Chapter 8

1.2K 120 7
                                    

Pagi nya Jimin terbangun. Disana sudah ada Haseok dan Tn. Jung.

Mereka tadinya ingin membangunkan Jimin namun tak tega saat melihat Jimin yang tertidur pulas.

"Appa?"

Gumam Jimin.

"Hei! Kau melamun minie? Mau pulang?"

Ujar Tn. Jung. Di balas anggukan semangat.

"Baiklah. Appa akan panggilkan suster untuk mencabut selang infus mu."

Ujar Tn. Jung.

"Nee."

Jawab Jimin. Lalu tanpa sadar Haseok melihat kalung yang Jimin pakai.

"Kemarin kau tidak memakai kalung. Kenapa sekarang pakai?"

Tanya Haseok.

"Ahhh! Ini pemberian Kookie. Aku dan Jungkook memakai kalung ini."

Ujar Jimin. Lalu Haseok hanya mengangguk.

Seorang suster pun datang bersamaan dengan Tn. Jung. Begitu juga sang Uissa.

"Jimin nanti obat nya di minum nee."

Ujar sang Uissa lembut. Lalu Jimin mengangguk. Dan infus Jimin pun di lepas.

"Kamsahamida Uissanim."

Bungkuk Tn. Jung begitu juga sang Uissa.

"Kalau gitu saya permisi."

Ujar Uissa lalu keluar. Dan Jimin ia duduk di ranjang melihat keluar jendela. Karena yang lain beresin perlengkapan Jimin.

Ditengah perjalanan. Jimin melihat taman.

"Appa! Izinkan aku ke taman. Sebentar saja. Nee?"

Ujar Jimin dengan puppy eye nya.

Tn. Jung yang melihatnya gemas. Ingin sekali ia memakan anak angkat nya.

"Ahh!!! Nee."

Jawab Tn. Jung dan Jimin pun bersorak gembira.

Kini mereka di taman. Lalu Jimin melihat anak kecil yang lari kesana kemari.

Tes~

Darah. Lagi lagi keluar disaat yang tidak tepat.

Jimin pun menatap Haseok lalu meminta Izin ke toilet.

"Hyung aku ke toilet dulu nee."

Ujar Jimin. Lalu Haseok mengangguk. Dan melanjutkan melihat anak kecil.

Jimin Pov On

Aku berlari ke kamar mandi.

Penyakit ku kambuh lagi. Aku sebenarnya bisa menahan nya jika itu sakit kepala.

Tapi ini? Darah. Aku tak membawa obat ku. Oh Tuhan aku harus apa?

Aku membersihkan darah itu.

"Akh!"

Aku menahan sakit di kepala ku. Sepertinya ini semakin parah. Beruntunglah paru paru ku tidak berulah. Jadi aku tak akan kewalahan.

"Hah! Ya tuhan! Kenapa sakit sekali hiks!"

Aku mulai terisak. Nyawa ku seperti di ambang. Bagaimanapun aku harus kuat.

Saat darah sudah bersih. Aku menjambak rambutku keras.

Sakit.

Perih.

Panas.

Semuanya menjadi satu di dalam tubuhku.

Stop Please! [PJM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang