4. Kecil-Kecil Cabe Rawit

38 8 2
                                    

"Rezeki itu bukan cuma berbentuk uang. Ditembak cewek cantik juga bagian dari rezeki. Mana boleh ditolak."

-Bintang

***

Langkah gontai membawa Bintang untuk melangkah ke tempat di mana motor hitam kebanggaannya terparkir apik di bawah pohon ketapang. Kedua tangannya pun ia selipkan ke dalam saku celana abu-abu yang ada di sisi kanan dan kiri.

Cool.

Satu kata itu menggambarkan sosok Bintang sang duta sekolah.

Eksistensi Bintang di Cakrabuana sebagai duta sekolah tak kalah famous-nya dengan Bara si ketos dan Lano si kapten basket. Satu lagi yang hampir terlupakan, Awan si saudara kembar yang menjabat sebagai kapten futsal pun juga tak kalah sama sepertinya yang masuk ke dalam jajaran anak-anak emas Cakrabuana.

"Maaf telat."

Bintang mengalihkan pandangannya dari layar ponsel. Senyum tertarik di bibirnya saat melihat seorang siswi yang baru saja datang di hadapannya dengan napas yang sedikit ngos-ngosan. Dia Tari, gadis yang Bintang sebut sebagai pacar yang entah ke berapa.

Playboy.

Satu kata itu adalah sisi lain dari sosok Bintang yang terkenal goodboy. Pesona yang dimiliki kembar Bimantara itu memang tidak bisa membuat para kaum hawa menolak mentah.

Jika Awan cenderung jual mahal dan memiliki gengsi yang setinggi langit, maka berbeda dengan Bintang. Laki-laki itu justru mempersilakan perempuan mana pun untuk menyukai dan mencoba masuk ke dalam hatinya. Dengan catatan, masih seorang gadis dan bukan orang tua.

Bintang mudah dicintai banyak perempuan, akan tetapi, ia hanya bisa membalasnya dengan kata suka. Belum bisa memberikan cinta karena dari dulu sampai sekarang baru satu wanita yang ia cintai, Wulan. Sang bunda yang menjadi cinta pertamanya.

Lalu bagaimana dengan nasib para perempuan yang pernah ia pacari? Percaya atau tidak, Bintang tidak pernah menembak mereka untuk dijadikan pacar. Semua perempuan yang jadi pacar laki-laki itu hanya bermodalkan nekad untuk menembak Bintang. Iya, perempuan - perempuan itulah yang menyatakan perasaan mereka dan meminta laki-laki itu menjadi pacar.

Memang dasarnya Bintang yang kelewat baik, mana mungkin tega ia menolak. Beruntung, semua perempuan yang menembaknya itu rata-rata cantik dan manis.

Kalau kata Wulan, rezeki itu tak hanya sekadar berupa uang. Oleh sebab itu, ditembak perempuan cantik bagi Bintang adalah bagian dari rezeki. Bukankah rezeki tidak boleh ditolak? Jadi ya sudah, dengan ikhlas lahir batin Bintang akan menerimanya dengan senang hati.

Lalu, bagaimana kalau ada yang menembaknya lagi di saat ia masih memiliki pacar? Maka dengan halus Bintang akan memutuskan hubungannya dan menerima perempuan baru.

Simple, tetapi terdengar brengsek. Bintang membenarkan dan ia tak menampik itu. Lalu kapan Bintang akan berhenti? Maka Bintang akan menjawab:

"Sampai bisa menemukan perempuan yang bisa buat gue memberikan cinta seperti gue mencintai bunda."

Bintang memang jahat, tapi ... ya sudahlah. Mau sejahat apapun Bintang tetap tidak akan mengubah cara pandang para kaum hawa yang menatapnya dengan penuh sorot memuja.

"Aku tadi ada rapat OSIS dadakan. Maaf udah buat kamu nunggu, ya," ucap Tari yang merasa bersalah karena telah membuat Bintang menunggu.

"Enggak masalah. Mau pulang sekarang?"

Tari mengangguk dan langsung menerima helm yang diulurkan oleh Bintang. Selesai memakai helm, Bintang menyuruh Tari untuk naik di boncengannya. Mereka pun keluar dari SMA Cakrabuana dan bergabung bersama kendaraan lainnya di jalanan.

AWAN RIBUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang