05.

35.4K 6.1K 879
                                    

Mark

Hyuck?

Donghyuck

Ini siapa?

Jeno menatap bingung Mark yang terlihat bingung di depan ponselnya. Mendekat, Jeno lalu menepuk pundak kembarannya, yang langsung menoleh ke arahnya, hampir mengumpat kaget.

"Kenapa sih Bang?" tanyanya ketika kerutan di dahi kakaknya itu tak kunjung menghilang. Pria itu lalu ikut duduk di samping sang kakak.

"Lu kok gak konsisten? Kadang manggil nama doang, kadang manggil abang." tanya Mark, kebingungan ingin menanyakan perihal Donghyuck kepada Jeno dan justru berakhir menanyakan hal yang tidak ada hubungannya.

"Dipermasalahin banget nih?"

"Ya kan aneh."

"Yaudah sih. Kan lu brojolnya duluan daripada gue." jelas Jeno tidak jelas.

"Eh, kata lu, dia udah punya kontak gue? Kok ini nanya gue siapa?" tanya Mark, mengulurkan ponselnya ke arah Jeno yang langsung melihat ke layar ponsel kembarannya yang berisi pesan singkat dengan Donghyuck. Gini yang katanya gak mau dijodohin?

"Pffft." menahan tawanya, Jeno memainkan ponsel Mark yang ada di tangannya, mendekatkan tubuhnya ke arah pria yang lebih tua 9 menit darinya itu. "Bang, sini Nono kasih tau. Pepet aja, ajak malem mingguan. Tuh anak pasti lagi di rumah." ujarnya serius, matanya menatap langsung ke arah Mark yang masih ragu.

"...."

"Mau sampai kapan sih lu mikirin cewek yang gak mikirin elu? Buat apa ngejar cewek yang udah ninggalin elu?" Jeno kembali mengompori Mark. Bukannya menjawab, Mark justru terdiam dan meresapi kalimat yang diucapkan adiknya.

"Menurut lu, should I give him a try?"

"Iya, duh. Tenang aja Bang, Mami kan kenal emaknya dia. Paling enggak, kita tau lah background keluarganya. Santai. Nih." tersenyum hingga matanya tersisa segaris, Jeno menyerahkan ponsel Mark kepada si empunya dan bergegas berdiri untuk pergi sebelum pria itu menyadari apa yang sudah dilakukannya.

Mark

Ini Mark.

Anaknya Oom Jaehyun.

Jalan yuk?

Kujemput setengah jam lagi ya.

Donghyuck

Hah?

"Jenoooooo kurang ajar!!!!!" umpat Mark yang hanya disambut tawa dari kejauhan oleh adiknya itu.

Mark berdehem sejenak untuk menghilangkan rasa gugupnya. Setengah jam kemudian, Mark benar-benar berada di kediaman keluarga Seo. Tidak mungkin kan dirinya mengingkari kalimat ajakannya, meskipun itu diketikkan oleh Jeno? Sepasang saudara kembar itu tidak tahu saja, Donghyuck di rumahnya terkejut setengah mati ketika tiba-tiba mendapat ajakan dari Mark. Membuatnya buru-buru berganti pakaian yang lebih pantas untuk diajak keluar dan juga buru-buru membukakan pintu sebelum ibunya yang bertindak. Melihat dirinya berganti pakaian di malam minggu saja sudah menimbulkan kehebohan, apalagi jika pria manis itu melihat ada pria tampan menjemputnya untuk keluar? Wahh bisa runtuh dunia persilatan.

"Mau ke mana?" tanya Donghyuck langsung kepada Mark begitu membuka pintu rumahnya dan bertatap muka dengan pria tampan itu.

"Makan? Nonton?"

"Is it a date? Kalau iya, gue gak suka nonton di kencan pertama, fyi." Mark sedikit terkejut dengan keterusterangan pria yang terlihat tenggelam di dalam sweater kebesaran berwarna biru muda.

"Gak pamit sama orang rumah dulu?"

"Gak usah, gak usah. Ayo buruan." Donghyuck sudah akan melangkahkan kakinya keluar rumah ketika Mark mencengkeram tangannya.

"Ada helm? Sorry, gue gak bawa helm lebihan." melihat pria di hadapannya menampakkan raut wajah menyesal, Donghyuck memutar bola matanya malas, lalu berbalik arah ke dalam rumah untuk mengambil helm. Hal yang kemudian disesalinya karena sang ibu yang membuntutinya dan mendapati dirinya akan pergi dengan seseorang.

"Sama siapa sih? Sama siapa?" tuntut pria di belakang Donghyuck sambil berusaha melihat dari balik punggung anaknya dengan antusias. "OOHHHH, SAMA YANG KEMARIN ITU. GANTENG HYUCK." ujarnya ibunya cepat begitu melihat Mark yang masih berdiri canggung di depan pintu. Mark lalu menganggukkan kepalanya, sebelum berpamitan kepada pria itu.

"Permisi tante, mau ajak Hyuck keluar dulu."

"OH IYA. BAWA AJA." balas Ten sambil tersenyum sama manisnya. "Kasian jomblo gak ada yang ajak jalan. Hati-hati ya." Ten mendorong anaknya untuk bergegas keluar. Donghyuck mendengus karena perlakuan sang ibu, lalu berjalan melewati Mark.

"Ayo, jadi gak? Katanya ngajak jalan?"

"Oh iya." Mark setengah berlari menyusul langkah kaki Donghyuck ke arah motornya. Sigap mendahului pria itu menaiki sepeda motor, Mark melihat Donghyuck ragu untuk duduk di boncengannya. Donghyuck mendelik tajam ketika Mark terkekeh dan mengulurkan tangan untuk membantunya menaiki motor besar itu.

"Kan dibilang, gue gak suka nonton di kencan pertama gue." protes Donghyuck saat Mark membawanya ke sebuah mall dan langkah kaki mereka menuju ke sebuah bioskop. Donghyuck sudah akan membalikkan badannya ketika Mark menahan tangannya.

"It's not our first date though." tertawa melihat kebingungan pria yang lebih muda, Mark melanjutkan kalimatnya. "Kan kita udah makan bareng kemaren."

"Alus bener bos? Kemaren bilangnya gak mau dijodohin sama gue?" ejeknya, tangannya melepaskan genggaman Mark di tangan kanannya. Mark hanya bisa tertawa sebagai reaksinya. Lagi-lagi takjub dengan kejujuran teman dari kembarannya itu.

"Mau ke mana?" tanyanya saat Donghyuck menuju ke arah yang berbeda dengannya.

"Beli popcorn. Lu yang beli tiketnya, gue yang beli popcornnya. Jangan film horor lho ya." pesannya langsung. Donghyuck memang anti sekali dengan segala jenis film horor. Menyadari kalau dirinya adalah tipe yang penakut dan mudah merasa paranoid, Donghyuck memilih menghindari genre film itu.

"Lu jangan kabur tapi." Mark ganti memperingatkan Donghyuck. Takut jika tiba-tiba pria itu kabur darinya.

"Enggaaaak. Buruan beli tiket. Inget jangan film horor. Kalau film horor, gue langsung keluar dari teater." peringatnya untuk terakhir kali.

"Padahal kalau takut, tinggal meluk gue." Donghyuck pura-pura tidak mendengar kalimat terakhir dari Mark dan segera bsrjalan menuju konter makanan untuk memesan popcorn mereka.

***

Bukan Siti Nurbaya -Sudah Diterbitkan-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang