Part Nine

159 26 0
                                    

!VOTE!

Plis bljr yg nmanya menghargai.


Hari Sabtu, hari libur bagi Mina dan Rosé untuk sejenak melupakan dan santai dari perkejaan nya. Sementara Yuna tentu saja bersama mereka, Mina dan Rosé sama sekali sebisa mungkin tidak membiarkan Yuna sendirian.

Mereka hanya sedang berkumpul di ruang TV dengan atensi mereka yang tertuju pada benda persegi panjang itu.

Untuk Haneul, dia sudah dipulangkan karena kondisi nya sudah membaik.

"Breaking news, kejadian terjatuhnya pesawat pada beberapa bulan yang lalu masih di tangani oleh polisi dan pihak berwajib lainnya. Diketahui penyebab pesawat ini jatuh karena mesin pesawat yang sengaja dirusak oleh seseorang. Untuk lebih lanjutnya kami masih mencari tahu siapa dibalik pembunuhan berencana ini. Sekian berita hari ini, terimakasih" suara TV yang mereka dengar tentu membuat mereka semua tertegun mendengarnya.

Hanya tidak habis pikir pada orang yang tega membunuh orang orang tidak berdosa itu. Apa yang ada dipikiran manusia keji itu? Memang tidak ada rasa manusiawi.

Mina menatap Yuna yang terdiam dan terlihat sedih, tangannya beralih mengusap kepala Yuna lembut berharap dengan cara ini membuatnya merasa tenang.

Ternyata cara itu tidak berhasil. Yuna berlari ke kamarnya dengan air mata yang mengalir tanpa terdengar isakan. Ia hanya masuk ke kamarnya untuk mengambil jaket tebal, handphone dan dompetnya.

Secepat mungkin dia berlari tanpa menghiraukan panggilan Mina dan Rosé yang bingung dengan tingkahnya. Saat ini yang ada di pikiran Yuna adalah pergi sejauh jauhnya, pergi ke tempat yang tidak ada yang mengenalinya karena dia merasa bersalah atas semua ini.

"Mina! Kita harus mengejarnya!" Seru Rosé sambil menyambar jaket yang tergantung di dekat pintu keluar. Diikuti Mina di belakangnya.

•••

Sementara di lain tempat ada seorang wanita yang hanya termenung menatap tanah dengan tatapan kosong. Dia hanya memikirkan bagaimana selanjutnya hidupnya akan di mulai, perasaan bersalah pada sang adik selalu menghantuinya.

Namun apa daya ego dan rasa bencinya seperti sudah mendarah daging untuk adiknya. Hari ini dirinya sudah memiliki tekat yang kuat untuk meminta maaf pada adiknya.

Baru saja akan melangkah untuk menuju ke rumah Rosé dan Mina dirinya melihat sosok tak asing berlari sambil menangis. Menyeberang pun dia tidak melihat kiri kanan untuk berhati hati.

Tepat saja ketika orang itu terlihat lengah dengan langkahnya dia terburu buru berlari untuk menyelamatkan orang tersebut.

Yuna, tolong jangan biarkan adiknya tertabrak dan meninggalkan dirinya.

Brukk

Satu tubuh terlihat sedikit terpental karena tabrakan mobil yang sangat cepat dan terlihat awalnya memang ugal ugalan di jalan.

Tubuh Haneul adalah pelindung bagi Yuna, Haneul lah yang tertabrak oleh mobil itu. Yuna menyadari nya begitu terkejut, tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Ia benar benar berharap orang yang bersimbahan darah itu bukan lah kakaknya.

"Unnie..."lirihnya segera berlari memeluk tubuh itu.

Haneul sebisa mungkin menjaga kesadarannya, yang ada dipikiran nya saat ini harus meminta maaf pada adiknya. Walaupun akhirnya dia akan mati dia harus mengatakan maaf pada Yuna.

"Yuna-ah.....m-mianhe, aku membuatmu merasakan sakit setiap kali aku berargumen....aku sudah sangat menyakitimu,kematian ku tidak sebanding dengan rasa sakit di hatimu yang kau pendam selama bertahun tahun. Jinjja mianheyo...." Ucap terakhir sang kakak lalu menutup matanya.

"UNNIE!!" teriak Yuna histeris, dirinya begitu menyesali perbuatannya selama ini. Harusnya dia tidak perlu egois seperti ini. Karena dirinya sang kakak jadi seperti ini.

"APA YANG KALIAN LIHAT?! PANGGILKAN AMBULAN SIALAN!!" umpat Yuna sangat marah pada semua orang yang diam menatap mereka tanpa melakukan apapun.

Tak berselang lama Rosé dan Mina baru datang ke tempat kejadian. Ekspresi mereka sama sama terkejut melihat Haneul yang terbaring lemah dengan darah disekelilingnya.

Ambulan pun datang, segera mereka membawa Haneul ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan darurat.

Sesampainya di rumah sakit sekarang hanya ada suara isakan tangis Yuna yang tidak pernah di dengar oleh Mina maupun Rosé. Hati mereka begitu sakit melihat Yuna terisak keras seperti ini.

"Yuna, tenang lah. Semuanya akan baik-baik saja, kamu obati dulu lukamu nee?" Tanya Rosé berusaha sangat lembut untuk membujuk Yuna yang selalu menolak untuk di obati luka di tangan dan lutut nya.

Lagi lagi dia menggeleng, Mina dan Rosé hanya dapat menghela nafas. Mereka mengerti rasa takut kehilangan Yuna.

Tidak lama kemudian pintu terbuka menampakkan pria tua dengan jas putihnya.

"Dengan keluarga pasien Park Haneul?" Tanya dokter tersebut.

"Nee, kami keluarganya" ucap Mina berdiri mewakili Yuna dan Rosé.

"Pasien sudah tidak apa apa dan akan segera dipindahkan ke ruang rawat inap. Dan juga pasien akan segera sadar, saya permisi" ujar dokter itu berlalu pergi.

"Terimakasih" ucap Mina membungkukkan tubuhnya sopan.

•••

"Let's believe that happiness exists even though we don't know when"


My Anxiety [✓] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang