Part 2

376 38 11
                                    

Sebenarnya ia benar-benar takut,namun sisi kemanusiaannya memaksanya untuk memeriksa tangan pucat itu sambil menyodok-nyodokkan sebuah kayu ke tangan itu.Ia juga mencoba membuka rerimbunan ilalang dan mendapati bahwa tangan itu masih tersambung dengan pemiliknya.Iya,Sarada mengira awalnya itu tangan hasil mutilasi seseorang.

Sarada beberapa kali menarik napas guna meredakan rasa takutnya.Ia segera mendekati sosok pucat itu yang tak lain adalah seorang pemuda yang cukup tampan. dalam balutan pakaian serba berwarna silver.Saat Sarada memeriksanya,ternyata pemuda itu masih bernapas,artinya ia bukanlah sesosok mayat.

🦄🦄🦄

Rumah Sarada sangat dekat dengan pantai.Dari dalam rumahnya yang tak terlalu besar ini,Sarada bisa mendengar suara deburan ombak memecah karang membelai lembut daratan berpasir.

Tepat di saat ini,gadis berkacamata merah itu sedang sibuk merebus air untuk mengompres pemuda pucat yang ia temukan di ribun ilalang tadi.

"Hmm..Dia kenapa ya ?"Tanya Sarada sambil membawa sebuah baskom berisi air hangat dan handuk kecil menuju kamarnya.

Beberapa menit yang lalu,dengan susah payah Sarada membawa pemuda tadi ke kamarnya karena lebih dekat dari pintu masuk.Sebenarnya masih ada satu kamar lagi di rumah itu,tapi Sarada terlalu lelah membopongnya sampai ke kamar lain yang jaraknya lebih jauh dari kamarnya.

"Ok..Karena gue gak punya uang mau bawa loe ke dokter,jadi gue yang bakalan jadi dokter buat loe.."Ucap Sarada sambil menyisipkan sebuah termometer badan di sela ketiak pemuda itu.

Sembari menunggu hasilnya,Sarada menghabiskan waktu untuk membaca komik di ponselnya usai mengompres dahi pemuda itu.


Tit..Tit..Tit..Tit..

Terdengar suara thermometer tadi lalu Sarada segera mengambilnya dan melihat hasilnya.Namun apa yang Sarada saksikan benar-benar diluar dugaan dan sangat tidak masuk akal.Ia tidak bisa melepas tatapannya dari angka yang tertera di thermometer itu.

"Mi..Minus 35 ? Loe itu orang bukan sih ?!"Seru Sarada sambil bangkit dari tempat duduknya.

Sarada mengerjap beberapa kali menatap pemuda itu lalu ke thermometer secara bergantian.Sarada beberapa kali ia menelan ludahnya dengan perasaan yang kembali bergidik.Ia perlahan menyentuh tangan pucat itu namun ia merasakan tubuhnya yang hangat.

Lalu ini apa ? Kenapa begini ? Gumam Sarada dalam hati.

Sarada kembali menelan ludahnya dengan kedua tangan mengepal kuat.Sekali lagi ia mendekatinya dan memeriksa nafas serta detak jantungnya.

"Dia masih hidup kok ! Cuma,kenapa suhu tubuhnya sedingin itu ? Tapi waktu gue sentuh normal-normal aja !"

Sarada segera bangkit lalu meninggalkan pemuda itu seorang diri.Ia hanya ingin pemuda pucat itu segera sembuh,itu saja.Sarada segera keluar dari kamarnya dan memindahkan beberapa barangnya ke kamar sebelah.

🐩🐩🐩

Sarada tertidur cukup lama di kamar lainnya.Menyadari hari telah sore,Sarada bergegas  ke kebun belakang rumahnya untuk memanen beberapa ubi jalar untuk makan malamnya lalu mandi di kamar mandi yang hanya ada satu di rumah itu.

"Uhmm..Dia udah sadar belum ya ?"Gumam Sarada.

Tanpa pikir panjang,Sarada segera menemui pemuda pucat tadi dan menjumpai bahwa tidak ada aktivitas yang menunjukkan bahwa ia sudah sadar atau sempat sadar sebelumnya.

"Kok lama ya,dia pingsannya ?"

Dengan polosnya,Sarada kembali meletakkan telinganya di dada bidang pemuda itu.Jantungnya masih berdetak,tapi entah kenapa ia seolah telah mati.Untuk memastikan hal itu,Sarada terus menatap gerak napasnya namun tak lama kemudian,ia merasakan satu belaian lembut di puncak kepalanya.

PleiadesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang