Bab 11

5.5K 457 23
                                    

Lima tahun kemudian,

Hari-hari aku lalui dengan damai dan tenang bersama anak semata wayang ku, Lucas. Dia tumbuh menjadi anak yang cerdas, baik, penurut. Lucas selalu menuruti apapun perkataan ku.

Bahkan saat dia bertanya dimana ayahnya, aku menyuruhnya untuk diam dan tidak bertanya lagi. Maka dihari-hari berikutnya dia tidak pernah bertanya lagi. Mungkin Lucas tau, belum saatnya dia bertemu dengan ayahnya.

Aku masih bingung dengan perasaanku. Rasa benciku masih ada untuk Alden jika mengingat apa yang telah dia lakukan kepadaku hari itu. Namun jika aku melihat tangis Lucas, hatiku langsung luluh. Ingin segera mempertemukan Lucas dengan ayahnya.

Hingga hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Besok Alden akan keluar dari penjara. Berarti besok aku harus mempertemukan Lucas dengan ayahnya. Mau tidak mau, aku harus berdamai dengan ego ku. Kebahagiaan Lucas lebih penting bagiku. Aku tidak bisa melihat nya menahan tangis saat melihat anak seusianya asik bermain dengan ayahnya.

Saat malam tiba, aku ajak Lucas untuk tidur lebih awal. Memeluk tubuhnya erat. Membelai rambutnya yang halus dan harum. Lucas menyembunyikan wajahnya didada ku. Dia berusaha tertidur, walaupun sulit.

"Lucas tau alasan kenapa ibu ajak Lucas tidur lebih awal?" Tanyaku sambil menepuk pantatnya lembut.

Lucas menggeleng, "Lucas ingin bertemu ayah, kan?"

Lucas langsung bangun dari tidurnya. Menggoyangkan tubuhku dengan antusias. "Benarkah? Lucas ingin bertemu ayah?"

Aku membalasnya dengan senyuman manis. "Makanya ayo tidur lebih awal. Supaya tidak bangun kesiangan. Besok pagi kita jemput ayah ya?"

"Lucas rindu ayah, padahal belum pernah bertemu."

Dalam hatiku aku juga merindukan nya, padahal masih ada rasa benci yang tersisa. Hatiku masih berat untuk menerimanya lagi dihidup ku.

***

Keesokan paginya aku melihat Lucas sangat antusias dan senang ingin bertemu dengan ayahnya. Bahkan pagi-pagi sekali dia sudah membangunkan ku. Menyuruhku untuk segera mandi.

"Ibu ayo segera mandi. Ayah sudah menunggu kita!"

"Ya Tuhan, ini masih sangat pagi. Bahkan paman Neo belum bangun, Lucas," ucapku sedikit geram. Akhirnya aku memandikan Lucas dulu, setelah itu membuat sarapan.

Sejak pagi Lucas terus saja mengoceh senang. Menanyakan bagaimana ayahnya kepada adik-adik ku yang sudah menjadi bibi dan paman bagi Lucas. Umur Lucas masih kecil, namun dia terlihat lebih tua dari umur nya. Dia sudah lancar berbicara saat umur kurang dari 2 tahun.

Saat umurnya genap lima tahun, aku berniat ingin memasukkannya ke sekolah kanak-kanak. Kepintarannya sepertinya menurun dari ayahnya. Dan aku bersyukur soal itu.

Beby tiba-tiba datang ke rumah. Syukurlah, aku bisa mengajak nya untuk menemaniku bertemu Alden. Lucas sangat senang dengan kedatangan Beby. Mereka sangat dekat, karena Beby juga sering main ke rumah. Tidak banyak bicara, kita langsung berangkat menuju lapas untuk menjemput Alden. Jantungku berdegup dengan kencang disetiap menitnya. Apa yang akan terjadi saat kita nanti bertemu?

Sungguh aku tidak bisa jika harus menemuinya sendiri bersama Lucas. Aku butuh seseorang untuk menyemangati ku. Dan Beby ada untukku. Beby sudah memaafkan apa yang lakukan Alden kepadanya. Jika Beby bisa memaafkan, maka aku juga harus bisa memaafkannya. Walaupun itu berat.

"Sudahlah, lupakan masa lalu. Aku yakin Alden sudah berubah. Apalagi dia sudah memilik anak secerdas dan setampan Lucas." Beby menggenggam tanganku.

Pertinacious [TERBIT E-BOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang