15. The New Plan

762 150 40
                                    

"Ujian sebentar lagi, Cas. Mending lo belajar. Gak usah urus masalah itu dulu. Ingat, nilai lo itu nilai gue."

Lucas merotasikan bola matanya malas. "Ini masalah hidup dan mati. Lo masih mikir soal nilai ujian? Lo kira ujian lebih penting dari ini?"

"Iya." Tzuyu menutup bukunya tidak santai. "Bahkan lebih penting dari masalah ini."

"Sudah gila ya, lo." Mark bergidik ngeri.

"Heh, kingkong. Lo sudah berapa lama tinggal di rumah gue? Apa lo gak paham sifat ayah gue?"

"Ya mana gue tahu, emang gue anaknya? Toh, selama di rumah, walau ada orangnya, rumah lo kayak rumah gak berpenghuni, tahu. Gak ada yang ngomong. Gue mah milih di kamar aja akhirnya,"

"Ayah gue bisa-bisa ngamuk kalau nilai gue jatuh," Tzuyu melepaskan kacamatanya. "Dan itu lebih buruk dari kematian."

"Kayaknya susah banget deh hidup jadi lu. Coba gimana hidup jadi Lucas? Pasti enak."

Tzuyu mendengus. Ia membuka ponselnya untuk istirahat sejenak. Mengabaikan Lucas yang malah asik cerita tentang hidupnya.

Saat asik dengan ponselnya, satu notifikasi membuatnya sedikit tersentak. Itu dari Jungkook. Entahlah, sejak mengetahui kalau Jungkook mendekatinya hanya karena ingin membunuhnya, membuatnya sedikit sakit hati. Sebenarnya, ia tak sungkan mengungkapkan kalau tingkah Jungkook itu terlalu manis.

Terlalu manis untuk menjadi seorang pembunuh.

Jungkook : Sibuk gak? Bisa ketemu sekarang?

Alih-alih membalas pesannya, Tzuyu justru memblokirnya.

'Gak penting.'

Tzuyu melemparkan ponselnya ke mejanya. Membuat Lucas yang ada di hadapannya kaget.

Ya, posisi mereka lagi duduk berhadapan di perpustakaan. Belajar bareng, katanya. Sebenarnya Tzuyu tidak pernah setuju, tapi karena Lucas bilangnya mau minta diajarkan fisika, ya mau tak mau. Nilai Lucas adalah nilainya.

"Buset, dah. Lo dari kemarin marah mulu. Kenapa, sih?" ujar Lucas sewot tak terima.

"Jungkook mau minta ketemu. Kenapa coba? Dasar gak tahu malu."

Lucas memainkan alisnya naik turun. "Wah, ceritanya lagi sakit hati nih, ya"

"Ya lo pikir aja. Emang enak dikasih harapan, terus dimanfaatin gitu?"

"Gak enak, ya?"

"Ya iyalah."

"Sama yang kayak gue rasain,"

Tzuyu mengalihkan pandangannya ke Lucas. "Hah? Apa?"

"Gue mau ngerasain ke luar angkasa dan melaju secepat kecepatan cahaya untuk membuktikan teori relativitas Einsten. Terus pas gue datang ke bumi, mungkin aja jodoh gue sudah lahir dan gue masih muda. Gue gagal mulu soalnya," tangkis Lucas ngawur.

Tzuyu bergedik ngeri. "Sinting lo."

"Lagian, kita lagi gak bahas itu. Kenapa lo---"

"Tzuyu! Kebetulan banget kamu disini. Kenapa tadi pesan gue dak dibalas?"
Jungkook menginterupsi percakapan keduanya secara tiba-tiba.

Melihat kedatangan Jungkook, membuat Lucas sontak berdiri. Ia langsung menghalangi pandangan Jungkook. Ia berlagak seolah mau menantangnya.

"Idih, lo siapa sampai pesan lo penting banget buat dibales?" tanya Lucas dengan nada songong setengah mampus.

Jungkook sontak terkejut. Ah, ralat. Pura-pura terkejut. "Loh, ada apa? Kok lo jadi gini?"

"Gak usah pura-pura gak tahu ya, sialan. Lo tahu kan gue Lucas?"

Change! | Lucas-Tzuyu✓(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang