- 01

413 44 6
                                    

𝒄𝒉𝒐𝒊, 𝒌𝒊𝒎, 𝒋𝒐┋²⁰²⁰

☾𝐨𝐫𝐛𝐢𝐭☽ ⌇ ༶
— — — — — — — — — — — —

Sang surya makin melaju kinerja, terik  sungguh tak main kala jam tepat menetap beberapa saat pada angka 11

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sang surya makin melaju kinerja, terik  sungguh tak main kala jam tepat menetap beberapa saat pada angka 11. Peluh yang sudah diterka kembali mengaliri kening begitu mujurnya. Dan saat air dingin kembali ditegak, hanya memunculkan presepsi singgah semata.

Yena duduk di kursi yang cukup terhalang teriknya mentari siang ini. Matanya bergerak dan sesekali kurva tertarik melebar dengan adanya gerakan dari sang pujaan apalagi senyumnya.










Bucin, begitu kata orang.


Tapi Yena tak pernah menepis, sebab memang itu nyatanya.


















"Woi"

Satu seruan mulus menyentak Yena. Dirinya lalu menggerak kepala niat mencari si pembuat suara, tapi masih dengan lirikan kecil pada laki-laki yang dipuja.

"Gue disini pendek"

Yena menengok pada samping kanannya, dan benar saja dia ada disana sembari tersenyum jenaka. Dan tak lama ia ikut andil duduk bersama Yena.

"Doi masih belum notice ya, yang sabar dah" katanya buat Yena hampir naik pitam.

Tapi ia tak mengelak, karena lagi memang benar adanya.











Tapi Yena tau mengapa demikian, semua tak luput dari mata hawa yang menatap orang yang Yena suka. Yena jelas merasa dirugi jika mereka turut memuja sang pujaan hati, tapi apa yang mau dibuat raga.

Si pujaan memang dikenal pelosok sekolah hanya dengan nama, apalagi ia dilaliri darah pemilik sekolah ini. Rupa pun tak perlu pandang dua kali untuk memastikan benar adanya rupawan. Ia sangat diidamkan.

"Pasukan lu pada kemana?" pemuda di sebelah Yena kembali mengucap kata, ia juga turut mengedar pandangan pada sekitar.

"Pada punya urusan" jawab Yena singkat, walau benar nyatanya.

"Ciee gak ditemenin" ujarnya sambil tertawa riang


Yena diam, tapi sepasang netra menelisik kesal.






Jujur Yena tak suka dengan tabiat pemuda disamping ini. Tapi tak dipungkiri keduanya bahkan sudah menjalin pertemanan dari Yena pertama kali dapat merangkai kata atau sekedar berucap bababa, jadi Yena jelas tahu bagaimana temannya yang satu ini. Tinggal tanya, Yena akan jawab mulus.

"Bacot ah, gue laper nih ikut ngantin kaga" Yena berucap sembari menegak raga, matanya melirik si teman kecilnya.

Si pemuda segera menengok ke depan lalu mengais atensi pada Yena yang juga demikian.

round and roundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang