Perubahan di Masa Pandemi Covid-19

28 2 0
                                    

Covid 19 mengguncang beberapa negara di dunia termasuk bumi pertiwiku, Indonesia tercinta. Kedatangannya sungguh membuat perubahan 180 derajat di kehidupanku, yang awalnya begini menjadi berubah begitu akibat pandemi ini. Terutama di bidang pendidikan seperti yang awalnya kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di sekolah ataupun di kampus berubah menjadi belajar dari rumah masing-masing saja berdasarkan keputusan dari pemerintah. Saat diumumkan seperti itu awalnya aku merasa senang karena bisa pulang ke kota yang amat kurindukan. Saat belum ada himbauan, saat kota Kediri belum termasuk zona merah. Tapi setelah itu paradoks, semuanya pun menyesuaikan. Ditambah tugasku yang terus menerus berdatangan, tugas diluar pemahaman dan kesiapanku, dan tugas yang kurasa agak sedikit sulit dikerjakan.

Ceritaku saat libur, hanya dirumah namun sesekali kumpul bareng teman-temanku yang dekat dan bisa dijangkau serta masih steril dari penyebaran virus. Sesekali pula Aku keluar rumah untuk mencari jaringan atau sinyal tuk menyelesaikan tugas-tugasku karena rumahku termasuk kawasan yang susah sinyal. Banyak rencana yang sudah kupersiapkam untuk libur kuliah namun hampir semuanya mutlak batal karena untuk membantu pemerintah dalam menangani penyebaran virus Corona ini.

Saat dirumah, banyak pula pekerjaan rumah yang harus Aku selesaikan. Dengan orang tuaku yang kurang paham dengan tugas-tugas yang diberikan dosen kepadaku. Seperti mencuci piring, menyapu halaman, membantu ibuku memasak, cuci baju, dan masih banyak lagi yang kukerjakan selama lockdown ini. Walau serasa sering rebahan namun Aku merasa tak tenang bila terus mengerjakan tugas, tak fokus dengan orang tua yang selalu menasihati untuk tidak berlama-lama dengan handphone bahkan berlama-lama diam di luar yang sebenarnya aku gunakan untuk mengerjakan tugas dan mencari jaringan atau sinyal.

Dari libur ini terjadi banyak perubahan dalam keseharianku, dari jam tidurku yang tidak teratur, mandi semauku, perutku yang sering merasakan lapar, mata berlama-lama melihat layar handphone dan laptop hingga membuat mataku terasa pedih, bersosial yang dibatasi, dan lain sebagainya. Begitupun dengan adikku yang sudah berada di tingkat akhir sekolah dasar. Setiap hari dia selalu mengerjakan tugas yang diberikan gurunya melalui handphone. Sesekali dia juga mengeluh karena merasa libur kok tetap ada tugas banyak dan pada akhirnya aku pun membantunya menyelesaikan tugas-tugasnya. Tetapi, di akhir-akhir ini pemerintah memberi kebijakan menayangkan pembelajaran dari televisi saja selama lockdown ini. Walaupun sudah begitu, adikku tetap saja malas-malasan memperhatikan pelajaran dari televisi tersebut.

Memang pandemi ini mendatangkan beberapa kesulitan bagi semua elemen negara, baik bagi para pekerja, pemerintahan, peserta didik. Mereka semua merasakan akibat dari pandemi covid-19. Begitupun dengan saya yang berstatus sebagai mahasiswa, jika Aku diberi pilihan enak mana belajar di rumah atau di kampus, pasti saya lebih memilih belajar di kampus. Jujur dengan belajar di rumah memang membuatku merasa senang karena bisa dekat dengan keluarga, namun juga membuat saya kesulitan memahami beberapa materi kuliah. Lebih boros kuota pun saya sadari, karena memang belajar di rumah mengharuskan mahasiswa untuk selalu online. Karena takut jika nanti akan ketinggalan info penting seputar kuliah setiap harinya. Kendati demikian, Aku berusaha untuk tidak mengeluh, karena memang ini terpaksa dilakukan guna memutus rantai penyebaran corona covid-19.

Pada situasi pandemi seperti sekarang, Aku dan keluargaku merasa khawatir .Baik khawatir jika tertular, khawatir menularkan, khawatir tentang dampak ekonomi keluarga, usaha orang tua, khawatir dampak sosial ketika terjadi masalah ekonomi, khawatir pula terhadap kemampuan pemerintah menangani kasus bencana kesehatan yang mendunia ini. Dan entah sampai kapan kondisi seperti ini akan berakhir. Oleh karena itu, orang tuaku benar-benar melarangku dan semua anggota keluarga untuk beraktivitas di luar rumah kecuali ada kepentingan yang sangat mendesak. Keadaan seperti ini sangat membuatku benar-benar bosan, tidak ada yang bisa kukerjakan selain menyelesaikan tugas-tugas kuliah dan membantu pekerjaan rumah sehari-hari. Membuat beberapa makanan yang bisa kubuat untuk camilan yang biasa aku lakukan jika Aku sudah benar-benar merasa bosan di rumah.

Di sisi lain, ada bagusnya juga adanya pandemi Corona ini. Misal, lalu-lintas tak sepadat pada masa pra pandemi, permukiman di desaku tidak sepi di siang hari, atau kebersamaan dalam keluargaku jadi lebih erat karena semua penghuni rumahnya beraktivitas di dalam rumah.

Dari sisi religi, juga terjadi perubahan kondisi. Misalnya saja yang dialami oleh ayah dan adikku yang setiap hari Jumat melakukan ibadah sholat jumat di masjid. Karena adanya anjuran untuk ibadah di rumah masing-masing dan larangan untuk berkumpul dengan orang banyak membuat ayah dan adikku bingung bagaimana melaksanakan sholat jumat jika ada larangan seperti itu. Namun, alhamdulillahnya di desaku tetap mengadakan sholat jumat tetapi dengan menjaga jarak antara satu orang dengan orang lainnya, sekitar 1 meter jaraknya ketika sholat. Oleh karena itu, bisa dikatakan pada masa pandemi ini sedang terjadi revolusi, perubahan yang terjadi secara cepat khususnya pada aktivitas sosial masyarakat.

Yang kuharapkan semoga virus corona ini dapat segera berlalu. Apalagi kurang satu minggu lagi sudah memasuki bulan ramadhan. Sungguh tidak nyaman sekali jika corona ini tetap di negeriku sampai Hari Raya Idul Fitri. Bisa-bisa di bulan ramadhan tahun ini akan sepi sekali, karena jika pandemi ini tidak segera pergi pasti orang-orang takut keluar rumah untuk sekedar ngabuburit atau lainnya. Dan bisa jadi sholat tarawih pun diadakan di rumah masing-masing. Sama sekali tidak nyaman jika memang demikian.

Kepingan CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang