Bab 3

5.4K 370 4
                                    

Sudah hampir enam bulan aku bekerja di cafe milik Jared, teman Alden. Jared adalah bos yang baik kepada semua karyawannya. Selama bekerjasama disini aku mendapatkan gaji yang cukup besar.

Gaji ku selama enam bulan ini kukira-kira sudah cukup untuk ku menyewa sebuah rumah. Mengajak adik-adik ku untuk tinggal bersamaku. Meninggalkan ayahku yang sangat kejam itu.

Hari ini cafe tutup lebih awal, karena Jared ada kepentingan dengan keluarganya yang sangat penting. Karyawan-karyawannya juga diliburkan beberapa hari. Kami dengan senang hati mendapatkan cuti, walaupun ada alasan lain dibalik cutinya kami.

Saat cuti aku kembali ke rumah lamaku. Secara diam-diam tentunya. Aku tidak ingin bertemu dengan ayah lagi. Atau aku akan mendapatkan masalah besar. Tujuanku kembali kesini hanya untuk bertemu adik-adik ku. Mengajak mereka pergi dari neraka.

Keadaan rumah cukup aman dan tenang. Aku berjalan dengan sangat hati-hati lewat pintu belakang yang melewati dapur. Didekat dapur ada kamar adik-adik ku. Aku berhasil masuk kedalam rumah dengan aman.

Perlahan-lahan aku buka kamar. Memperlihatkan adik-adik ku dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Tubuh mereka sangat kurus dengan lebam-lebam. Sebisa mungkin aku menahan air mataku, agar tidak jatuh. Dengan suara yang lirih, aku panggil mereka.

"Leah....Neo...Clara... Ini Poppi. Kakak datang."

Ajaibnya mereka langsung terbangun. Seakan-akan mereka sebenarnya tidak tidur. Hanya pura-pura menutup mata mereka. Menatapku penuh kerinduan. Lalu berhambur kedalam pelukan ku.

"KAKAK!—

Aku membekap mulut Leah. Menyuruh mereka untuk tidak menimbulkan banyak suara. Bisa sangat berbahaya jika ayah tau kedatangan ku. Setelah enam bulan kabur darinya.

"Jangan keras-keras. Sekarang siapkan baju-baju kalian. Kita pergi." Ucapku sambil mengusap satu persatu kepala adik-adik ku. Mencium keningnya tidak terlupa.

Mereka dengan cepat mengemasi baju-bajunya. Memang mereka tidak punya banyak baju. Ayah terlalu pelit untuk membelikan selembar kain saja.

"Sudah siap, kak. Ayo pergi dari sini!" ajak Neo. Aku mengangguk. Berjalan dengan sangat pelan keluar dari rumah melewati pintu belakang seperti tadi. Aku suruh ketiga adikku untuk berjalan dulu. Aku yang terakhir. Sambil memastikan keadaan aman.

Saat aku ingin membuka pintu, rambutku tiba-tiba dijambak dengan kuat. Sampai aku berteriak kesakitan.

"AAGGGHHHHHHH!!! SAKIT!"

Ketiga adikku menarik tanganku, dari genggaman ayah. "AYAH! LEPASKAN KAKAK! AYAH JAHAT! KEJAM!"

Ayah sudah tau aku ingin kabur. Ayah sangat marah seperti kesetanan. Aku sangat ketakutan. Tarikannya pada rambutku semakin kuat. Membuatku merasa semakin kesakitan. Hingga aku memiliki ide untuk menginjak kakinya sekuat-kuatnya dengan sepatuku.

"FUCK! SHIT! DASAR JALANG! BERANINYA KAU!..."

Ayah melepaskan tangannya kepadaku. Saat ayah kesakitan memegangi kakinya, aku dorong tubuh ayah sampai jatuh. Ada kesempatan, aku dan adik-adikku lari kabur dari ayah.

Kami berlari terus menuju jalan raya. Sementara ayah masih mengejar. Clara, adik terkecil ku sudah berkali-kali terjatuh. Dengan cepat aku gendong tubuh Clara dipunggung ku. Berlari lebih cepat lagi.

"AWAS KAU, JALANG! POPPI! JANGAN KABUR KAU!!!"

Mataku menemukan tempat persembunyian yang aman diseberang jalan dekat taman. Aku tarik tangan Neo dan Leah untuk menyebrangi jalan raya yang cukup ramai. Kami akhirnya selamat, setelah hampir saja tertabrak oleh beberapa mobil. Kami bersembunyi dibalik semak-semak yang cukup aman.

Sementara mataku melihat dari balik semak-semak, ayah tertabrak mobil saat mencoba ingin mengejar ku.

BRUAKK!!!

"Kakak! Ayah....hiks, hiks, hiks..." Ketiga adikku memelukku erat. Tidak kuasa melihat kejadian yang baru saja terjadi. Aku menguatkan mereka. Mungkin ini sudah takdir.

Ayah.... Maafkan Poppi.

Semoga ayah mendapatkan surga-Nya.

***

Setelah ayah meninggal. Aku putuskan untuk menjual rumah yang penuh dengan kenangan menyedihkan itu. Uang dari rumahnya juga aku gunakan untuk membayar hutang-hutang ayah yang sangat besar. Bahkan uang dari penjualan rumah masih kurang untuk melunasi hutang-hutang ayah.

Untunglah aku masih punya simpanan uang, dari pekerjaan ku sebagi pelayan cafe. Uangnya cukuplah untuk menyewa uang sederhana. Yang bisa aku dan ketiga adikku tinggali. Kami akan memulai hidup yang baru disini.

Walaupun pada akhirnya, kenangan buruk kami muncul kembali. Ternyata ibu adalah pemilik rumah kontrakan yang aku dan adik-adikku sewa. Ibu berubah menjadi orang yang berpenampilan berbeda.

Clara memeluk ibu erat. Dengan cepat aku menarik tubuh Clara untuk menjauh dari ibu. Bukan! Dia bukan ibuku. Ibu mana yang tega meninggalkan anak-anaknya demi selingkuhannya. Anak-anaknya menderita setiap harinya. Disiksa! Tidak diberi makan. Sungguh menyedihkan.

"Dia bukan ibu kita, Clara!" Ucapku. Clara menatapku sendu. Lalu menangis memelukku. Leah dan Neo juga begitu.

"Poppi, sayang. Aku ibu kalian!" ucap Ibu sambil merentangkan tangannya. Mengharap pelukan dari anak-anaknya.

"Kau bukan ibu kami! Ibu mana yang tega, meninggalkan anak-anaknya demi selingkuhannya! Apa ibu tau?! Setiap hari kami disiksa oleh ayah! Ibu egois!" ucapku dengan nada tinggi. Aku sudah tidak bisa menahan emosiku.

"Ibu, minta maaf. Ibu mengaku sangat bersalah telah meninggalkan kalian. Tapi asal kalian tau! Ibu tidak benar-benar meninggalkan kalian. Ibu setiap hari datang ke rumah. Tapi ayahmu selalu melarang ibu untuk datang. Tak jarang ibu juga menjadi sasaran kekejaman ayahmu. Maafkan ibu, nak. Ibu mengaku sangat bersalah. Maaf..."

Neo menarik tanganku untuk meraih tangan ibu. " Maafkan, ibu. Dia ibu kita, kakak. Hanya ibu yang kita punya di dunia ini."

Aku mengangguk. Dan berpelukan dengan ibu. "Maaf..." Bisik ibu. Aku hanya diam lalu melepaskan pelukannya.

Andaikan saja kata 'maaf' dapat menghapus semua luka. Tidak akan ada namanya rasa sakit di dunia ini. Tapi, kata itu tidak berpengaruh terhadap ku. Adik-adik ku dengan mudahnya memaafkan ibu. Namun aku tidak sepenuhnya memaafkannya. Setelah mengingat apa yang telah terjadi.

Jangan lupa untuk selalu memberikan dukungan kalian terhadap cerita ini, dengan vote dan komentar!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa untuk selalu memberikan dukungan kalian terhadap cerita ini, dengan vote dan komentar!

Salam Cinta,
Andearr 💖

Pertinacious [TERBIT E-BOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang