Dulu saat aku duduk dibangku SMP aku mempunyai keinginan, yaitu ingin melanjutkan di MAN yang aku inginkan dari dulu. Dulu memang sekolahku di Pondok Pesantren, di dalam ponpes ini memang ada kewajiban hafalan sebuah kitab yang namanya kitab imrithi bagi yang SMP. Sejak kelas 1 SMP aku sudah mulai menghafalkannya, aku harus bisa hafal sampai akhir kitab tersebut, dan aku diberi waktu 3 tahun kurang untuk menghaflkannya. Disaat kelas 3 SMP hafalan itulah yang menjadi syarat untuk mengikuti wisuda sekolah.
Disaat pertengahan kelas 3 itulah dibuka pendaftaran di MAN yang aku inginkan, yang pasti ada beberapa jalur pendaftaran dan setiap pendaftaran pasti ada syarat masuknya. Dijalur yang awal aku sudah ingin daftar tapi, raporku masih belum bisa dipinjam atau bisa dibilang masih ditahan karena saya saat itu masih belum khataman sampai akhir. Ya sudahlah saya tidak bisa apa-apa selain tetap berusaha menghafalkannya.
Aku memang agak sulit untuk menghafalkan sesuatu. Tapi, setelah pendaftaran jalur yang awal tadi sudah ditutup saya sudah menyelesaikan hafalan saya. Dalam fikiran saya, kenapa saya tidak menyelesaikannya dari dulu. Biarlah yang terjadi sudah terjadi mau di apakan lagi, toh nasi juga sudah menjadi bubur, saya sangat menyesal sekali. Mungkin ini semua juga keteledoran saya yang kurang rajin membaca atau menghafalkannya. Saat SMP aku tidak terlalu mengenal teman laki-laki karena ya..memang namanya ponpes pasti selalu dipisah antara laki-laki dan perempuan. Dan saya tidak terlalu memikirkan itu, tidak kenal dengan teman laki-laki saat itu tidak masalah menurut saya.
Dan pada akhirnya, aku mengikuti pendaftaran yang selanjutnya. Untung saja ada teman yang ingin sekolah, disekolah yang sama seperti aku, meskipun hanya 5 anak. Setelah ujian nasional selesai aku pun wisuda dan aku mengikuti tes seleksi di MAN bersama teman-temanku, dan di hari itu juga pengumuman hasil tes keluar. Sorenya, aku melihat di papan pengumuman dan ternyata aku tidak lolos begitupun teman-temanku. Saya sedih, saya menyesal karena mungkin saat pendaftaran yang awal saya yakin bisa lolos dan nilai rapot saya sudah mencukupi. Saya sangat menyesal sekali. Sepulang melihat pengumuman aku berkata pada ibuku
"Bu, aku sekolah dimana?" kataku.
"Ya..sudah besok cari lagi yang lain "kata ibuku.
Dalam hatiku mungkin memang masih ada sekolah yang lebih baik lagi buat saya. Beberapa hari kulalui untuk mencari sekolah lagi dan aku menemukannya. Aku berharap mungkin itu yang terbaik buat saya.
Akhirnya aku daftar dan Alhamdulillahnya aku juga diterima di sekolah tersebut meskipun swasta tidak masalah, saya sudah tidak terlalu memikirkan antara swasta dan negeri. Waktu masuk sekolah pun tiba aku dan teman-temanku mengikuti kegiatan MOS di sekolah, wajar saja kami masih baru jadi belum terlalu mengenal teman-teman baruku. Aku mengambil jurusan agama sedangkan temanku mengambil jurusan ips. Setelah satu hari melakukan MOS di sekolah, aku mau ditempatkan di ponpes lagi seperti dulu. Berhubung sekolahku itu memang sekolah yang ada ponpesnya. Pada hari pertama itulah aku langsung mencari ponpes dan langsung melihat ponpes tersebut, memang ada beberapa ponpes di sekolahku. Dan pada akhirnya saya mendaftar di ponpes tersebut.
Beberapa hari kemudian, aku berangkat ke pondok pesantren diantar orang tuaku. Aku mengenal teman baru lagi, mendapatkan banyak teman baru di ponpes tersebut. Anak-anaknya pun juga ramah-ramah, aku suka dengan sikap mereka yang juga sopan santun kepada orang lain. Meskipun masih awal masuk pondok tersebut saya mencoba saling mengenal satu sama lain. Hari demi hari saya lewati di ponpes tersebut, jarak antara sekolah dan ponpes pun tidak jauh cukup dengan berjalan kaki. Di sekolah aku mengenal banyak teman baru, satu kelas ada beberapa anak laki-laki juga. Aku merasa asing saja karena aku jarang yang namanya satu kelas dengan anak laki-laki, mungkin aku belum terbiasa. Mungkin suatu saat pasti akan terbiasa dengan sendirinya.
Beberapa bulan kemudian, aku mencoba mengenal beberapa teman laki-laki yang ada di kelasku. Mungkin masih lewat sosial media aku mengenal mereka. Aku mencari trahu tentang mereka lewat akun sosmed mereka, saat itu ada dua teman laki-lakiku yang bisa dibilang mudah untuk dihubungi. Aku mencoba menghubungi mereka lewat akun facebook karena aku belum tau nomer whatsapp mereka. Aku mencoba menghubungi akun temanku yang namanya wahyu, aku minta nomer WA nya lalu sama dia dikasih. Setelah aku mencoba menghubungi wahyu, aku pun mencoba menghubungi yang namanya farid. Dia menyuruhku untuk membuat grup kelas sedangkan aku belum punya nomer yang lainnya, aku meminta untuk dia saja yang membuat grup. Akhirnya farid membuat grup WA satu kelas. Lama kelamaan aku dan farid semakin dekat dengan adanya kita saling menghubungi, saling bercanda di WA dan digrup sering berantem berdua. Sama teman-temanku yang lain juga sering ditegur kalau berantem berdua "Mending diWA pribadi saja jangan di grup. " kata mereka.
Aku dan farid memang satu kelas tapi kami jarang saling menyapa ataupun bertanya kecuali ada kepentingan tersendiri. Bukan karena kami musuhan atau gimana, kami memang malu kalau bertemu langsung. Beda kalau lagi chattingan diWA kami biasa aja nggak ada malu-malunya, entah kenapa kalau ketemu itu selalu malu. Tapi aku dan farid bisa chattingan kalau aku di rumah atau lagi dijenguk gitu, namanya aja di Pondok Pesantren, tidak boleh membawa hp. Sekolah pun juga tidak boleh membawa hp. Hari demi hari aku lewati seperti biasanya, baik di sekolah maupun di ponpes, aku melakukan kegitan sehari-hari seperti apa yang telah aku lakukan setiap harinya.
Satu tahun kemudian, lama kelamaan aku dan farid semakin dekat, dan aku merasa nyaman gitu sama dia. Suatu hari, aku dijenguk dengan orang tuaku ke pondok, aku dibawakan hp setelah itu aku melihat hpku dan aku mencoba menghubunginya. Tiba-tiba dia mengatakan sesuatu kepadaku, yaitu tentang perasaannya sama aku. Aku bingung harus menjawab apa, tapi kelihatannya dia itu baik, tidak aneh-aneh juga anaknya. Ya sudalah aku jawab iya, aku menghargai dia kog meskipun tidak mengatakan langsung di depanku, dia sudah berani berbicara seperti itu, saya hargai keberaniannya. Mungkin teman-temanku sekelas belum ada yang tau kalau aku dengan farid itu ada hubungan. Meskipun disembunyikan seperti apapun pasti akan ada yang tahu.
Awalnya memang tidak ada yang tahu, setelah beberapa hari kemudian ada beberapa anak yang tahu. Akhirnya semua jadi tahu tantang kedekatan aku dan farid. Ketika aku di kelas ya.. aku seperti biasa aja. Meskipun sering diejek sama teman-teman yang lain aku anggap biasa aja. Akhirnya berbulan bulan kami menjalani hubungan ini, sampai lulus SMA pun kami masih menjalani hubungan ini. Dan yang tidak disangaka-sangka adalah ternyata aku sama dia juga satu kampus tapi berbeda jurusan saja, dia mengambil jurusan Bahasa Arab sedangkan aku mengambil jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Dia disana bertempat di Pondok Pesantren sedangkan aku di Asrama, jadi kami jarang bertemu.
Kami ingin lulus kuliah terlebih dahulu dan mencari pekerjaan yang tetap, mungkin ini waktu kita untuk belajar dan lebih serius menata masa depan. Dan memilih untuk fokus pada kuliah terlebih dahulu. Aku hanya bisa berharap agar hubungan ini sampai bisa ke pelaminan entah nanti seperti apa akhirnya aku juga tidak tahu, hanya tetap bisa berusaha dan berusaha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepingan Cerita
Short StoryBerkarya bukanlah hal sederhana, karena dengan berkarya kita dianggap ada. Kali ini author bakal menampilkan kumpulan cerita pendek dengan berbagai macam tema dan tentunya tentang kehidupan sehari hari di panggung kehidupan ini. Kalau penasaran deng...