Chapter 3

1.3K 130 1
                                    

Sinar matahari mulai menembus kedalam kaca kamar kontrakan Jimin.

Dan sang empu kini tengah berusaha mencoba untuk bangun.

Jimin mulai mengerjapkan matanya berkali kali untuk menghilangkan buram di netra nya.

Jimin mulai bangkit dan beranjak ke kamar mandi untuk bersiap sekolah.

Jimin seperti biasa ia pergi ke Halte Bus. Ia sebenarnya sangat lemas.

Namun apalah daya jika dirinya tetap harus sekolah.

16 Menit menunggu akhirnya bus datang. Jimin naik lalu ia duduk di kursi paling belakang dekat jendela.

Cukup memakan waktu 20 Menit untuk sampai. Jimin akhirnya turun. Lalu ia mulai memasuki gerbang.

Seperti biasa banyak yang mengejek
nya. Ia berusaha untuk tak mendengarnya.

Jimin melangkah disetiap koridor. Semua mata yang ada disana menuju kearah Jimin.

Menatap Jimin jijik. Jimin hanya bisa menahan.

Ia tak kuat. Ia lelah. Ia ingin istirahat. Ia ingin tertidur. Izinkan ia istirahat walau satu menit.

Kata kata yang berusaha membuat Jimin bangkit. Namun kata kata itu pun seperti membunuh Jimin.

Jimin terlalu baik untuk dapat ini semua. Ia terlalu suci untuk dinodai.

Jimin sampai dikelasnya. Ia melihat banyak tumpukan sampah dimejanya. Jimin pun memungut sampah itu.

-Sekarang ia jadi anak tukang sampah

-Bahkan dia cocok dengan sampah itu

-Aku baru tahu anak itu sampah

-Aku kasihan pada Eomma nya yang melahirkan anak seperti dia

-Huh~ benar benar menjijikan

Cemooh cemoohan itu keluar dari seluruh mulut siswa. Jimin mendengarnya. Ia berusaha untuk tak menangis.

Jimin selesai membersihkan sampah nya. Ia mulai duduk di bangku nya. Dan menelungkup kepala ny.

Pusing.

Mual.

Sakit.

Tertimpa.

Ditusuk.

Lemas.

Kata kata itu yang bisa Jimin prediksi kan. Kini tubuhnya sangat lemas.

'Tuhan kuatkan aku hingga pulang.'

Batin Jimin.

Jimin memulai pelajaran nya. Ia berusaha fokus pada pelajaran walau sebenarnya kini perut juga kepalanya sakit.

Jimin menahan semua itu. Sampai Seonsengnim melihat keadaan Jimin.

"Jimin Ssi. Kau sakit? Pergilah ke rumah mu dan istirahat. Kau ku izinkan tidak masuk sehari. Istirahat lah."

Ujar Seonsengnim. Jimin pun membawa tas nya. Lalu ia membungkuk hormat pada Seonsengnim.

Dan mulai mengambil langkah panjang keluar sekolah. Tujuannya kini rumah sakit seoul.

Jimin sampai di rumah sakit seoul. Kini ia tengah di ruangan Uissanim.

"Jadi. Apa yang bisa saya bantu?"

Tanya uissanim. Jimin pun memberitahu apa yang ia alami.

"Belakangan ini saya selalu lemas, mual, perut saya seperti di tusuk, juga kepala saya sangat sakit. Pandangan saya selalu memburam."

Stop Please! [PJM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang