"Lo tau Na? Sekolah kita ini, ternyata sering cekcok sama sekolah tetangga loh"
Celetuk Chandra saat mereka sedang berada di kantin. Memang tadi begitu bel istirahat berbunyi, mereka berlima -Ara, Airin, Nana, Chandra dan Ken-, segera menuju kantin untuk membeli makanan. Atau bagi Nana dan Ken, memakan bekal yang mereka bawa dari rumah.
"SMA Cendana?"
"Ya emang sekolah mana lagi cantikk. Ya SMA Cendana itu lah"
"Emangnya cekcoknya gimana sih?" tanya Ara yang sedari tadi hanya diam menyimak.
"Tawuran misalnya" kali ini Airin yang menjawab. Gadis itu menelan makanannya sebentar, kemudian kembali berkata, "udah dari dulu nggak pernah akur. Udah sering tawuran juga, tapi anehnya meski udah di tindak lanjuti sama sekolah, tetep aja bandel. Biasalah kaya gitu"
Nana mengangguk saja. Lalu ia tersadar sesuatu. Ia menatap Ken yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya. Kotak bekal pemuda itu sudah kosong tergeletak begitu saja dihadapannya.
"Ken"
"Hng?"
"Kok diem aja?"
Chandra mengangkat wajah. "Iya juga ya. Tadi waktu gue bilang Nana cantik dia juga diem. Biasanya gue senggol Nana dikitt aja, itu mata kayak mau loncat"
"Siapa bilang gue diem" Ken memasukkan ponselnya kedalam saku celana. "Gue lagi mikir, lo enaknya dibikin geprek apa perkedel"
"Hehe, ampun suhu" Chandra membuat gerakan menangkupkan kedua tangan di depan dada sembari menunduk khusyuk dan meringis kikuk.
"Ada apa sih Ken? Gue liat lo sibuk aja dari tadi"
"Nggak papa, Na" Ken memfokuskan pandangan pada kembaran nya itu. "Gue ke kelas dulu. Lo mau disini apa ikut gue?"
"Gue disini aja"
"Oke" Ken langsung beranjak begitu saja. Tak lupa, ia membawa kotak bekal miliknya yang sudah kosong itu di tangan kiri.
"Daritadi pagi tingkahnya Ken aneh" gumam Nana ketika punggung Ken sudah tidak lagi terlihat
"Aneh gimana?" tanya Ara
"Ya aneh aja. Dia sibuk terus sama hapenya, dia juga berangkat sendiri naik motornya tadi pagi. Padahal ayah udah ngelarang karena dia belum punya SIM. Tapi dia ngeyel"
"Punya pacar baru mungkin"
Ucapan Airin yang terkesan tak peduli itu seketika membuat suasana menjadi hening. Karena merasa tatapan ketiga temannya itu terarah padanya, Airin buru-buru menambahkan, "gue bilang mungkin loh"
"Kayanya nggak mungkin deh"
"Kenapa lo bisa seyakin itu?" celetuk Chandra dengan tatapan mengerut bingung.
"Ken itu selalu curhat tentang masalah cewek ke gue. Meskipun curhatannya lebih ke bagaimana cara membuat cewek-cewek nggak ngejar dia lagi sih. Tapi apapun itu, firasat gue bilang Ken belum punya pacar"
"Yang kembar mah beda" sahut Airin lempeng. "Kalo lo emang penasaran, mungkin cowok disebelah gue ini bisa kasih lo jawaban" ucap Airin sembari menoleh pada Chandra yang tiba-tiba saja tersedak ludahnya sendiri.
"Lah? Kenapa jadi gue?"
"Gue sering liat kalian bisik bisik gitu, mencurigakan" ucap Airin lagi.
Chandra hanya mengumpat dalam hati. Ia bersahabat dengan Airin sedari kecil. Ia sudah hapal karakter Airin yang memang selalu diam-diam mengawasi. Pada dasarnya, gadis itu memang peka, dan entah bagaimana caranya, Airin itu selalu saja bisa mengorek informasi hingga akar-akarnya, namun biasanya ia hanya melakukan hal itu pada orang terdekatnya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simple Shimphony : Me and My Bro's
Teen FictionMemiliki lima saudara memang mengesankan. Selain tak akan merasa kesepian, juga bisa digunakan untuk melatih kesabaran. Apalagi jika kelimanya memiliki karakter yang berbeda-beda, Ryan yang care dan meledak-ledak, Arga yang sarkas dan terlalu datar...