19.KISSED

575 121 172
                                    

   "Silahkan tanda tangan disini, Dokter." petugas administrasi menunjuk kolom kosong diatas kertas sambil tersenyum.

   Seokjin balas tersenyum. "Maaf, sudah saya bilang tidak perlu memanggil saya 'dokter' disini." katanya sambil membubuhi tanda tangan.

"Tetap saja saya tidak enak Dokter Jin, secara Dokter kan lebih senior daripada saya." katanya. "Oh iya dokter, Dokter Jin kapan akan bertugas lagi disini seperti biasa? Masih penilitian di SMA Iseol?"

   Lelaki ini sebenarnya tidak tertarik untuk bicara apapun sekarang, terlihat dengan caranya menyodorkan lagi berkas demi menghindari obrolan lebih lanjut.

"Begitulah, saya pamit dulu." ia tersenyum lagi sebelum melenggang pergi.

Ada banyak alasan Seokjin belum ingin kembali ke dunia kedokteran. Sebenarnya ia sudah menangani pasien di umur 16 tahun dan bekerja di rumah sakit ini sejak dulu. Namun, akibat kelengahan Seokjin ketika turut andil dalam operasi ginjal salah satu pasien dan mengakibatkan pasien itu koma, menjadi alasan Seokjin memilih untuk mencari pengalaman dahulu sebelum memutuskan untuk menjadi dokter muda.

Ia merasa belum pantas. Seokjin bersekolah di kedokteran karena beasiswa dan sponsor dari seseorang. Tentu saja ia ingin menunjukkan pretasinya, bukan kegagalan.

Dua orang perawat terlihat keluar dari ruang rawat Rachel sambil membawa botol infus kosong dari dalam sana.

Walau operasi berhasil dan Rachel selamat, masih butuh beberapa jam bagi gadis betubuh langsing itu untuk beristirahat. Cemas. Seokjin mengintipi Rachel dari jendela transparan yang ada di bilik pintu, dan ternyata gadis itu masih tertidur dengan nyamannya diatas bankar.

   Tangan Seokjin bergerak merogoh saku piyamanya dengan iris mata menatap Rachel. Suatu benda berukuran kecil yang ia genggam mungkin menjadi salah satu penyebab Rachel hampir bunuh diri.

  Ia meneliti benda ditangannya terlebih dahulu, mencari cara untuk menggali informasi yang ada dalam sana.

   Ketika seorang suster berjalan melewati Seokjin, lelaki itu langsung menghentikan langkah suster dengan memblokir jalannya.

   "Maaf suster, apa disini ada komputer yang bisa saya pakai?" tanyanya.

   Anggukan kepala sang suster membuat Seokjin lega sekaligus merasa begitu penasaran disaat bersamaan. Senyuman yang tercetak di bibirnya menipu semua orang yang melihat, membuat orang berfikir ia baik-baik saja padahal begitu banyak pertanyaan menempel di benaknya.

   "Ada satu di ruangan administrasi staf. Silahkan ikuti saya, Dokter Jin." ajak sang suster.

   "Terimakasih." Seokjin akhirnya mengikuti suster berjalan di belakangnya.

❤️❤️❤️

   "Aku maunya es krim, bukan pudding!" rutuk gadis berumur 17 tahun pada seorang dokter tua yang menanyakan keadaannya.

   Perawat yang melihat hanya bisa tersenyum keheranan dan menggelengkan kepala. Gadis yang baru saja masuk kemarin karena hampir bunuh diri itu kini terlihat sehat seperti sedia kala.

   Tidak mau makan obat pil, inginnya obat sirup. Tidak mau makan kangkung, maunya bayam. Tidak mau minum air putih, maunya cola. Rachel terus-terusan menolak perintah dari dokter yang merawatnya, hingga membuat dokter yang rambut putihnya hanya sisa sedikit di bagian tengah kepala itu ikut bingung membujuk pasiennya.

   "Nanti akan saya bicarakan dengan bagian gizi, tapi tolong habiskan puddingnya karena pencernaanmu baru bisa menerima makanan lunak," terangnya sambil membetulkan posisi kacamata.

𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐜𝐫𝐢𝐬𝐢𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang