1. Mantra Shitya

89 10 5
                                    

"Hati-hati, ini mantra bukan sembarang mantra. Karena mantra ini bisa buat lo kesakitan dan buat gue ngakak abis."

-Korban Awan Ribut

***

"AWAAAAAN!!"

Seluruh pasang mata yang berada di sepanjang koridor memutar bola mata jengah. Sudah bukan hal baru lagi jika setiap waktu istirahat tiba akan ada teriakan dan aksi kejar-kejaran ala Tom & Jerry versi manusia di sepanjang koridor kelas.

Awan Bimantara atau yang lebih akrab disapa Awan itu tengah berlari sekuat tenaga. Menghindar dari kejaran seorang gadis yang baru saja menjadi korban kejahilannya. Dengan membawa minuman botol rasa jeruk di tangan, Awan terus berlari menyusuri koridor kelas jurusan IPA. Kepalanya sesekali menoleh ke belakang, menyempatkan diri untuk sekadar menengok dan mengejek gadis yang mengejarnya.

"Ah, lemah lo! Masa ngejar gue aja enggak bisa!"

Gadis pemilik nama lengkap Shityana Dewi itu mengumpat. Di dalam hatinya saat ini sedang sibuk mengabsen nama-nama hewan dan kata laknat sebangsanya yang tertuju untuk Awan di depan sana.

"Balikin minum gue woy!" teriak Shitya yang justru dibalas ejekan oleh laki-laki yang menjabat sebagai kapten futsal di SMA Cakrabuana itu.

"Lo mau? Buruan ambil! Jangan sampe gue minum nih!" Awan tertawa setan.

Langkah lebarnya menuntun mereka ke arah gazebo di belakang perpustakaan. Shitya memang tidak memakinya secara frontal di depan orang banyak seperti saat ini, tetapi Awan sangat tahu jika perempuan bertubuh mungil itu pasti sedang mengumpat, memaki, dan menyumpah serapah dirinya di dalam hati. Semua itu dapat Awan lihat dengan jelas dari wajah gadis itu yang sudah berwarna merah padam karena tingkah jahilnya yang membuat kesal hingga ke ubun-ubun.

"Berhenti enggak lo?"

"Enggak!"

Kedua tangan Shitya terkepal erat. Hazel cokelatnya menatap penuh permusuhan ke arah Awan yang masih berlari membawa minuman botol rasa jeruk miliknya yang baru saja ia beli dari kantin. Shitya kesal, sangat kesal karena selain laki-laki itu punya tingkah yang membuatnya selalu naik darah, Awan juga punya mulut yang licin luar biasa. Suka nyolot dan nyinyir seperti netizen yang maha benar.

"Gue sumpahin jatuh sampai guling-guling mampus lo!"

Bukan sulap bukan sihir. Bak mantra, dalam sekali ucap sumpah yang Shitya lontarkan langsung terjadi saat itu juga.

Bugh!

Shitya menghentikan langkahnya seketika. Kedua hazel cokelat gadis itu sempat membolak kejut sebelum akhirnya berubah manjadi sipit karena tergelak melihat laki-laki yang telah mengambil minumannya itu tersungkur di tanah. Meski tidak sampai guling-guling seperti isi sumpahnya yang asal bunyi, tetapi Shitya cukup puas melihat posisi Awan di bawah sana yang mencium tanah dengan sangat mesra.

Tali sepatu sialan!

Awan merutuki tali sepatunya yang terlepas. Karena tali sepatunya itulah ia menjadi bahan gelak perempuan yang sekarang tengah menertawakannya dengan sangat puas. Bukannya membantu untuk bangkit, Shitya justru menertawakan dirinya bahkan, tanpa tedeng aling-aling gadis bertubuh kecil itu melayangkan satu jitakan pedas di dahinya.

Pletak!

"Satu jitakan ini buat lo yang udah berani-beraninya ngambil minuman gue!"

Awan meringis, jitakan Shitya pasti telah meninggalkan jejak kemerahan di dahinya.

Melihat Awan yang tengah sibuk mengusap dahinya, Shitya merebut minumannya yang telah diambil paksa. Setelah mendapatkan minumannya, gadis itu melayangkan tatapannya yang setajam laser ke arah Awan yang masih betah terduduk di tanah.

Shitya memang kesal dengan Awan pakai banget. Namun sialnya, ia juga memiliki rasa bersalah atas insiden terjadinya ciuman antara Awan dan tanah itu. Entah kebetulan ataupun bukan, sumpah yang ia sebut secara asal tadi adalah salah satu penyebab teman laknatnya itu jatuh konyol di atas tanah dengan posisi yang tak ada bagus-bagusnya.

Gadis itu menghela napas, tangan kanannya terulur di hadapan Awan.

Awan tersenyum tipis, sudah ia duga, perempuan mungil itu pasti akan berbaik hati membantunya bangkit meski tatapan di hazel cokelatnya masih mengibarkan bendera perang.

Keduanya melangkah ke arah gazebo. Ah, ralat. Lebih tepatnya Awan mengikuti langkah gadis itu yang memilih duduk di gazebo. Meski Shitya sempat berdecak sebal karena laki-laki tengil itu terus membuntutinya, tetapi ia tak mau ambil pusing. Lebih baik ia membuka tutup botol minuman rasa jeruk itu dan menenggaknya.

Semua gerak-gerik Shitya pun tak luput dari tatapan Awan. Melihat tenggorokan gadis itu yang bergerak karena menenggak minumannya, ide jahil kembali muncul di otak Awan.

Awan berdiri dari duduknya. Dengan sekali gerak, tangan kanannya mendorong botol minuman yang masih menempel di bibir Shitya. Akibatnya, minuman rasa jeruk itu tumpah membasahi bibir tipis gadis itu hingga mengenai seragam putihnya.

Mencium bau-bau perang akan kembali berlanjut, bergegas Awan mengambil langkah seribu. Meninggalkan Shitya yang kepalanya sudah bertanduk dan muncul kepulan asap karena emosi yang kembali terpacu.

"AWAAANNN!!!!"


"AWAAANNN!!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AWAN RIBUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang