Sebagai kakak tertua, Ryan tidak pernah menyangka akan menjadi kakak dari 5 orang adiknya. Memang, sejak duluuu sekali, kedua orangtuanya begitu ingin memiliki anak perempuan. Mereka terus berusaha dengan harapan akan dikaruniai anak perempuan. Mereka sudah hampir menyerah pada kehamilan terakhir, sebab, begitu di periksa, hasil menunjukkan bahwa bayi yang ada di kandungan itu adalah seorang bayi laki-laki.
Namun takdir berkata lain, begitu Ken lahir, ternyata masih ada satu bayi lagi yang tidak terdeteksi kehadirannya. Seorang bayi perempuan mungil yang rapuh hadir sebagai jawaban dari doa kedua orangtuanya selama ini.
Ialah Nana. Kenanga Nareshwara.
Keluarga Nareshwara merupakan keluarga yang menerapkan prinsip untuk melindungi satu sama lain. Hal itu terutama diterapkan kepada kakak tertua di keluarga tersebut. Seperti halnya Ryan, meski pemuda itu kini tak lagi menempuh pendidikan SMA, ia tak pernah luput mencari informasi apapun yang terjadi pada kelima adiknya dalan sehari-hari..
Memang, meski tampang nya meragukan, Ryan itu juga perhatian.
"NANA!!!" untuk yang kesekian kalinya, pintu kamar Nana kembali di dobrak tanpa perasaan. Diikuti dengan munculnya sosok Ryan yang menghambur masuk dan memeluk adik bungsunya itu.
"Ih.. Lama-lama Nana bakal minta pintunya di ganti sama baja aja kali, ya? Biar tahan banting" sindir Nana yang sudah tenggelam dalam dekapan Ryan
"Kakak udah denger semuanya dari Dimi. Tadi di sekolah ada kakak kelas yang jahatin kamu ya?! Mana orangnya.. Biar kakak hajar" cerocos Ryan tanpa menghiraukan sindiran adiknya.
Nana melepas pelukan Ryan dengan kesal, "apaan sih?! Nggak usah dianggep serius. Lagian, dia itu cewek.. Sampai kakak berani hajar dia, ntar mama bakal nangis tiga hari tiga malam"
Sekali lagi, Ryan tak menghiraukan ucapan adiknya. Kini Ia sibuk memutar-mutar tubuh Nana. "Ada yang luka nggak? Apa besok nggak usah sekolah aja?!"
"Kakak plis stop!" Nana mendengus berat. "Demi apapun, Nana nggak papa. Jangan lebay deh"
Bibir Ryan mencuat lucu "ya kan kakak khawatir"
"Astaga kak, inget umur!" Nana bergidik ngeri.
Memang, pria yang kini sedang menempuh pendidikan jurusan arsitektur semester lima itu memiliki sifat yang kekanakan. Namun, disaat tertentu, ia bisa menjadi sosok yang paling bisa diandalkan oleh kelima adiknya.
"Oke. Tapi, kamu yakin kamu nggak papa?"
"Iya kak, suerr"
"Fine. Case closed. Panggil yang lainnya sana. Kakak bawa nasi goreng" ucap Ryan mengalihkan
"Ay ay, captain"
***
Tiga hari telah berlalu. Kini, semua murid baru di SMA Nawara telah resmi menjadi anggota sekolah. Kegiatan mos telah selesai kemarin. Mereka yang mulanya memakai seragam SMP mereka pun kini telah berganti dengan seragam putih abu-abu.Ngomong-ngomong, salah seorang panitia yang sempat mengganggu Nana saat hari pertama mos itu sudah tak pernah terlihat lagi. Nana dengar dari beberapa desas desus yang beredar, gadis itu sudah dikeluarkan dari sekolah.
Mulanya Nana sempat curiga bahwa ini adalah ulah salah satu saudaranya. Namun, melihat gelagat mereka yang berusaha mengalihkan pembicaraan saat Nana menanyainya satu persatu, membuat kecurigaan Nana berubah menjadi sebuah keyakinan.
Ini adalah ulah mereka.
Ia tak begitu terkejut, sebenarnya. Kelima saudaranya itu memang ajaib. Tapi mau bagaimanapun, mereka tidak boleh menyalahgunakan kekuasaan hanya karena masalah sepele seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simple Shimphony : Me and My Bro's
Novela JuvenilMemiliki lima saudara memang mengesankan. Selain tak akan merasa kesepian, juga bisa digunakan untuk melatih kesabaran. Apalagi jika kelimanya memiliki karakter yang berbeda-beda, Ryan yang care dan meledak-ledak, Arga yang sarkas dan terlalu datar...