Part Seven

177 27 8
                                        

V.O.T.E.!




"Mina-ya! Turun sini, ada Yuna nih!" Teriak Rosé dari lantai bawah.

"Nee!"

Ketika Mina sudah turun di bawah dia langsung saja berjalan menuju ke Yuna agar dia bisa memeluk tubuh mungil itu.

"Yuna~ kenapa kamu semakin kurus hm?" Tanya Mina sambil mengelus lembut pipi Yuna yang terasa sedikit dingin.

"Aku diet" jawab singkatnya namun terdengar lirih.

Jadi karena mereka semua belum makan malam jadi mereka bertiga sedang memasak di dapur untuk makan malam.

Sebenarnya yang memasak hanya Rosé dan Mina sedangkan Yuna hanya diam dan menenggelamkan wajahnya di antara lipatan tangannya. Dia terlihat begitu sedih dan tatapan nya juga terlihat sendu.

Pada saat makan pun Yuna sama sekali tidak membuka mulutnya, memang dia pendiam hanya saja jika dia di ajak bicara di akan tetap merespon sang lawan bicara. Tetapi kali ini dia terlihat hanya termenung bahkan dia tidak sadar jika dia salah mengambil makanan. Kimchi, makanan pedas yang sangat tidak cocok dengan lidahnya.

Setelah dia menyadari rasa pedas itu wajahnya terlihat terkejut serta merasakan panas di lidah juga tenggorokan nya. Kalian tau kan ada tipe manusia yang sama sekali tidak bisa makan makanan yang pedas.

"Makanya kalau makan jangan melamun ih" omel Rosé pada Yuna. Dapat dipastikan jika nanti dia akan mengeluh tenggorokan nya panas dan sedikit sakit.

Setelah selesai makan dan membersihkan peralatan makan, mereka sedang berada di kamar Mina. Tidak ada yang dilakukan karena semua sibuk dengan kegiatan masing masing, seperti Rosé yang sedang main instagrom. Biasalah Rosé itu selebgrom.

Mina dan Yuna melakukan aktivitas yang sama. Sama sama bermain Nintendo juga sedang main bersama animal crossing.

"Yuna, kenapa bell mu banyak sekali? top up terus ya?"

"Ngga kok cuma beberapa kali aja tapi ku isi dengan yang paling mahal"

"Top up sih gapapa cuma di batasi aja jangan keluarin uang buat game hingga uang yang kau keluarkan pun mampu membeli sebuah mansion" (self remainder haha)

"Ck, berlebihan" jawab Yuna terakhir lalu kembali fokus pada game nya. Sebenarnya dia main game ini hanya untuk melupakan sejenak masalah yang sedang dipikirkannya. Bahkan Rosé dan Mina belum mengetahui jika Haneul kakaknya pergi dari rumah. Dengan kata kata terakhir yang membuat luka hatinya semakin dalam.

Kerena merasa bosan akhirnya Yuna memilih untuk mematikan Nintendo nya lalu turun dari kasur yang Mina dan Rosé tempati. Dia memilih duduk di sebuah sofa panjang dan menghadapkan wajahnya ke arah sandaran sofa tersebut.

"Yuna-ya, kenapa kamu di sofa? Nanti badan mu sakit" ucap Rosè yang menyadari jika Yuna pindah dari posisi pertamanya.

Tidak ada jawaban, awalnya Rosé tidak peduli karena memang dasarnya anak itu sulit sekali membuka mulutnya nya hanya untuk sekedar mengatakan sepatah kata.

"Aku hanya ingin hidup bahagia...." Suara lirih itu terdengar jelas di telinga Mina dan Rosé, yang awalnya sibuk dengan dunia masing masing seketika berhenti. Mata mereka menatap sendu tubuh mungil yang berbalut sweater abu abu itu.

Mina juga turun dari ranjang nya menyusul Yuna yang berbaring di sofa sembari membalikkan tubuh itu menghadap dirinya. Terpampang jelas jika mata Yuna merah dan juga basah menandakan dia sedang menahan tangisnya yang akhirnya tetap saja menerobos keluar.

Disusul Rosé yang duduk si samping Mina, lebih tepatnya mereka duduk di lantai beralas karpet hitam yang besar.

Tangan Mina beralih mengelus lembut pipi lembut Yuna, sedangkan Rosé mengambil salah satu tangan Yuna untuk dia pegang.

"Gwenchana?" Tanya lembut Rosé.

"Ani, aku tidak baik baik saja" jawab Yuna lirih jika sembari tersenyum.

"Don't smile while you're crying" (jangan tersenyum ketika kau menangis) ucap Rosé lagi.

Mendengar itu perlahan senyum yang menyedihkan itu luntur. Membuatnya menampilkan kembali wajah sedih nya.

"Kenapa kamu menangis?" Tanya Mina.

"Haneul unnie...." Lirih Yuna lagi.

"Waeyo?" Ucap Mina penasaran, juga tak lupa dengan tatapan bingungnya.

"Dia pergi dari rumah, dia meninggalkanku sendiri. Dia juga terus menyalahkan ku atas kematian orang tua ku" jelas Yuna dengan air mata yang masih saja mengalir tetapi dia tidak terisak.

Rosé dan Mina saling bertatapan, mereka bingung mereka harus apa agar Yuna tidak sendirian. Mereka jelas sudah sangat tau jika Yuna di tinggal sendiri dengan keadaan hati dan pikiran seperti ini.

"Tinggal bersama kami ya?" Tanya lembut Mina yang masih senantiasa mengelus pipi dingin itu.

"Tapi bagaimana jika Haneul unnie nanti pulang?"

"Dia tidak akan pulang, jelas dia tidak pernah peduli tentang mu"

"Baiklah" ucap Yuna pasrah.

Rosé tersenyum mendengar itu. Akhirnya anak keras kepala ini mau mendengar kan mereka walau itu atas permintaan Mina. Mungkin cara Rosé salah berbicara pada Yuna maka dari itu Yuna selalu menolaknya. Padahal sebenarnya penolakan Yuna adalah dasar rasa sayangnya pada Haneul sang kakak.

•••

Mulai pagi ini Mina, Rosé dan juga Yuna sedang melakukan pengemasan barang barang milik Yuna. Sebenarnya tidak banyak tapi ya bukan Rosé namanya kalau tidak memaksa.

"Sudah selesai, hanya ini?" Tanya Mina sekali lagi memastikan.

"Nee, ini saja" jawab Yuna sedikit ragu. Ragu untuk meninggalkan rumah nya dia takut kalau kakaknya pulang tapi dia tidak menyambut kedatangan nya sama sekali.

"Kenapa kamu terlihat ragu?" Tanya Rosé sambil mengelus kasar rambut panjang Yuna.

"Hmm, apa aku boleh membawa kucing ku?" cicit Yuna yang hampir tidak terdengar, dia terlihat takut jika dia boleh membawa Jane (kucingnya) atau tidak.

"Hahaha, tentu saja boleh. Bawalah dia bersama kita" Rosé tertawa mendengar pertanyaan Yuna yang terdengar lucu bahkan Mina juga tertawa seperti Rosé.

Yuna tersenyum tipis ketika dirinya diizinkan membawa kucing putih gemuk kesayangan nya. Setidaknya dia tidak akan merasa terlalu kesepian nanti, lagian di rumah Rosé dan Mina  ada dua orang maid yang berkerja ketika kedua Kakaknya sedang berkerja.

Tanpa mereka sadari juga ada seseorang yang menatap mereka dari kejauhan, orang ini terlihat aneh kalian tau. Dirinya bisa tiba tiba tersenyum dan juga tiba tiba meminta maaf persis seperti orang sakit mental.

"Hahaha aku iri pada mereka berdua bisa membuatmu merasa nyaman dan bahagia seperti itu" ucapnya orang itu dengan tawa seperti orang gila.

"Maafkan aku, aku memang orang yang bodoh" lalu juga orang ini tiba tiba menangis.

•••




"Why should you trust other people when you know you will be hurt?"

My Anxiety [✓] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang