11. Kembalinya Satria

27 2 0
                                    

"Pasal 1; cewek selalu benar. Pasal 2; cowok selalu salah. Pasal 3; kalau cowok benar dan cewek salah maka kembali ke Pasal 1."

-Korban Awan Ribut

***

Sesuai dengan kesepakatan sepihak yang dibuat oleh Awan, pagi ini tepat ketika jarum jam menunjukkan pukul 06.30, keponakan Tante Dara itu telah berdiri anggun di depan pagar rumah. Dengan tangan kiri yang sibuk memainkan gadget, gadis bertubuh mungil itu mengunyah santai selembar roti tawar berselai kacang yang tadi sempat ia ambil dari meja makan. 

Hazel cokelatnya melirik jam di pergelangan tangannya yang telah menunjukkan pukul 06.40. Sejak gigitan pertama pada roti yang ada di tangan hingga habis masuk ke dalam perut, tak kunjung juga Shitya melihat batang hidung Awan bersama motor besarnya datang menjemput. Gadis itu mulai berdiri tak tenang. Beberapa kali ia memencet ikon panggilan pada kontak bernama Awan tetapi tak juga dijawab. Sudah mengirimkan banyak pesan juga sama saja tak ada balasan.

Lima belas menit lagi gerbang sekolah akan ditutup dan Awan masih belum datang juga. Ke mana perginya laki-laki itu?

Sementara di tempatnya berdiri, Shitya sudah mencak-mencak tak karuan. Sumpah Demi apapun, ini masih pagi dan Awan telah berhasil membuatnya emosi!

"Ya Allah, Wan. Ada enggak adanya wujud lo ternyata bisa buat emosi gue naik juga!"

Tin! Tin!

Panjang umur, yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Suara klakson motor yang datang dari arah barat mengalihkan perhatian Shitya. Tatapan tajam sekaligus rasa lega ia tujukan kepada Awan yang kini tersenyum setan tanpa dosa di hadapannya.

"Ojek, Neng?"

Shitya memutar bola matanya jengah. "Jam berapa ini wahai Awan Bimantara?"

Awan melihat jam tangan hitamnya dan terkekeh pelan.

"Jam tujuh kurang lima belas menit sih sekarang."

"Bagus! Lo yang nentuin waktunya dan lo sendiri yang telat!" Shitya naik ke boncengan Awan.

"Loh, kok malah gue yang telat? Kan jam setengah tujuh itu gue tetapkan buat lo, bukan gue," kata Awan memberikan penjelasan. Ralat, lebih tepatnya pembelaan.

"Tetap aja lo telat! Gara-gara lo, gue cuma bisa sarapan roti tau enggak!"

"Itu sih salah lo. Siapa suruh sarapan roti doang!"

"Kalau aja lo enggak nyuruh gue untuk stand by di sini dari jam setengah tujuh, mungkin gue masih sempat sarapan nasi!"

"Ya itu derita lo. Siapa suruh bangunnya telat."

"Pokoknya ini semua salah lo!"

"Kok jadi gue? Dasar cewek, maunya selalu benar!"

"Gue memang bener, situ aja yang salah mulu!"

"Enak aja!"

Perdebatan mereka ternyata berhasil memancing Dara dan Oji keluar dari rumah. Sudah paham dengan kelakuan keduanya yang akan sangat sulit dipisahkan jika sedang berdebat, membuat Oji mengambil sebuah kaleng kosong yang ada di halaman rumah dan melemparkannya ke arah mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AWAN RIBUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang