Bagian 3

13 1 0
                                    

(Penjemputan)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Pagi seperti biasanya semua anak didik di Lucha akan berlatih di ruangan yang memang sudah di sediakan tidak hanya ada 1 ruangan saja melainkan banyak jadi semua anak didik di sini bebas mereka akan memilih ruangan mana dan dengan siapa mereka akan bergabung atau bahkan berlatih bersama.

Tetapi bedahalnya jika ruangan yang sudah di tempati oleh dua orang yang di juluki sebagai ‘Buldoser dan iblis pembunuh’ itu banyak dari mereka yang memilih untuk tidak seruangan dengan dua orang itu dan hanya beberapa orang lah yang memiliki mental kuat untuk seruangan berlatih bersama dengan ‘Buldoser dan iblis pembunuh’ itu.

Tetapi bedahalnya jika ruangan yang sudah di tempati oleh dua orang yang di juluki sebagai ‘Buldoser dan iblis pembunuh’ itu banyak dari mereka yang memilih untuk tidak seruangan dengan dua orang itu dan hanya beberapa orang lah yang memiliki ment...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Saat di ruang latihan tadi Luci dan juga temannya itu mendapat pesan jika mereka harus ke ruang pelatih karena ada seseorang yang ingin bertemu dengan mereka. Luci sudah membersihkan dirinya, dia segera menuju ke ruang pelatih yang memanggil mereka tadi.

Luci tidak menunggu temannya itu, jika dia menunggu yang ada setahun kemudian mereka akan menemui pelatih tersebut jadi Luci memutuskan untuk pergi terlebih dahulu.

Luci sudah mengetok pintu ruang pelatih sebanyak 3 kali karena memang itu peraturannya baru dia membuka pintu tersebut. Saat dia membuka pintu dan masuk, dia melihat ada seorang pria paruh baya memakai setelan pakaian yang rapi dan juga terlihat mahal. Tak lupa juga pria itu di temani oleh 2 orang pria yang memiliki postur tegap dengan setelan pakian hitam-hitam. Luci tidak memperdulikannya, dia memberikan salam kepada pelatihnya tersbeut.

“Buenos días entrenador” (Selamat pagi pelatih).

“Yeppo” (Cantik). Ucap pria paruh baya itu pelan yang tengah memperhatikan Luci sedari tadi.

Pendengaran Luci tidak seburuk itu, dia di latih di tempat yang bagus dan juga kejam tentu saja setipis apapun suara tersebut dia bisa mendengarnya. Tetapi, Luci tidak tahu apa maksudnya pria paruh baya itu mengatakan hal itu. Dia menggunakan bahasa korea, tentu saja Luci mengetahui itu karena memang semua anak didik di sini di ajarkan berbagai macam bahasa dan salah satunya juga bahasa Korea.

Tidak lama kemudian pintu ruangan ini terbuka lagi, Luci yakin itu adalah sahabatnya itu dan dia akan memarahi Luci karena tidak menunggunya. Luci sangat hapal itu.

“Appa!” pekik pria yang baru masuk itu dan segera berlari memeluk pria paruh baya ini. Membuat Luci menatap bingung dan juga geli melihat tingkah temannya itu.

“Byun Baek, wahh Appa tidak menyangka kau tumbuh dengan baik selama di sini”ucap Ayahnya tampak rindu terlihat jelas di wajahnya.

“Kenapa kau baru datang sekarang Appa, kau sangat kejam” protes Baek cemberut.

“Sudah, sudah ini bukan saatnya kita bercerita panjang” ucap Byun seongha ayahnya Baek.

Lux In Tenebris{On Going }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang