2. Titik Terendah Yoanna

8.5K 337 14
                                    

Bunyi beep pada alat bantu deteksi jantung dan pipa saluran infus di hidung Shaila selama satu Minggu sudah menguras air mata Yoanna. Di kursi tempat Yoanna duduk seperti biasa semenjak si kecil rutin dirawat telah menjadi tempat singgah Yoanna sepulang kerja. Sudah berkali-kali Yoanna mencoba untuk cuti tetapi pihak perusahaan tidak mengiyakan, jika Yoanna masih ingin bekerja maka niat itu harus Yoanna buang. Ya, jika perlu Yoanna kubur dalam-dalam tujuannya.

Kedua mata Yoanna mengitari seisi ruangan kamar inap. Ia menangkap di mana pengasuh Shaila tertidur pulas di atas lantai beralaskan karpet kecil, sehingga telapak kaki itu masih melekat di lantai yang dingin. Yoanna bangkit dan berusaha membangunkan wanita bernama Kima.

"Eh, iya. Ada apa Bu?" sontak Kima mengusap sisi bibir yang sedikit basah.

"Kamu tidur di sofa sana! Jangan disini, dingin!" Yoanna sedikit mengguncang tubuh Kima.

"Ah nggak apa-apa kok Bu, kan saya udah biasa. Ibu aja yang tidur ya, biar saya jagain nona Superman." anjuran Yoanna tidak berguna untuk Kima.

"Udah, kamu kan seharian jagain Shaila. Sekarang gantian aku, kamu yang tidur! Tapi jangan disini, nanti kamu masuk angin gimana? Aku juga kan yang repot nantinya?" solusi Yoanna terbalas anggukan kepala Kima.

Sembari mengemas karpet tiba-tiba pikiran Yoanna teringat akan sesuatu di tasnya. Perlu beberapa detik untuk berpikir sebelum akhirnya Yoanna bertindak mengambil kertas berukuran kecil, warna hitam kartu nama itu Yoanna teliti. Arga Mahesa. Nama yang seketika bermukim di pikiran Yoanna 'ngapain sih Ratu kasih aku kartu nama ini orang?'. Tidak lama Yoanna ingat nama teman akrabnya yang tidak lain adalah seorang model di tempat Yoanna bekerja. Yoanna menarik ponsel di saku celana kemudian mencoba menghubungi nomor Ratu.

Menunggu lima detik saja Ratu mengeluarkan suara binal dan Yoanna sedikit terhibur,

"Gimana? Kamu mau kan?" dari arah seberang Ratu mengulangi kembali ucapan beberapa jam lalu di tempat Yoanna bekerja.

"Gimana apanya? Aku baru liat kartu nama yang kamu kasih ke aku," kartu hitam itu Yoanna mainkan. "Em... Ngomong-ngomong ini siapa sih? Model baru? Apa gebetan kamu yang baru? Terus nanti supaya aku bikin alasan sama suami kamu kalau dia temen aku?"

"Aduh, bisa nggak sih kamu itu positif thinking ke aku? Bukan itu sayang, Arga itu... Dia bos batu bara." Ratu mulai tidak terima dengan asumsi Yoanna.

"Terus apa hubungannya sama aku? Udah deh Ratu, aku itu males ngeladenin imaginasi kamu yang berantakan itu." hampir saja Yoanna mengakhiri panggilan tetapi Ratu sudah lebih dulu mencegah.

"Aku sih cuma nawarin kamu kerjaan Yo, dia itu single. Em... Duda sih, tapi... Dia nggak suka terikat gitu sama cewek..."

"Ah aku tolol bahas masalah itu, udah ya?" kedua kalinya Ratu mencegah Yoanna mengakhiri panggilan telepon.

"Eh tunggu dulu! Dia pengen nyoba jalan sama kamu Yo, dia pernah liat kamu sekali di kafe sama aku. Dia nungguin kamu di restoran Mexico biasa tempat kita nongkrong sama bos!" terdengar ratu berdehem. "Jam delapan malam, dia udah siapin gaun buat kamu ke acara dia. Plis jangan telat atau kamu bakalan dipecat!"

"Dipecat? Kok bisa?" suara Yoanna meninggi.

"Dia keponakan si bos!"

Saat itu bunyi panggilan berakhir membuat Yoanna membanting punggungnya di kursi. Sial! Yoanna belum sempat memberi alasan atau bahkan penjelasan jika ia tidak ingin memikirkan seorang laki-laki. Yoanna tahu bagaimana kondisinya sekarang, dia wanita yang sudah memiliki satu anak. Bahkan Shaila perlu diberi perhatian khusus dan biaya yang tidak sedikit untuk melunasi semua fasilitas di rumah sakit.

𝐍𝐚𝐮𝐠𝐡𝐭𝐲 𝐃𝐞𝐜𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 [ROMAN 21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang