Bagian 1

27 1 0
                                    

(Nueva Vida)
~New Life~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Dia membuka matanya dengan perlahan, dan merasakan pusing di kepalanya. Gadis itu berusaha bangun sambil memegang kepalanya. Tiba-tiba ada pria yang menolongnya untuk duduk. Gadis itu sempat menoleh kepada pria yang membantunya untuk bangkit ini tidak heran memang pria ini selalu di dekatnya sejak dia tinggal di Lucha.

Dia menoleh kearah kiri tepat kearah jendela yang belum tertutup, hari sudah gelap pertanda malam sudah tiba. Selama itukah dia tertidur, dia saja tidak tahu kenapa dia bisa ada di sini.

“Sudah lama?”

Pria yang sedang mengambil sepiring makanan dan juga air minum di atas meja, mendekat dan duduk di tepi ranjang tempat tidur gadis ini.

“Emm sudah lama, makan lah dulu. Kau mengalami cedera jadi kau harus makan setelah itu minum obat”

Oh ya dia baru sadar ternyata penyebab rasa nyeri di punggungnya itu saat dia ingin bangun adalah cedera, ya… dia cedera lagi. Bahkan tangannya juga sudah di baluti perban. Dia yang sadar jika tubuhnya masih sakit dan juga tangannya terasa ngilu membuat pria itu menyuapi Luci untuk makan. Cukup lama Luci pingsan hingga malam menjelang gadis ini baru sadarkan diri dan dia sudah terbiasa melihat pemandangan ini.

Pada dasarnya anak laki-laki di Lucha ini tidak di berikan izin untuk masuk kedalam kamar seorang perempuan, tapi itu tidak berlaku untuk pria ini. Hanya dia yang bisa masuk kedalam kamar Luci kapanpun dia mau, Luci saja di buat heran olehnya seakan pria ini memiliki kuasa yang kuat di sini.

Aku membunuh lagi (?)” ucap Luci dengan suara pelan namun pandangannya menghadap keluar jendela.

Kemudian pria itu memegang tangan Luci dan mengelusnya dengan pelan seakan menyalurkan ketenangan untuk gadis ini. Walaupun gadis ini tidak memperlihatkan raut wajah sedih tapi dia yakin jika saat ini dia sedih.

“Tidak, kau tidak membunuhnya. Dia masih bisa di selamatkan”

Luci menoleh kearah pria tersebut dan menatapnya, tidak lama lalu dia kembali memalingkan wajahnya kearah luar jendela.

“Ini makan lah lagi” suap pria itu kembali tetapi Luci menolak dengan alasan dia sudah kenyang.

“Satu suap saja, setelah ini kau bisa minum kapsul pereda nyeri tubuh mu” bujuk pria itu dan di turuti oleh Luci.

Tidak ada yang dia punya selain pria ini, pria yang sudah menolongnya bahkan menjaganya selama berlatih di tempat yang menyeramkan ini. Bisa di bilang pria ini merupakan sahabat sekaligus keluarga baginya.

Kini Luci sudah meminum beberapa kapsul yang pria ini berikan kepadanya.

“Kembali lah ke kamar mu” ucap Luci karena memang hari sudah malam, pria ini pasti butuh istirahat juga setelah lelah menjaganya.

“Emm… tidur lah Luci, semuanya baik-baik saja” jawab pria itu sambil mengelus lembut pucuk kepala Luci membuat gadis itu merasa tenang. Ini yang dia butuhkan agar tidurnya nyenyak.

Setelah mengatakan itu, pria itu kini berjalan meninggalkan kamar Luci dan menutupnya. Kamarnya tidak berada jauh dari kamar Luci hanya melewati 4 kamar saja.

Setiap malam jendela di kamar Luci memang tidak pernah di tutup. Dia tidak ingin jendela itu di tutup katanya dunia malam, atau kegelapan sangat indah baginya. Bahkan angin malam pun sangat sejuk, kamarnya yang minim pencahayaan karena memang Luci tidak suka saat tidur dalam keadaan terang jadi dia hanya di temani dengan lampu tidur dan juga cahaya bintang dan bulan di luar sana.

Luci membaringkan tubuhnya dengan perlahan dan menarik selimutnya. Dia harus tidur karena memang besok dia akan bangun pagi-pagi untuk berlatih.

Matahari belum juga terbit sepenuhnya, tapi seseorang sudah berlatih sendirian di sebuah ruangan yang memang di persiapkan hanya untuk berlatih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari belum juga terbit sepenuhnya, tapi seseorang sudah berlatih sendirian di sebuah ruangan yang memang di persiapkan hanya untuk berlatih. Cuaca di luar mungkin belum terang, tapi keringat sudah mengguyur tubuhnya. Dia seakan melupakan rasa sakit di bagian punggungnya dan juga di bagian tangannya. Dia terus memukul dan juga menendang seakan benda di depannya adalah seorang musuh yang sangat dia benci. Merasa bosan, dia mengambil skipping dan melompat-lompat, kata lelah bahkan tidak terlihat di wajahnya dan juga tubuhnya.

Bahkan setelah puas melompat-lompat, kini gadis itu beralih ke sebuah tempat di mana senjata yang sering digunakan untuk berlatih di simpan. Dia mengambil satu pisau yang begitu tajam! melihatnya bahkan mengelus-ngelus nya layaknya seorang pemotong daging di pasar yang siap memotong daging menggunakan pisau itu.

Lalu Luci menggerakkan bola matanya ke suatu arah saat ini dan....

Krang!!!!

Salah satu lemari kaca di sana pecah akibat terkena lemparan pisau yang di layangkan oleh gadis itu.

“Insting mu sangat bagus” ucap pria itu dan tersenyum bangga.

“Kau juga sangat pandai mengelak” puji gadis itu.

Kini pria itu berjalan mendekat kearah gadis itu, dia juga sempat mengambil pisau yang di lemparkan sang gadis hanya untuk melatih kecepatan menghindar pria itu.

“Huh… Apa kau tidak lelah Luci?” Tanya pria tersebut.

“Tidak, kenapa?”

“Aku rasa luka mu saja pasti belum sembuh dan kau sudah berlatih seperti ini. Ckk…wanita yang kuat”

Sedangkan Luci hanya tersenyum tipis saat mendengar ucapan pria yang sudah di anggapnya sebagai sahabatnya itu.

“Berhentilah dan sarapan sini, aku membawakan mu sarapan kau juga harus meminum kapsul mu”

Luci menghentikan kegiatannya, jika temannya itu sudah memerintah dia tidak bisa menolaknya lagi. Luci berjalan mendekat kearah pria tersebut, dia mengambil sebuah roti yang di bawa oleh pria itu dan memakannya.

“Apa kau tidak kesakitan?”

“Sakit…? Haha aku bahkan mati rasa untuk rasa sakit, jadi berhentilah mengkhawatirkan ku” ucap Luci santai.

“Sebutan Iblis memang pantas untuk mu” cibir pria itu.

(Don't forget to vote and comment)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Don't forget to vote and comment)

See you the next....

Lux In Tenebris{On Going }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang