Hamburg, Jerman
Rapat sudah selesai sekitar lima belas menit sebelum sebuah teriakan mengganggu ketenangan pria berusia 33 tahun bernama rahasia Jee. Bukan hari ini saja sosok tampan berdarah Indonesia-Jerman dengan pancaran mata cokelat tua, disertai bibir tebalnya yang seksi itu lebih suka menikmati ketenangannya yang terkesan tiba-tiba. Tapi tidak! Sudah eman tahun lamanya Jee lebih menyukai kegiatan penting dan terkesan serius daripada menjadi seorang model atau bintang film panas seperti dulu. Meski Jee masih berhubungan dengan dunia hiburan, tetapi Jee berupaya memberi instruksi untuk perusahaannya yang ia dirikan tiga tahun lalu saja. Jee menjadi pemimpin utama namun Jee lebih sering menghabiskan waktu dengan dunianya sendiri, yaitu Jee mulai menyukai dunia fotografi. Meski Jee tidak mahir menggunakan kamera tetapi Jee berani membayar mahal untuk fotografer pribadinya.
Suara gaduh dari pintu yang dipaksa untuk terbuka tidak membuyarkan lamunan yang sudah enam tahun menggerayangi angan Jee. Bayangan dan aroma vanilla pada seorang wanita berwajah garang yang menurut Jee itu sangat menggairahkan. Alis tebal dan bibir dilapisi pelembab yang sudah membuat mimpi dan kegilaan Jee terhadap sang fotografer tidak pernah luntur, apalagi saat Jee mengulang di mana wanita Asia itu begitu berani membentak dan mengatur-atur pose Jee dalam proses pemotretan. Sungguh, gejolak itu meradang tetapi impian untuk bertemu sudah sangat mustahil. Jee sudah berusaha mencari tahu di mana gadis itu tinggal tetapi Jee hanya menemukan satu kenangan berupa nama inisial 'Y' di lentera.
Berkas yang seharusnya Jee tandatangani hanya terisi sebuah coretan yang tidak jelas karena tangan Jee memainkan bolpoin di atas surat dokumen. Saat Jee sadar melakukan kesalahan, Jee hanya membuat mudah dan menyuruh sekretarisnya memperbaiki. Tapi bukan karena Jee tahu jika lamunannya semakin dalam saja tetapi Jee melihat pintu berhasil terbuka.
"Kau tidak mendengar suaraku? Kau juga mengabaikan panggilan dariku hah?!"
Dari pintu megah itu meloloskan tubuh molek mendatangi tempat duduk Jee. Amukan yang selalu Jee dapatkan dari seorang Aloysia Bruna wanita asli Jerman yang tidak lain adalah tunangan Jee. "Sayang, kau tidak mendengar aku berbicara?"
Jee melirik sekilas wajah cantik Aloysia lalu tatapannya kembali ke arah Yudhistira. Jee menyenderkan punggung ke kursi kemudian mengangkat satu kakinya, jari telunjuk mengetuk-ngetuk meja seolah mengiringi nada kematian untuk pria setengah wanita yang biasa disapa Ira. Seorang asisten yang dipilih Jee untuk Aloysia.
"Em... Maaf bos," Ira menyeka rambut wig yang menutupi mata. "Aku udah larang tawon ini buat nggak masuk, cuma eike gagal. Tamparan dia di pipi panas banget Bos!"
"Bawa dia keluar!" Suara bass itu memberi kode. Jee bosan jika harus mendengar ocehan Aloysia ataupun Ira.
Aloysia merasa dipermainkan oleh bahasa asing di telinga. Aloysia geram lalu mengacak-acak dan akhirnya menarik wig Ira. "Bisakah kalian berbicara bahasa yang bisa aku pahami? Aku mohon bicaralah dengan bahasa Jerman."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐍𝐚𝐮𝐠𝐡𝐭𝐲 𝐃𝐞𝐜𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 [ROMAN 21+]
RomancePengalaman kedua menjadi fotografer majalah dewasa memang bukan perkara mudah. Apalagi bagi ibu satu anak seperti 𝐘𝐨𝐚𝐧𝐧𝐚 𝐌𝐚𝐫𝐜𝐞𝐥𝐥𝐚. Tak terkecuali dengan 𝐉𝐚𝐦𝐢𝐞 𝐎𝐥𝐢𝐯𝐞𝐫 𝐙𝐡𝐚𝐢𝐧, atau dengan nama panggung 𝐉𝐞𝐞. Pria berdara...