Prolog

2K 453 2
                                    

Hujan masih turun di luar, meskipun tidak besar, tetapi suhunya telah turun dalam beberapa hari terakhir, hari hujan terasa sangat dingin di tubuh Maudy.

"Sayang sebentar, aku mau beli sesuatu buat kamu," Maudy menarik ritsleting mantel besar dan mengenakan tudung.

"Kamu mau kemana?" tanya Elang memegang tangan Maudy.

"Sebentar, nggak akan lama kok," ujar Maudy melepaskan tangan Elang.

Meskipun hujan tidak deras, tetapi ada sedikit angin.  Maudy melangkah kaki maju dengan membawa sebuah payung, dan tiba-tiba embusan angin datang. Dia tidak memegang payungnya sementara waktu. Payung itu jatuh ke belakang jalan.

Maudy berniat menyebrang mengambi payung tersebut.

Tiiiiddddd Tiiiidddd

Suara klakson mobil terdengar nyaring di telinga Maudy. Dia langsung menoleh ke suara itu.

"Maudy awass!!!" seru Elang dari seberang jalan raya.

Akan tetapi, semua sudah terlambat mobil itu semakin dekat dan melaju  kencang. Mobil sport itu menabrak Maudy dengan sangat keras.

'Wush duak brak....'

Tubuh Maudy terlempar akibat tabrakan, sungguh tragis nasib gadis tersebut. Dari atas kepala dan wajah penuh dengan luka, memar dan darah merah segar yang masih mengalir. Lalu di bagian badan nampak kemeja yang sudah robek pada beberapa bagian, serta berbagai luka di sekujur tubuhnya.

"MAUDY!!!" teriak Elang melihat istrinya tak sadarkan diri.

"Siapa yang kecelakaan?" tanya seorang polisi yang bertugas.

"Astaga, liat gadis itu! Kasihan yah masih muda udah kena nasib malang," cibir seorang warga di sekitar.

"Maudy, sadarlah," teriak Elang  memeluk tubuh Maudy yang terbaring lemas.

"Seseorang tolong kalian hubungi rumah sakit!!!" teriak Elang dengan tangisan.

"Kumohon sadarlah Maudy, seenggaknya kamu membuka matamu dan berbicara," ujar Elang sembari mengusap wajah Maudy yang di penuhi darah.

Orang-orang di sekitarnya mulai berkerumum melihat Maudy yang terbaring tak berdaya.

"Pak, ini dompet yang berada di tas gadis tersebut," ucap seorang anggota polisi menyerahkan dompet dan tas kepada kepala polisi yang membantu evakuasi.

"Maudy Fora Agatha. Lahir Bandung, 14 Februari 1997, usia 24 tahun. Golongan darah AB+. Alamat perumahan Angkasa Blok A No 5," gumam polisi saat membaca tentang KTP data diri Maudy.

"Apa anda yang mengenal dia?" tanya inspektur polisi tersebut sambil menunjukkan biodata KTP di tangannya.

"Dia pacar saya pak, kumohon jangan banyak bicara panggilkan pihak ambulan," Elang mengamuk menyalahkan orang yang ada di sana.

Mobil ambulan datang dengan suara sirine yang memekik telinga. 

"Maudy sadarlah, aku tidak bisa hidup tanpamu Maudy," Elang terus menangis memangku tubuh Maudy.

"Saya siap membawanya ke rumah sakit pak, tekanan darahnya menurun. Dan sepertinya beberapa anggota tubuh rusak," ucap seorang paramedis.

"Kau jangan berbicara seperti itu dokter, Maudyku akan baik-baik saja," teriak Elang.

Paramedis membantu evakuasi korban untuk naik ke ambulan bagian belakang bersama petugas. Di setiap perjalanan polisi terus menelepon pihak keluarga untuk memberi tahu bagaimana keadaan korban.

****

Tak membutuhkan waktu lama untuk sampai di rumah sakit. Ambulan menghentikan mesinnya di depan pintu gawat darurat. Para dokter telah bersiap menangani pasien yang terluka parah.

"Ada pasien gawat darurat harus segera di operasi," ujar paramedis mendorong brankar.

"MAUDY!!!"

"Pak sebaiknya kau menunggu di luar,  biarkan pihak medis memeriksa," ujar dokter memerintah Elang.

"El, lo jangan takut!"  ujar Daniel memeluk sahabatnya dan duduk di sebelah kanan Elang untuk menenangkan.

"Maudy gue niel? Ini semua salah gue, Maudy seperti karena gue kan niel!" ujar Elang membenturkan tangannya Kedinding.

"Nggak semuanya lo yang salah El, Lo jangan nyalahin diri lo sendiri,"

Elang dan Daniel menunggu ruang tunggu operasi. Dari sini Daniel dapat melihat bahwa wajah Elang sangat pucat dengan mata yang bengkak, dan sepertinya dia sangat shock. Elang menangis dan susah berbicara seakan-akan napasnya tercekat.

Beberapa menit kemudian, dokter keluar dari ruangan untuk memberikan informasi.

"Bagaimana keadaan pacar saya dokter?" tanya Elang ketika dokter keluar dari ruang operasi.

Dokter merapikan alatnya, dia sangat bingung. Dirinya menghela nafas panjang sebelum menyampaikan kabar mengenai pasien yang dia tangani.

"Kecelakaan sangat parah, menyebabkan kehilangan banyak darah diberapa anggota tubuh, pasien tidak bisa kami selamat," terang dokter.

"Apa! Tidak mungkin," Elang merasa sangat terkejut dengan ucapan dokter. 

"MAUDY!!!" rengek Elang menangis.

"El? Gue ngerti apa yang lo rasain,  tapi seenggaknya lo kudu tegar," Daniel memeluk tubuh Elang dengan erat.

"Maudy maafkan aku, kumohon buka matamu, Aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Tolong kembalilah," ujar Elang sembari memeluk tubuh Maudy mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin.

"MAUDY" tangisan Elang memecahkan seluruh sudut ruangan, seolah-olah dia benar-benar sedih.

"Apa yang terjadi dalam hidup ini  nggak bisa ditentukan oleh kita, lo kuat ya?" ujar Daniel.

"Maudy kenapa kamu bisa gini, semua ini salah aku, yah aku yang salah," Elang menjerit dan menangis tanpa henti.

"El udah, percuma lo nyalahin diri Lo. Maudy nggak akan pernah kembali," ujar Daniel membentak Elang yang nampak frustasi.

****

To be continue...
Vote and comment

MelancholiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang