Haii sebelum baca cerita ini,di follow ya hehe,trs kalo suka jangan lupa vomment,soalnya itu semua jadi penyemangat lanjutin cerita ini hehe makasihhh :)
Sangat jelas terlihat,bahwa sekeras apapun es, Ia akan meleleh pada waktunya.Tanpa disadari, Termasuk perasaan."
Happy Reading!
"Sya."Belaian dirambut Rasya membuatnya terbangun,Ia mencoba melihat siapa yang sedang disampingnya.Setelah penglihatannya mulai jernih,ia melihat Rishab dengan muka datarnya.
"Ka-Kakak?"Ia sangat jujur mengekspresikan diri bahwa dia masih takut melihat Rishab.
"Kakak minta maaf sayang,tadi pagi kakak gak sengaja."Kali ini mata rishab berkaca-kaca,baru pertama kali ini ia melihat kakaknya yang seperti Es ini menahan tangis.
"Iya kak,syasya paham "Sembari memeluk Rishab,Ia bisa merasakan kehangatan dalam tubuhnya.
"Kakak bisa minta tolong?(Buset minta maaf buat minta tolong ni es batu, oncom beud-Author)
"Minta tolong apa kak?"
"Tolong jangan tunjukan matamu yang bengkak ini dihadapan kakak,ini untuk terakhir kalinya."Ucapnya menyentuh kedua mata Rasya."Gue gasuka ngeliat adik gua nangis untuk lelaki brengsek itu."Sambungnya.Rasya sudah paham bahwa disaat Rishab menyebut dirinya GUE ia bisa merasakan kakaknya itu sedang benar-benar dalam tahap WARNING.
"Kak syasya paham,larangan ini kakak nunjukin kalo kakak sayang sama syasya,tapi syasya bener-bener cinta Argha kak,syasya gak bisa bohong lagi,gak bisa nutupi lagi,syasya lelah,syasya Cuma pengen kak rishab juga kak raka pahami apa mau syasya kali ini."Terlihat kembali rahang Rishab mengeras.
"Tidurlah"Sangat singkat,namun dibalik itu banyak tersirat kebencian.
Rishab menutup pintu dengan hentakan. Tanpa sadar ia mengusap buliran air dipupil matanya,Ia tak kuasa untuk membentak adiknya lagi,sudah cukup sakit dulu ia membentak mantan kekasihnya yang dulu pernah ia larang untuk mendekati Argha Pradimunggaran. Ya,ternyata Rishab mempunyai masa lalu dengan Argha,benar-benar buruk,Ia melarang adiknya bukan semata-mata hanya melarang, namun ada maksud dibalik itu semua.Kali ini Rishab benar-benar Rapuh untuk kedua kalinya.Sangat terlihat bahwa Sekeras apapun es,akan meleleh pada waktunya.Tanpa disadari. Termasuk perasaan.
Seperti biasa Raka sudah bangun deluan daripada kedua adiknya. Rutinitas setiap hari yaitu menyiapkan sarapan,lalu membangunkan dua kerbau itu.Yang pertama ia datangi adalah Rishab.
Tokk!Tokk!Tokk!
"Shab bangun lu kutil."Raka menjerit dari luar pintu.Namun anehnya Raka tak mendengar jawaban sama sekali,tidak seperti biasanya, Raka pun membuka pintu kamar adiknya itu.Raka terkejut melihat kamar Rishab benar-benar seperti kapal pecah.Dan terlihat badan Rishab yang mencekung,dan memeluk lututnya sendiri.Raka dengan paniknya langsung memeluk adiknya.
"Shab lo kenapa?"
"Hahhaha lagi kak lagi,sakit lagi,kenapa harus gue yang ngerasai ini."Isaknya,sangat benar-benar isak.
"Liat gua,lo kenapa?"Tak terasa airmata Raka pun terjatuh,Ia sangat hafal adiknya satu ini,tak pernah menunjukkan rasa sakitnya didepan orang lain, bahkan keluarganya sendiri.Hanya pernah sekali ia menunjukkan sedihnya, itupun 5 tahun yang lalu.Tapi kali ini Rasa sedih itu kembali lagi,benar-benar sedih,tak sanggup menahannya sendirian.
"Adik kecilku,kesayanganku,yepoku"Kali ini Rishab menatap Raka.
"Rasya?syasya knp?"Menggoncang tubuh Rishab dengan hentakan yang lumayan kuat.
"Kenapa harus si brengsek itu?"
"Apa maksudmu?" –Terlihat Rishab berusaha menghentikan tangisnya,dan mulai menatap kembali Raka dengan raut wajah sedikit khawatir.
"Argha."(si kutil lama bener jelasinnya tinggal bilang intinya aja shab,lama lu ah,memang beda ya orang cuek-Author).
"Dia?Jelaskan cepat!"
" Kekasihnya."
"Rasya?" –Setelah melihat Rishab mengangguk atas pertanyaannya terjawab,Rahang Raka terlihat mengeras,Raka berdiri dengan niat ingin meminta penjelasan adik bungsunya.Namun langkah nya ditahan oleh Rishab.
"Jangan sekarang,tunjukan sikap manismu pagi ini."Terlihat wajah Raka memerah,bukan karna malu tetapi menahan amarah.Ia menghela nafas dalam-dalam dan menuju kamar adik kesayangannya.Sepanjang jalan,otak beserta tubuhnya tak sinkron,Ia sangat ingin penjelasan dari Rasya,tapi ia ingat perkataan Rishab sebelum keluar dari kamarnya.
"Sudah cukup dia takut padaku,jangan padamu.jangan juga buat dia merasa tersiksa dirumah ini karna paksaan dariku dan kau,dia masih butuh perhatianmu."
Kini Raka sudah didepan pintu kamar Rasya,Ia pun berusaha untuk tenang,dan sempat menghela nafas lagi sebelum masuk.Dan dia mulai mngetok pintunya.
"Yepo bangun."
"Iyakak,lagi sisir rambut,bentar lagi turun."Ternyata Rasya sudah bangun lebih awal.
Mereka bertiga kini sudah saling berhadapan di meja makan,dan saling melahap makanannya masing-masing.Terlihat Rasya hari ini sangat ceria,berbeda dengan aura kedua kakaknya,benar-benar suram.Setelah semua selesai,Rishab berjalan keluar rumah,dan Rasya mencium Raka seperti biasanya.Belum menginjak teras rumah,terdengar suara motor mendekati kediaman keluarga Zain.Mereka bertiga saling beradu tatap,setelah lelaki yang datang membuka helm nya, dan menunjukan wajahnya nya,Raka dan Rishab kini menahan nafas nya yang tersengal.
"Argha?"
To Be Continued....
Author Note:
Sorry ya singkat,pemula guys,semoga suka uhuyyyy
Jangan lupa pada Vote Comment ya biar lebih semangat ngelanjutin ceritanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOURSELF
Teen Fiction[Tahap Revisi] " Cintai aja dulu diri sendiri,baru belajar mencintai orang lain " -Fafa