Bab 12

5.1K 399 16
                                    

Aku dan Alden membuat perjanjian. Perjanjian tentang hak mengasuh anak kita, Lucas. Aku ingin tetap bersama Lucas apapun yang terjadi. Aku yang melahirkannya, mengurusnya sampai saat ini. Alden tidak boleh semena-mena mengambil Lucas dariku.

Awalnya Alden ingin Lucas tinggal bersamanya dirumahnya yang besar dan nyaman. Bukan tinggal bersamaku di rumah kontrakan yang kecil. Namun aku menolaknya. Dia tidak bisa memisahkan anak kecil dengan ibunya. Aku tidak setuju.

Akhirnya disetujui perjanjian bahwa, aku akan tinggal bersama Alden dirumahnya, untuk tetap menjaga Lucas. Setiap hari Senin sampai Jumat aku dan Lucas tinggal bersamanya. Saat akhir pekan aku dan Lucas akan pulang ke rumah ibu. Semua ini aku lakukan semata-mata untuk kebahagiaan Lucas. Dia pantas hidup dengan layak dan berkecukupan. Alden dapat memberikan apapun yang Lucas inginkan, sedangkan aku tidak.

Aku cukup sadar diri. Dan mengenyampingkan ego ku. Tinggal bersama Alden agar tetap bersama dengan Lucas. Tidak lebih. Entah, mungkin suatu saat nanti.

***

Sepuluh tahun kemudian,

Rutinitas ku setiap malam adalah membuat susu untuk Lucas. Sejak dia masuk sekolah kanak-kanak hingga ingin masuk sekolah menengah atas. Saat dia belajar, aku akan menyiapkan beberapa cemilan dan susu hangat. Lucas sangat menyukainya.

Setelah membuat susu hangat, aku mencari sesuatu makanan ringan didalam kulkas. Tiba-tiba aku merasakan hembusan nafas hangat di tengkuk leher ku.

Alden menarik pinggulku untuk mendekat ke tubuhnya. Jantungku berdegup kencang seiring hembusan nafasnya. Aku berusaha untuk menenangkan diriku. Ini sudah biasa terjadi. Alden terus mendekatiku, menggodaku. Agar aku mau menikah dengannya.

Dia tetap saja memaksaku untuk menikah dengannya, walaupun aku sudah beratus-ratus kali menolaknya. Aku tidak butuh ucapan tapi tindakan. Aku masih belum percaya dengan normalnya kelainan seksual nya.

Alden berbisik kepadaku, "Andaikan kau mau menikah denganku, ibu dari anakku."

Sontak aku menyikut perut Alden kuat hingga dia kesakitan agar aku terlepas dari pelukannya.

"Jangan pernah berharap, Alden."

Aku segera membawa beberapa makanan ringan dan susu hangat ke ruang belajar Lucas. Sebelum hal-hal yang lain akan terjadi. Firasat ku sangat buruk jika aku dan Alden berduaan dalam waktu yang lama.

"Poppi! Ayolah. Sudah sepuluh tahun kau terus menolak ku! Percayalah aku sudah berubah."

Aku meninggalkannya di dapur sendirian. Dulu aku diam-diam mengejarmu. Sekarang kau secara terang-terangan yang mengejarku. Dunia memang penuh lelucon.

Saat aku mengetuk pintu ruang belajar Lucas, tidak ada jawaban dari dalam. Aku pun masuk kedalam, melihat Lucas yang sudah tertidur diatas meja belajarnya. Dia terlihat sangat lelah. Hari-harinya sangat berat karena diwajibkan belajar dan belajar dengan waktu istirahat yang sedikit.

Apalagi sebentar lagi Lucas akan masuk ke sekolah menengah atas. Dia menambah waktu belajarnya hingga larut malam.

Menjadi satu-satunya penerus keluarga Timothy, membuatnya harus berkerja dengan keras. Kadang aku tidak tega melihatnya terus belajar dan membantu pekerjaan Alden. Ayah dan anak sama saja, gila kerja dan belajar. Tapi aku berharap Lucas tidak menjadi Gay seperti Alden. Semoga saja.

Pertinacious [TERBIT E-BOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang