9. Damian

148 12 0
                                    

Sebagai salah satu kakak Nana yang posesif, Damian selalu memantau pergaulan kedua adik bungsunya.

Pasalnya, pemuda itu memiliki kemampuan dalam menyeleksi baik buruknya seseorang. Jika kalian pikir kemampuannya itu disebabkan karena ia memiliki pengetahuan mengenai ilmu psikologi, maka kalian salah. Damian hanyalah seorang pemuda jenius yang diberkati dengan insting yang luar biasa kuat— meskipun hal itu sama sekali tak berlaku jika ia ingin menafsirkan perasaan perempuan.

Yang di maksud dengan insting tersebut adalah, bahwa Damian sering mendapatkan semacam firasat tentang apapun yang ia ingin ketahui, dan firasat itu selalu benar.

Sebagai contoh, dua tahun yang lalu, Rey memiliki seorang kekasih. Ketika pemuda itu mengenalkan pacarnya pada adik-adiknya, mereka merespon dengan baik, terkecuali Damian. Jika kelima saudaranya menganggap bahwa perempuan itu memiliki sifat yang sopan, baik dan ramah, Damian sama sekali tidak berpikir hal yang sama. Hingga pada suatu malam, Damian memberanikan diri untuk mengatakan pada kakak sulungnya,

"Kak, aku mau jujur, aku punya firasat kalo pacarnya kakak itu cuman mau morotin kakak aja. Aku juga yakin kalian bakal putus nggak lama lagi"

Rey tentu tak percaya. Hingga akhirnya pemuda itu harus menerima kenyataan pahit bahwa mereka putus seminggu kemudian, dengan alasan yang telah dikatakan oleh Damian tempo hari- bahkan sulung Nareshwara itu sempat mendiamkan adiknya selama beberapa hari karena ia merasa bahwa Damian telah mendoakan agar ia putus dengan pacarnya.

Ada juga contoh lain seperti saat Ken masih berada di bangku sekolah menengah pertama, pernah suatu hari ia sama sekali tidak bisa dihubungi padahal waktu saat itu sudah menunjukkan pukul lima sore, yang berarti seharusnya pemuda itu sudah pulang tiga jam yang lalu. Dulu, Ken lebih suka pulang-pergi ke sekolah dengan menggunakan angkutan umum. Sehingga ia pulang sedikit terlambat dari saudaranya yang lain.

Setelah menelpon berulang kali, Ken masih saja tidak menjawab panggilan tersebut. Semua keluarganya yang lain berusaha untuk berpikir positif bahwa Ken baik-baik saja. Namun, melihat gelagat Damian yang aneh, Ryan menanyakan apa yang terjadi pada anak keempat Nareshwara itu. Dengan wajah kalut, Damian menjawab

"Kayanya ada sesuatu buruk yang terjadi. Perasaanku nggak enak kak"

Benar saja, beberapa detik setelah Damian menutup mulutnya, mereka mendapat telepon dari rumah sakit yang mengatakan bahwa Ken terlibat kecelakaan yang membuat kakinya patah dan harus segera ditangani.

Mulai sejak kejadian itu, tak satupun dari mereka yang meragukan Damian.

Kembali lagi ke topik, Damian selalu menyeleksi pergaulan kedua adik bungsunya.

Maka kini, selasa sore sepulang sekolah, dengan mangkuk penuh buah stroberi di tangan kirinya, ia duduk diam di sofa ruang tamu, sembari mengamati Airin, Ara dan Chandra yang berdiri kikuk di hadapannya.

Mereka memang kebetulan mampir untuk mengerjakan tugas kelompok bersama.

"Jadi, kalian temannya Nana dan Ken?"

Mendapati tatapan Damian yang nampak datar namun menusuk, membuat ketiga insan itu berkeringat dingin seketika.

Karena merasa tidak ada tanggapan dari kedua orang di sampingnya, Airin berinisiatif untuk menjawab, "iya kak. Kami mohon izin untuk mengerjakan tugas bersama Nana dan Ken dirumah ini, apakah tidak masalah?"

Damian menaikkan sebelah alisnya, membuat tingkat ketampanannya naik berkali-kali lipat. Tatapan pemuda itu menajam namun, berikutnya pemuda itu justru tertawa kencang.

Ketiga teman Nana itu menelan ludah gugup, berpikir bahwa mereka telah melakukan kesalahan besar. Karena jujur saja, tawa Damian kini terdengar bagaikan nyanyian banshee yang sedang mengantarkan nyawa orang yang sudah meninggal—oke, itu berlebihan. Lupakan saja.

"Kaku banget ngomongnya. Lo nggak lagi ngelamar kerja kali, santai aja" ucap Damian disela tawanya.

"Ng.. Oke kak"

Damian melirik jam dinding, kemudian beralih lagi pada ketiga manusia dihadapannya. "Gue mau pergi sekarang. Si kembar botak bentar lagi muncul di tv. Nice to meet you, guys"

Melihat punggung Damian yang perlahan menjauh, tanpa sadar mereka menghela napas lega.

"Gue kira hari ini gue bakal dikirim ke neraka via gosend express sama kakaknya Nana" gumam Chandra yang juga bisa didengar oleh Airin dan Ara

"Hu'um. Tatapannya sadis banget gilak" timpal Ara

Selang beberapa detik, Nana menuruni tangga dengan bersenandung kecil. Seragam nya sudah ia ganti dengan piyama polos berwarna biru. Karena mendapati suasana hening dan sisa-sisa hawa mencekam di ruang tamu, wajah cantik itu mengernyit heran.

Gadis itu berjalan pelan hingga berhenti tepat dihadapan ketiga temannya. Mereka hanya menatap kosong kedepan dengan diam. Masih dengan rasa heran yang tersisa di dbenaknya, Nana menarik napas dalam dengan tangan terlurur ke depan-kearah ketiga temannya.

"Assalamualaikum siapa disana dan berasal dari mana wahai penghuni tubuh ketiga orang ini—"

Perbuatan absurd gadis itu membuat mereka mengerjap tersadar. Dengan kompak, mereka mendengus kesal.

"Lo kata kita kesurupan?" ketus Airin

"Loh, emang enggak? Wajah kalian pucet sama kosong gitu tatapannya. Kesambet awas loh"

"Eh, Na. Kakak lo yang satu itu memang selalu gitu ya?" tanya Ara berbisik pelan, sembari menatap ke satu arah.

Menyadari tatapan Ara mengarah pada Damian,—yang sedang memaku pandangan pada layar televisi sambil memakan stroberi di ruang keluarga dan hanya terpisah sekat kecil— Nana seketika paham apa yang sudah terjadi.

"Oh, kalian barusan habis di seleksi sama kak Dimi"

"Seleksi?"

"Iya. Kak Dimi emang selalu gitu" jawab Nana dengan menatap tiga manusia dihadapannya bergantian. "Setiap kali Ken atau kakak gue yang lain bawa temen kerumah, Kak Dimi bakal nyeleksi mereka. Apakah mereka tulus berteman atau cuma numpang famous doang. Secara, lo pada kan tau sendiri kakak gue yang lain—well, cukup terkenal"

"Seleksi apaan dah?! Orang dia cuman diem sambil natap tajem doang. Gilak.. Gue berasa berhadapan sama camer, padahal pacar aja nggak punya" cerocos Chandra

Nana terkekeh pelan. "Itulah cara yang dia pake buat nyeleksi orang. Gue nggak tau gimana, tapi kak Dimi itu paling bisa membedakan sifat orang lain. Entah tulus apa enggak. Jadi kita semua sepakat. Kalau punya temen baru- terutama gue dan Ken, harus diajak main kerumah. Nah, saat itulah kak Dimi turun tangan"

"Anjirr ngeri banget"

.
.
.
.
.
.
Dipublikasikan : 22 Juni 2021

Nihaooo eperi bodeehh

First of all, aku mau ngucapin makasih banget bagi kalian yang udah mau baca ceritaku (apalagi bagi kalian yang bersedia meninggalkan jejak setelah mambaca), aku tau masih banyak kekurangan dari karyaku ini, tapi aku akan berusaha untuk mengembangkan cerita ini sebaikkk mungkin.

So, that's all

Anyways, terimakasih sudah membaca, mohon tinggalkan jejak and..

See ya

S. A

Simple Shimphony : Me and My Bro'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang