16. Curious

734 146 22
                                    

"Tzuyu, jangan marah, dong. Kemarin kan beneran kepepet,"

"Hm."

"Tuh, kan, marah."

"Enggak."

"Tapi kenapa jawabnya singkat banget?"

"Enggaaaaaaaaakkk,"

"Itu mah sengaja---"

"Diam." Sambar Tzuyu cepat. Ia sudah muak mendengar Lucas mengoceh sejak tadi hanya untuk memastikan bahwa dirinya tidak marah.

Ya, sebenarnya sedikit kesal, sih. Orang gak tahu apa-apa, eh main ditinggal aja. Mudah banget kayaknya ninggalin gitu aja tanpa kasih kabar apapun.

Dasar cowok.

Entah untuk yang keberapa kalinya Tzuyu mengumpat Lucas tapi membawa nama baik seluruh kaum laki-laki.

Lucas bergidik ngeri. Ia kemudian mengambil buku paket fisikanya yang masih mulus. Sangat berbeda dengan buku Tzuyu yang sudah lecek seperti bungkus cabai.

"Ya sudah. Sekarang, kita beneran belajar, gue serius." Ujarnya.

"Kan kemarin sudah materinya, sekarang pemahaman soal-soal. Bisa nih, coba dulu sedikit, sepuluh soal dulu." Tzuyu menyerahkan dua lembar kertas kepada Lucas.

"Duh, gue gak pernah sentuh ginian, alergi."

Tzuyu berdelik. "Ker-ja-kan."

Seram. Lucas segera mengambil kertas soalnya dan mengerjakannya semampunya. Sebenarnya, kalau boleh jujur, ia benar-benar tidak tertarik dengan pelajaran eksakta. Ia lebih tertarik dengan pelajaran non-eksakta. Beruntungnya, keluarganya juga tak menuntut ia harus mahir dalam pelajaran ini. Cukup ia menguasai dan menyukai satu bidang saja, keluarganya sudah senang dan tidak akan memaksakan ia juga harus hebat pada pelajaran lain.

Ah, dia jadi rindu keluarga aslinya. Keluarga Tzuyu benar-benar membosankan. Keluarganya juga terlihat sangat menuntutnya untuk mahir dalam pelajaran eksakta. Padahal, kalau dilihat-lihat, ia sangat berbakat dalam menyanyi. Dengan wajah yang juga mendukung, Lucas yakin Tzuyu pasti bisa jadi penyanyi terkenal.

 Dengan wajah yang juga mendukung, Lucas yakin Tzuyu pasti bisa jadi penyanyi terkenal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sayang banget, padahal punya potensi." Gumam Lucas pelan.

"Potensi apa? Lo ngapain aja?"

Lamunan Lucas buyar saat itu juga. Astaga, ia belum mengerjakan satu pun.

"Ah, ini potensial maksudnya hehe. Energi potensial nih,"

"Hah? Apa sih? Kita lagi bahas nomor dua, nih. Gak ada kaitannya dengan energi potensial,"

Lucas menyengir sambil menggaruk tengkuknya yang memang gatal. Tzuyu menghela nafas berat. Memang butuh kesabaran ekstra untuk mengajari makhluk ini.

"Kayaknya, lo emang gak minat deh sama pelajaran ini," Tzuyu menimang-nimang. "Kalau emang tebakan gue benar, gue gak mau memaksa lo, Cas. Lo coba aja semampu lo."

Change! | Lucas-Tzuyu✓(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang