5. Otakku Travelling

40 6 0
                                    

"Gue cuma mau ngerjain lo doang! Otak lo aja yang travelling-nya kejauhan!"

-Awan Ribut

***

Suara konser dadakan meramaikan suasana kantin yang panas. Kehebohan itu bersumber dari meja yang terletak di dekat pintu masuk kantin yang sudah di klaim sepenuhnya menjadi milik sekumpulan siswa dari kelas XII IPS 1. Lagu Kopi Dangdut menjadi pilihan mereka untuk menghibur warga Cakrabuana yang sedang beristirahat di dalam kantin. Meskipun tatapan tajam tak suka mereka dapatkan dari beberapa anak, tetapi tetap saja suara tawa lebih mendominasi karena terhibur dengan aksi konyol mereka.

Awan termasuk salah satu siswa yang menghuni meja itu. Ia juga ikut bernyanyi, meski tak seheboh teman-temannya yang lain, tetapi ia cukup bisa menyelamatkan suara sumbang yang memekakan telinga dari teman-temannya.

Nyanyian Awan terhenti. Hanya ia seorang, sementara teman-temannya yang lain masih lanjut berkonser ria. Awan berhenti bernyanyi saat menangkap kehadiran gadis bertubuh mungil yang memasuki kantin bersama seorang perempuan berambut keriting.

Gadis bertubuh mungil itu Awan tahu benar siapa. Gadis kemarin sore yang sudah berani meninggalkan jejak biru di rahang bawahnya dengan tega dan barbar. Siapa lagi jika dia bukan Shitya?

Tak mau kehilangan jejak gadis itu yang akan menghilang di balik ramainya kantin, bergegas Awan bangkit dari duduknya. Berjalan dengan langkah lebar penuh dendam di belakang Shitya yang masih belum sadar dengan keberadaannya.

Hap!

Dalam sekali raup, tubuh mungil itu sudah berada di atas pundak Awan. Laki-laki itu segera membawa kabur Shitya keluar dari kantin. Ia bahkan tak peduli dengan tatapan seisi kantin yang menyorot mereka karena ia menggendong Shitya menggunakan gaya ala memanggul karung beras.

Sebenarnya, Awan juga tak tahu akan melakukan apa kepada Shitya sebagai aksi balas dendam. Yang jelas saat ini, Awan ingin menculik gadis itu terlebih dahulu. Masalah aksi balas dendam bisa ia pikirkan nanti.

"Lo mau ngapain? Turunin gue!"

Awan memutar bola matanya jengah. Mendengar teriakan Shitya sudah menjadi santapan telinga Awan sehari-hari. Mengapa perempuan itu suka sekali berteriak? Apa tidak kasihan dengan pita suaranya yang menjerit-jerit kecepit seperti itu?

"Lo kalau mau gendong gue cari gaya yang elegan dikit bisa enggak sih? Masa lo samain gue kayak karung beras gini?!" protes Shitya.

"Berisik lo!"

Shitya mendengkus sebal. Mulut Shitya mungkin akan terkunci setelah ini. Namun, jangan salahkan tangan-tangannya yang kini beraksi di punggung lebar Awan.

"Akh! Lo bener-bener barbar, ya!"

Awan meringis saat kepalan tangan Shitya memukul punggungnya dengan keras.

"Makanya turunin gue!"

"Enggak akan!"

"Oke, jangan salahin gue kalau punggung lo biru-biru."

Shitya semakin gencar memukuli punggung Awan. Gadis itu tak peduli dengan umpatan dan permintaan Awan yang menyuruhnya untuk berhenti memukul. Sampai kapanpun ia tidak akan berhenti sebelum laki-laki itu menurunkan tubuhnya.

Awan membuka pintu UKS dengan kasar. Brankar yang kosong di balik tirai menjadi tempat laki-laki itu mendaratkan tubuh mungil yang ia bawa.

"Ngapain lo bawa gue ke sini?" tanya Shitya curiga.

AWAN RIBUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang