3. Kakel Rese

255 14 0
                                    

Nana dan Ken berjalan beriringan menuju ke kelas Arga.  Banyak pasang mata yang menyorot mereka penasaran-- ralat, menyorot Nana penasaran, dan menatap Ken dengan tatapan memuja. Mayoritas dari mereka sudah mengenal Ken. Maka tak heran banyak yang menyapa pemuda itu dan memberikan Nana tatapan sinis, karena tidak mengetahui identitas Nana yang sebenarnya.

"Nyari siapa ya dek?" tanya seorang gadis berkacamata begitu mereka sampai di depan kelas Arga. Sepertinya ia bukan salah satu penggemar Ken, mengingat gadis itu menatap Ken datar.

"Kak Arga nya ada?"

"Bentar, ada deh keknya" ucapnya yang kemudian berbalik dan berseru. "Ga!! Ada yang nyariin"

Setelah beberapa detik, Arga muncul dari balik pintu dengan menyodorkan dua kotak bekal bertumpuk. Sedangkan sang gadis kacamata sudah pergi entah kemana. "Nih, bekal kalian. Lain kali jangan sampai ketinggalan lagi di mobil"

"Heheh. Piss kak" ringis Nana

"Kakak dah makan?" tanya Ken

"Udah. Sana masuk. Bel masuk istirahat pertama bunyi bentar lagi. Jangan lupa ntar bekalnya dimakan"

"Siap kak!!"

***

"Jadi, acara berikutnya adalah keliling. Nanti kalian berbaris sesuai kelas masing-masing dan akan ada dua orang panitia yang menemani di setiap kelas. Ada pertanyaan?"

"Tidak" kor semua siswa baru serempak

"Good"

Berikutnya, semua barisan kelas beserta panitia masing-masing mulai bergerak dengan arah yang berbeda-beda. Sedikit tak beruntung, kelas Nana mendapatkan dua panitia– satu perempuan, satunya lagi lelaki— yang sama-sama bermulut pedas. Oke, bagi kakak laki-laki yang bernama lengkap Ezra Aydin Adhitama itu memang jarang bicara, tapi sekali bicara kata-katanya menusuk. Sedangkan panitia perempuan bernama Pipy Pramudita itu memang terkesan jahat, dengan suara cempreng dan bermulut pedas.

"Sekarang kita kumpul di lapangan untuk membahas yel yel. Jalan yang cepet. Jangan lemah" sinis Pipy

Mereka sampai di tengah lapangan. Nana mengedarkan pandangan dan mendapati kelas lain berkumpul di tempat yang teduh. Hanya kelasnya sendiri yang berkumpul di tengah lapangan.

"Kok berasa dihukum ya?" gumam Ara yang ternyata sampai ke telinga para panitia.

Gumaman itu rupanya sampai pada telinga Pipy. Namun, bukannya menyalahkan Ara, Pipy justru menunjuk Nana yang bahkan duduknya berjarak dua meter dari Ara. "Lo!! Kalau mau protes maju langsung. Jangan ngedumel sendiri di sana"

Siswa lainnya— termasuk Ken— mengernyit bingung. Jelas sedari tadi Nana hanya diam. Kenapa kakak kelas mereka justru menyalahkan gadis itu?

"Saya kak?" tanya Nana menunjuk dirinya sendiri

"Lo itu udah salah, nggak sadar diri lagi. Lo bakal dihukum"

"Eh, itu bukan—" Ara yang berusaha membela Nana kembali terdiam kala tatapan Nana menyorotnya, mengisyaratkan untuk diam.

"Kenapa diem? Bisu lo?!" bentak Pipy pada Nana.

Ezra yang juga heran dengan sifat rekannya itu juga mengernyit bingung. "Lo apaan sih? Jelas dia dari tadi diem"

"Lo nggak liat Zra? Dia itu yang ngedumel tadi. Orang gue liat sendiri kok"

"Maaf kak--" ucap Nana menghentikan perdebatan kedua orang itu

"Maaf, maaf, lo nggak punya otak?! Udah salah, nggak ngaku, terus tau-tau minta maaf?!" sahut Pipy lagi, memotong ucapan Nana. Tapi kali ini, Ken yang tak tahan mendengar ucapan kasar ditujukan pada kembaran nya berdiri dan menatap Pipy tajam, ia tak mengatakan apapun, tapi sudah cukup untuk membuat gadis itu terdiam sejenak.

Simple Shimphony : Me and My Bro'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang