini cukup tidak Yoon-gi?" kuangkat 2 ikat besar sayur pakcoi yang telah kuteliti kesegarannya setinggi dada, tatapanku meminta pendapat dari lelaki berhoodie coklat yang ternyata sedang asik dengan benda pipih di tangannya.

  "Yoon-gi, dengarkan aku atau aku pulang?" barulah Yoon-gi menoleh sebentar kearahku, dan merespon dengan malas. "Hmm."

   Kuputar kedua bola mataku sambil memasukan sayur tadi ke dalam tas belanjaan dan melangkah ke bagian daging beku di minimarket. Ekor mataku menangkap Yoon-gi mengekori dari belakang, tapi masih bermain balap motor dengan iPad.

Aku biasanya datang sendiri ke minimarket tiap akhir minggu untuk belanja keperluan makanku dan Yoon-gi dirumah.

Tapi kali ini Yoon-gi bersikeras untuk ikut, karena ingin menentukan porsi makan kami yang akan bertambah satu orang. Teman lama Yoon-gi katanya akan menginap untuk beberapa hari kedepan dirumah kami, namun aku belum menanyakan pada kakak ku alasannya dan siapa.

   Aku mendengus sebal, "Kalau begini sih aku bisa belanja sendiri, tidak usah ditemani."

   "Ah! Jadi kalah, kan! Rachel, tanggung jawab!" pekik Yoon-gi dengan suaranya yang hampir sebesar toa. Aku melotot dan menyuruhnya diam saat kusadari seluruh pandangan orang disekitar kami terlihat sinis karena mulut besar kakak ku itu.

   "Kau kenapa sih Yoon-gi? Kau ini perempuan ya? Suaramu jelek sekali ketika teriak!"

   "Aish." Yoon-gi menggaruk kepalanya yang aku bertaruh pasti tidak gatal. "Kau yang kenapa! Mau ambil ini itu malah bertanya terus padaku. Aku sedang balapan tahu."

   "Ya ya ya. Terserah mu lah." kutinggalkan Yoon-gi bersama barang belanjaan di atas lantai karena sebal.

"Hei, hei! Rachel!"

   Aku menyerah dan mengabaikan Yoon-gi , lalu pergi mencari snack, berharap lelaki itu dapat memilihkan daging yang bagus untuk kami bertiga nanti. Mulutku terus merapalkan mantra mengutuk kakak ku itu dan tanganku bergerak menelusuri rak makanan ringan untuk mencari snack jagung favoritku yang ajaibnya hanya tinggal satu buah dan ditaruh agak jauh diatas rak sana.

   "Sialan." aku berjinjit, berusaha menggapai benda tersebut.

   Sebuah jemari menyentuh lembut punggung tanganku ketika aku hampir saja mengambil snack favoritku. Aku terkesiap mengetahui seseorang juga memiliki target snack yang sama.

   "Singkirkan tanganmu, aku yang lebih dahulu memegang. Ini punyaku." aku berkata sinis, sambil menoleh ke sosok di sebelah yang sedang melihatku juga, hendak mengintimidasinya.

   Ups. Ternyata seorang perempuan yang cantik. Sangat amat cantik.

   "Eh.." aku agak terkesima melihat paras tanpa pori dan hidung mancung sempurna milik orang itu. Bulu matanya sangat lebat dan pandangan matanya teduh. Bola mata berwarna zamrud yang jarang aku lihat pada orang lain dimiliki olehnya, bahkan bibir ranum berwana pink miliknya seolah selalu mekar seperti sebuah bunga yang indah di musim semi.

   Aku ikut tersenyum kikuk, separuh diriku malu karena telah terpesona oleh gender yang sama.

   Separuhnya lagi malu karena telah berusaha mengintimidasi perempuan ini hanya karena sebuah snack jagung.

"Oh, maafkan aku. Kau boleh memilikinya." ia tertawa kecil dan memilih untuk mengalah.
"Aku ingin mengambilnya karena ini snack favoritku."

"Ah, tidak apa-apa, aku.. aku lebih suka nori pedas, eh.. anu-" aku hendak berbicara lagi, tapi kemunculan seseorang berjaket hitam tebal yang terlihat hangat di belakang perempuan seumuranku itu membuat bolamataku ingin meloncat keluar.

𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐜𝐫𝐢𝐬𝐢𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang