Bab 13

5.7K 371 16
                                    

Perlahan-lahan rasa cinta ku kepada Alden mulai tumbuh kembali. Setiap tingkah manisnya kepadaku membuatku jatuh kepada hati yang sama untuk kedua kalinya.

Dia benar-benar berubah menjadi pria yang normal. Bukan lagi menjadi seorang gay. Alden lebih sering berada di rumah daripada diluar rumah. Menggangguku saat sedang memasak atau melakukan pekerjaan rumah.

Seperti saat ini, dia menganggu ku saat membersihkan kolam renang yang banyak daun-daun keringnya. Jahilnya Alden mendorong ku hingga jatuh ke dalam kolam.

Tenang saja, aku bisa berenang. Dulu waktu aku kecil saat keluarga masih harmonis, aku pernah ikut les renang. Tidak lama cuma beberapa bulan. Setelah itu aku keluar dari les renang, karena keuangan keluarga ku makin memburuk. Lagipula kolamnya tidak terlalu dalam. Aku langsung mencipratkan air kearahnya. Sampai bajunya juga basah.

"Poppi! Hentikan!"

"Kau yang memulai duluan ya!" Teriakku sambil terus mencipratkan air kepadanya. Alden mulai kewalahan, dia malah melepaskan bajunya. Dan ikut masuk kedalam kolam bersamaku.

Tiba-tiba suasananya menjadi canggung. Kita belum pernah berenang bersama sebelumnya. Aku berjalan pelan menjauhinya. Berusaha kabur dari Alden. Namun saat aku berbalik badan ingin naik keatas, Alden menarik pinggulku. Menempelkan punggung ku dengan dada nya yang bidang.

"Alden... apa yang akan kau lakukan?" Tanyaku sambil menahan jantungku yang berdegup lebih cepat. Alden mengenyampingkan rambutku kesisi lainnya. Mengecup leherku dengan lembut. Kecupan-kecupan kecil yang membuat tubuhku merinding seketika.

Aku membalikkan badanku menghadapnya. Mata ku bertemu dengan matanya yang mengkilap. Terlihat indah. Didalam hatiku, aku merasa beruntung telah mencintainya. Damn! look so hot.

Alden mendekatkan wajahnya kepadaku. Refleks aku langsung memejamkan mataku. Menunggu ciuman yang akan dia berikan kepadaku. Saat bibirnya menempel di bibir ku, rasanya sangat lembut dan basah.

Aku pun membalas ciumannya dengan lembut. Mengalungkan lenganku di lehernya dan memperdalam ciuman kami.

Alden melepaskan ciumannya lalu berbisik, "Shit! Aku menegang, sayang."

"Apa yang tegang?"

Alden langsung melepaskan pelukannya. Menepuk jidatnya. "Kau sudah punya satu anak, dan belum mengerti artinya?"

Aku menggeleng, "Pergilah, kau nanti kedinginan terlalu lama didalam air. Bibirmu sudah terlihat pucat."

Alden membiarkan ku untuk naik keatas. Sebelum itu, dia menahanku sebentar untuk mencuri ciuman di bibirku. Lalu dia melanjutkan renangnya, sementara aku pergi ke kamar ku. Mandi dan berganti pakaian.

***

Hubungan ku dengan Alden semakin dekat. Kita bagaikan sepasang kekasih namun tanpa status. Namun di mata Lucas, aku dan Alden adalah ayah dan ibunya.

Alden sangat baik kepadaku, begitupun sebaliknya aku juga baik kepadanya. Kita saling bertukar cerita dan pikiran. Hingga aku berniat untuk jujur soal perasaanku kepadanya. Namun aku masih bimbang. Apakah rasa sukaku kepadanya kembali tumbuh? Atau rasa suka sesaat saja.

Entahlah, aku masih bingung dengan perasaanku. Aku harap hubunganku dengan Alden akan selalu baik-baik saja. Membesarkan Lucas bersama-sama.

Hari ini aku sangat senang. Aku berniat untuk membawakan makan siang untuk Alden. Ini bukan ide ku untuk membawakan makan siang. Tapi Alden sendiri yang menyuruhku untuk membawakan makan siang ke kantornya. Dengan senang hati aku memasakkan makanan kesukaannya, dan mengantarkannya.

Sampai didepan kantor tempat Alden bekerja. Hatiku berdebar seketika. Aku rapikan baju ku yang terbilang sangat sederhana. Hanya memakai kaos putih dengan celana jeans.

Aku tarik nafas berat dan berjalan masuk kedalam kantornya. Semua wanita disini memperhatikan ku dari ujung rambut hingga ujung kaki. Aku terlihat seperti gembel di mata wanita karir ini. Aku berusaha untuk tidak menghiraukan tatapan aneh mereka. Dan bertanya kepada resepsionis dimana ruangan Alden.

Untunglah resepsionisnya seorang pria. Jika dia wanita, aku tidak menjamin bisa menemukan keberadaan Alden di gedung yang luas dan tinggi ini. Aku diantarkan sampai ke ruangan Alden.

"Terimakasih, Mr. Charlie." Nama resepsionis itu adalah Charlie.

"Terimakasih kembali, Nona. Saya pergi dulu," ucapnya. Aku mengangguk, dan mengatur debaran jantungku. Sesaat lagi aku akan masuk ke ruangan Alden. Tapi hatiku seperti mau masuk ke ruang penyiksaan.

Satu.

Dua..

Tiga...

Aku buka pintunya, "Selamat Siang, Alden—

Apa?! Ini tidak mungkin terjadi lagi 'kan?

Air mataku menetes. Tanganku gemetaran, hingga makanan yang aku bawa jatuh ke lantai. Membuat aktivitas Alden yang sedang bercumbu dengan pria asing terganggu. Alden sedang bercumbu dengan pria diatas meja kerjanya. Beberapa kancing bajunya sudah terbuka.

Aku menundukkan kepalaku, "Maaf. Aku sudah mengganggu mu, Tuan. Permisi."

"Poppi! Tunggu dulu!"

"Semuanya sudah jelas. Saya pergi dulu."

"POPPI! JANGAN PERGI!"

Aku tidak lagi menghiraukan teriakan Alden yang berusaha menahan kepergian ku. Aku kira Alden sudah berubah dan benar-benar mencintaiku. Ternyata semua hanya omong kosong. Hatiku terasa sakit. Terasa rasa sesak didada ku. Aku menangis dan berlari keluar dari kantor.

Aku bingung apa yang harus aku lakukan sekarang. Tapi aku ingin pergi menjauh dari Alden. Aku tidak ingin menemuinya lagi. Bahkan tak akan aku biarkan Alden bertemu Lucas. Dia sudah mengkhianati ku.

Tidak lagi kembali ke rumah. Aku pergi ke sekolah Lucas. Menunggunya pulang sekolah dan membawanya pergi dari kota ini. Meninggalkan semua kenangan dengan ayahnya yang sudah berulangkali menyakiti perasaan ku.

"Lucas, ayo ikut ibu!"

"Pergi kemana ibu?! Bagaimana dengan ayah? Ayah akan khawatir dengan kita."

"Kita pergi sejauh mungkin dari ayahmu. Dia bukan ayah yang baik untuk mu, Lucas." Aku mencoba menahan air mataku untuk tidak menetes. Lucas menggenggam erat tanganku.

"Ibu, menangis lah. Jangan ditahan."

"Lucas...."

Ibu menyayangimu, Lucas. Lebih dari apapun. Aku peluk Lucas erat-erat. Dan akhirnya menangis.

Jangan lupa untuk selalu memberikan dukungan kalian terhadap cerita ini, dengan vote dan komentar!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa untuk selalu memberikan dukungan kalian terhadap cerita ini, dengan vote dan komentar!

Salam Cinta,
Andearr 💖

Pertinacious [TERBIT E-BOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang