Hampir seharian aku dikurung didalam kamar. Tanpa makanan dan minuman. Aku lelah dan sangat lapar. Setidaknya beri aku makanan, siapapun tolong.
Rasanya aku ingin menangis, dan pergi dari rumah ini. Namun aku tidak bisa pergi begitu saja dari sini. Hutang-hutang ku masih banyak. Bahkan bertambah, karena aku telah merusak baju mahal Nyonya Rachel.
Akankah aku kuat menjalani semua ini Tuhan? Sampai kapan aku akan seperti ini. Air mataku terus mengalir, sambil melihat bulan purnama dari balik jendela.
Tidak lama kemudian pintu kamarku terbuka. Aku langsung menghapus air mataku. Dan langsung bersujud didepan kaki Nyonya Rachel, saat dia masuk kedalam kamarku. Aku harus meminta maaf kepadanya.
"Maafkan saya, Nyonya. Saya berjanji tidak akan mengulangi lagi. Tolong jangan pecat saya. Keluarga saya masih butuh banyak uang. Saya mohon," ucapku sambil menahan tangis ku.
Nyonya Rachel membimbing ku untuk beranjak dari posisi sujud ku kepadanya. Dia terlihat lebih baik dari tadi. Wajahnya sudah terlihat tenang.
"Sudahlah jangan menangis. Aku sudah memaafkan mu," ucap Nyonya Rachel.
"Terimakasih, Nyonya. Semoga Tuhan membalas kebaikan hati Nyonya."
"Kau tidak perlu berkata seperti itu. Aku memang orang yang baik. Dan aku memiliki hadiah untukmu, Poppi."
"Maksud, Nyonya?"
Nyonya Rachel mengeluarkan uang yang cukup banyak dari dalam tas yang dia jinjing. "Kau ingin uang ini kan?"
Aku mengangguk, "Tapi bukannya, belum waktunya saya menerima gaji Nyonya."
"Ini bukan gaji pokok mu. Melainkan bonus untukmu jika kau bisa melaksanakan tugas dariku. Atau mungkin jika kau berhasil, semua hutang keluargamu akan lunas!"
"Benarkah, Nyonya?"
"Jika kau mau."
Aku mengangguk antusias, "Tentu, Nyonya. Saya akan melakukan apapun untuk membantuku keluarga saya. Apa tugas yang perlu saya lakukan Nyonya?"
"Buat Alden berpisah dengan anakku Aiden! Rebut Alden dari Aiden. Goda dia! Lalu bercintalah dengan Alden. Kalau perlu kau bisa memiliki anak dari Alden, supaya dia dapat menjauh dari anakku!"
Deg.
***
Aku berusaha untuk memejamkan mataku. Berusaha untuk menyingkirkan bayang-bayang wajah Alden dari pikiranku. Bagaimana bisa kita terus terikat secara tidak langsung?
Sedikit demi sedikit aku sudah melupakan rasa suka ku kepadanya. Namun sekarang yang terjadi justru aku harus mendekatinya. Membuatnya jatuh kepadaku, agar Tuan Aiden dan Alden tidak bersatu.
Aku tidak bisa menolak tugas dari Nyonya Rachel, karena keuntungan yang kudapatkan cukup banyak. Jika aku berhasil semua hutang-hutang ayahku akan lunas. Aku pun tidak perlu bekerja keras lagi.
Oke, sekarang aku harus istirahat. Besok pagi, Nyonya Rachel akan mengantarku ke rumah Tuan Aiden. Memperkerjakan ku sebagai asisten rumah tangga dirumahnya untuk sementara. Selain bekerja mengurus rumah, aku harus mencari cara agar dekat dengan Alden.
Sepertinya akan sangat sulit. Mengingat sifat Alden yang sekarang sangat berubah dari kali pertama kita bertemu. Semoga aku bisa segera menyelesaikan tugas ini.
Menyerahkan keperawananku untuk orang yang diam-diam aku suka? Kenapa tidak.
Aku simpan saja rasa suka ini, sampai kapanpun. Menyimpan rasa suka dengan seseorang cukup mengasyikkan bagiku. Lagipula aku juga tidak membutuhkan balasan dari rasa suka ku ini. Karena tentu saja Alden tidak menyukaiku.
***
Keesokan paginya aku sudah menyiapkan semua barang-barang ku. Mulai hari ini aku akan bekerja di rumah Tuan Aiden. Perjalan menuju ke rumahnya tidak jauh. Hatiku terus berdebar saat di perjalanan.
Nyonya Rachel sudah menyiapkan semua rencananya dengan matang. Dia bahkan mengantarku ke rumah anaknya. Sebelum masuk kedalam rumah, Nyonya Rachel memperingatkan ku untuk tidak melakukan hal bodoh yang dapat membongkar misi ku.
Tidak boleh ada yang tau atau gagal. Jika salah satunya terjadi, maka tamatlah riwayat ku.
"Awas saja jika tugas mu gagal atau bocor!" ancam Nyonya Rachel. Aku mengangguk mengerti.
Dan melangkah masuk ke dalam rumah Tuan Aiden. Rumah yang cukup besar namun terlihat menyeramkan karena didominasi warna hitam. Serta penerangan yang kurang.
"AIDEN! MAMA DATANG!"
Bukan Tuan Aiden yang keluar, melainkan Alden. Alden keluar dari kamar dengan wajahnya yang penuh emosi. Nyonya Rachel bersiap-siap untuk marah, namun tidak dihiraukan oleh Alden.
Alden pergi begitu saja meninggalkan aku dan Nyonya Rachel yang diam di ruang tamu. "Ada apa dengan pria gay itu?" Tanya Nyonya Rachel.
"Mungkin dia sedang bertengkar dengan Tuan Aiden, Nyonya." Aku asal menjawab, namun Nyonya Rachel terlihat sangat senang dengan ucapan ku.
"Benar Poppi. Semoga mereka sedang bertengkar. Tugas mu akan semakin mudah," ucap Nyonya Rachel.
Tidak lama Tuan Aiden keluar dari kamarnya. Dengan penampilannya yang berantakan. Tuan Aiden awalnya ingin langsung pergi begitu saja menyusul kepergian kekasihnya, Alden. Namun Nyonya Rachel menahan Tuan Aiden untuk tidak pergi.
"Stop! Aiden. Jangan susul pria itu. Ingat! Kau sudah tinggal bersama calon istrimu, Beby. Jaga perasaan Beby," ucap Nyonya Rachel.
Tuan Aiden melepaskan tangan Nyonya Rachel dari lengannya. "Aku tidak perduli. Sekarang Mama pulang saja, aku muak dengan gadis kecil itu! Hubungan ku dengan Aiden memburuk karena ulahnya."
"Lho-lho itu justru yang Mama harapkan. Kau putus dengan Alden, dan menjalin hubungan dengan Beby. Kau harus berubah, Aiden. Sampai kapan kau akan seperti ini?"
"Terserah. Mama tidak berhak mengatur hidupku!"
Tuan Aiden pergi dari rumah. Nyonya Rachel terlihat sangat sedih dengan kelakuan anak laki-lakinya, yang selalu membuatnya naik pitam.
"Baiklah, Poppi. Aku antar ke kamarmu. Setelah itu aku ingin pulang, aku muak melihat anak yang tidak bisa diatur itu. Semoga kau bisa melaksanakan tugasmu."
"Baiklah, Nyonya."
Jangan lupa untuk selalu memberikan dukungan kalian terhadap cerita ini, dengan vote dan komentar!
Salam Cinta,
Andearr 💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Pertinacious [TERBIT E-BOOK]
RomantikPertinacious Romance Story Wattpad By Andearr 'Short Story' From "GAVIR: The Gay and The Virgin" Poppi & Alden [DALAM BENTUK EBOOK DI GOOGLE PLAYSTORE ETERNITY PUBLISHING] _____ Poppi Soviana, gadis biasa yang malang. Menjadi tulang punggung keluarg...