Namaku Poppi Soviana. Umurku 17 tahun. Biasa dipanggil dengan nama Poppi oleh orang-orang yang mengenalku. Kecuali dengan ayahku. Beliau lebih suka memanggilku, jalang kecil. Setelah kepergian ibu.
Dia bukan ayah yang baik. Dia suka berjudi, minum-minum. Tidur dengan beberapa wanita. Hidupnya menjadi kacau setelah ibu ketahuan berselingkuh. Ibu memilih pergi dengan selingkuhannya, meninggalkan ku dan ketiga adikku tinggal bersama ayah.
Keluarga ku hancur. Tidak ada lagi kata bahagia di keluargaku. Semenjak Ayah dan ibu sudah bercerai. Hidupku dan ketiga adikku, menjadi sangat buruk dan menyedihkan. Ayah tidak pernah memberikan kita uang untuk makan. Sering kali aku dan ketiga adikku diam-diam bekerja disebuah toko kelontong untuk mendapatkan upah makan.
Sungguh sangat menyedihkan hidupku.
Hampir setiap malam aku yang menjadi korban kekerasan ayah. Ditampar, dipukul, dijambak. Sebagai pelampiasan atas kemarahannya. Ayah menganggap ku seolah-olah aku ini adalah ibu. Karena wajah kita yang mirip. Ayah membayangkan penghianatan ibu saat memukuliku. Sangat menyakitkan.
Tidak sering, aku menangis sendirian ditengah malam. Sambil membelai rambut adik-adik ku. Mereka masih kecil tapi sudah mengalami hal yang menyedihkan.
Adikku bernama Leah, Neo, dan Clara. Mereka adik yang baik dan penurut kepadaku. Aku ingin membahagiakan kehidupan mereka. Mereka tidak seharusnya merasakan semua ini.
Besok aku berniat untuk mencari pekerjaan. Dengan berbekalkan ijazah SMP dan keberanian ku. Aku yakin akan sangat sulit mencari pekerjaan sementara pendidikan ku masih rendah. Tapi itu tidak akan menyurutkan niat ku untuk mencari pekerjaan.
Aku ingin hidup mandiri, menghasilkan uang sendiri. Supaya tidak terus hidup bersama ayah yang kejam.
"HEI! JALANG KECIL! DIMANA KAU!"
Ayah berteriak memanggilku.
Perasaanku tidak enak. Aku mohon jangan sakiti aku lagi, ayah. Luka-luka yang kemarin belum sepenuhnya sembuh. Masih membekas rasa sakitnya.
"JALANG! CEPAT KESINI, ATAU KU BAKAR RUMAH INI BESERTA ADIK-ADIK MU ITU!"
Aku semakin geram. Mengatur emosi dan kesabaran ku sebelum bertemu ayah. Yang aku yakini sekarang pasti sedang mabuk. Semoga aku baik-baik saja. Aku segera menemui ayah diruang tamu. Ayah tidak sendirian, dia bersama wanita dewasa berpakaian seksi. Sudah biasa dia membawa wanita pulang. Aku tidak kaget lagi.
"Iya, Ayah. Ada apa memanggilku?" Tanyaku sesopan mungkin. Karena aku tidak ingin mencari masalah. Aku harus banyak mengalah. Padahal aku sudah muak dengannya.
Ayah tidak menjawab pertanyaan ku. Malah berbicara dengan wanita yang dia bawa. "Ini dia jalang kecilku, Brenda. Bagaimana menurutmu?"
Wanita yang bernama Brenda itu melihat penampilan ku dari ujung kaki hingga ujung kepala. Mendekat kearah ku. Meneliti setiap jengkal di tubuhku yang mungkin sangat berharga untuk dijual.
APA! AKU AKAN DIJUAL?!
"Wah-wah barang mu sangat bagus, Pedro. Ini bisa sangat mahal" ucap Brenda. Menyentuh daguku. Melihat wajahku lebih dekat lagi.
"Kau tenang saja. Aku masih punya dua jalang lagi. Tapi dia masih belum lulus syarat menjadi pelacur. Mungkin dua sampai tiga tahun lagi." Ayah sangat jahat. Tega menjual ketiga putrinya. Menjadikannya sebagai ladang uang. Aku tidak bisa membiarkan Leah dan Clara bernasib sama sepertiku.
"Oke-oke. Sekarang ayo bawa dia!"
"AYAH—
Ayah tidak membiarkan ku untuk protes. Membekap mulutku dengan tangannya. Sementara Brenda memegang kedua tanganku. Supaya aku tidak memberontak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pertinacious [TERBIT E-BOOK]
RomancePertinacious Romance Story Wattpad By Andearr 'Short Story' From "GAVIR: The Gay and The Virgin" Poppi & Alden [DALAM BENTUK EBOOK DI GOOGLE PLAYSTORE ETERNITY PUBLISHING] _____ Poppi Soviana, gadis biasa yang malang. Menjadi tulang punggung keluarg...