7. Tembus

37 3 0
                                    

"Ada yang tembus tapi bukan air."

-Awan Ribut

***

Suara bel rumah yang dibunyikan secara beruntun dari luar menyudahi kegiatan Dara yang baru saja selesai menuang jus jeruk ke dalam gelas. Wanita yang semalam baru saja bertambah usia ke 46 tahun itu melangkah cepat ke arah ruang depan. Tangan kirinya membuka pintu utama, sedangkan tangan kanannya memegang gelas yang berisi jus jeruk buatannya.

Klek

Tepat saat pintu itu di buka, terlihat sosok seorang gadis bertubuh mungil yang penampilannya terlihat lusuh basah karena keringat. Wajah manis gadis itu pun juga terlihat begitu memerah karena lelah.

"Assalamualaikum, Tante."

Gadis itu Shitya, ia meraih tangan kanan Dara yang kosong untuk dicium. Setelahnya, ia melangkah gontai ke dalam rumah yang diikuti Dara.

"Wa'alaikumussalam. Loh, badan kamu kok keringetan gitu? Habis lari marathon dari mana kamu?" Dara memperhatikan keponakannya yang terlihat begitu lemas di atas sofa.

Ransel biru malam telah Shitya lemparkan ke sofa single. Simpul dasi yang mencekik leher jenjangnya pun juga sudah ia lepas begitu saja.

"Kamu habis ngapain, sih? Biasanya pulang sekolah juga enggak sampai keringetan gitu."

"Tya keringetan gini gara-gara Awan, Tante!"

Dara ikut mendudukkan diri di sofa, tepat di hadapan gadis yang sekarang tengah memasang ekspresi wajah memerah lelah sekaligus menahan kesal.

"Maksudnya?"

"Iya, gara-gara anaknya Tante Wulan itu Tya jadi begini! Masa Awan ngabisin jatah uang bekal Tya selama seminggu! Uang Tya habis karena harus bayarin dia makan, Tante! Karena uang Tya habis, Tya pulangnya tadi jalan kaki."

"Kenapa enggak coba telpon Tante atau Oji untuk jemput kamu?"

"Handphone Tya mati kehabisan batrai."

Tenggorokan Shitya terasa kering. Setelah tadi lelah berjalan kaki dari sekolah ke rumah tantenya yang kurang lebih sejauh dua kilometer, kini tenggorokannya semakin kering kerontang karena telah ia gunakan untuk berbicara kepada Dara. Melihat segelas jus jeruk segar di atas meja, langsung saja gadis itu menyambarnya. Bahkan, gadis yang sudah lelah bermandikan keringat itu tak mempedulikan delikan tajam tantenya karena telah seenak jidat menenggak habis jus jeruk yang sebenarnya untuk diminum oleh Dara.

"Shitya! Itu kan jus Tante!"

Si empunya nama meletakkan kembali gelas yang telah kosong itu di atas meja. Bibir tipisnya mendesah lega. Lega karena tenggorokannya kini kembali basah tak lagi kering setelah segarnya jus buatan tantenya masuk membasahi kerongkongan.

"Maaf, Tan. Semoga jus buatan Tante yang mengalir ke dalam tubuh Tya ini bisa menjadi amal jariyah." Shitya memungut ranselnya dan bergegas lari masuk ke dalam menuju kamarnya.

Bagi Shitya, melarikan diri setelah meminum jus kesukaan tantenya itu adalah jalan terbaik daripada telinganya harus mendengar teriakan merdu tantenya yang sebentar lagi pasti akan meneriaki namanya.

Di dalam hati, Shitya berhitung mundur.

Tiga, dua, satu ....

"SHITYAAAAAAA!!"

Nah, Shitya bilang juga apa.

Gadis itu terkikik geli di balik pintu kamarnya. Teriakan tantenya itu terdengar sangat merdu sekali di telinga.

AWAN RIBUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang