"Hyuckiee tidur sini aja. Nanti sama aku." Bujuk Jaemin sambil tersenyum manis. Yakin jika pria di hadapannya akan luluh. Memangnya siapa yang akan tahan dengan rayuan seorang Na Jaemin?
"Gue belum pamit Jaem. Mau pulang aja lah." Balasnya bersikukuh. Matanya melirik ke arah jam yang sudah menunjukkan lebih dari tengah malam akibat Jaemin yang menginginkan untuk menonton lebih dari satu film. Donghyuck sendiri sebenarnya sudah mengirimkan chat kepada Mama Ten. Dan pria itu justru menyarankannya untuk menginap di rumah Mark. Lengkap dengan voice note dari sang ayah yang memintanya tidak merepotkan keluarga Jung. Papa Johnny pikir dia anak berusia lima tahun apa?
"Ya udah, ayo aku anter pulang." Tawar Mark. Mendengar suara sengau Mark, Donghyuck tidak tega memaksakan kehendaknya untuk pulang. Terutama karena ketika acara menonton mereka, Donghyuck beberapa kali mendapati kepala Mark terkulai. Bisa dipastikan jika pria itu sudah cukup lelah dan mengantuk untuk mengantarnya pulang.
"Gak ngantuk?" Jeno dan Jaemin pura-pura terbatuk mendengar pertanyaan Donghyuck.
"Nanti bisa tidur habis anter kamu pulang." jawabnya, yang langsung diikuti dengan kuap mengantuk dari Mark. Menghela napasnya tidak tega, Donghyuck memutuskan untuk tidak jadi pulang. Melirik sekilas ke arah Jeno yang sudah tersenyum tidak jelas, Donghyuck kembali menaruh tasnya.
"Aku tidur sini aja. Daripada kamu ketiduran di jalan."
"Aduh perhatian."
"Daripada kamu ketiduran di jalan."
"So sweet banget Yang."
"Berisik ah. Pinjemin gue baju Jen. Gak mungkin tidur pakai baju begini. Cepet." hardiknya galak sebelum sepasang saudara kembar itu bisa membantahnya. Mengangguk singkat, Jeno lalu berbalik menuju kamarnya untuk meminjamkan baju. Kekasihnya bahkan sudah memekik girang, langsung mengikuti langkah Jeno untuk mengambilkan pakaian ganti.
"Hyuck, bangun." Panggil Mark pelan, terduduk di pinggir ranjang Donghyuck. Tidak menyentuh pria itu karena takut jika pria itu terkejut. Jaemin yang semalam tidur dengan Donghyuck sudah bangun terlebih dahulu dan meminta Mark membangunkannya.
"Hmmm?" Gumamnya pelan. "Masih pagi Mamaaaa. Ngantuk Hyuck-nya." Rengeknya, mengira sosok yang membangunkannya adalah sang ibu. Sedikit mendekat, Mark lalu menggoyangkan pundak Donghyuck perlahan, berharap pria itu segera terbangun. Bukannya membuka mata, Donghyuck justru hanya mengangkat tubuhnya dan menggelendot kepada Mark. Bibirnya bergumam tidak jelas mengenai kekesalannya dibangunkan sepagi itu. Mark menoleh ke samping, menatap dari dekat wajah dengan bibir mengerucut lucu, geli dengan kenyataan Donghyuck demikian menggemaskan ketika masih dalam kondisi setengah sadar. Sepertinya dirinya bisa terbiasa terbangun dengan pemandangan sperti ini.
"Bangun dong Hyuck. Sarapannya udah siap tuh." Bujuknya lagi, tangannya menepuk-nepuk pelan pipi tembam Donghyuck. Membuat yang lebih muda tersadar jika dirinya tidak tidur di rumahnya. Mengulum senyumnya, Mark melepaskan pelukan Donghyuck dengan sedikit penyesalan, lalu bergegas keluar dari kamar. "Ditunggu di ruang makan ya Hyuck." Pesannya, berhenti sejenak ketika berada di depan puntu. Donghyuck menutup mukanya dengan bantal, berteriak tertahan. Malu setengah mati karena kebiasaannya di pagi hari terekspos secara tidak sengaja. Hyuuuucck malu Mama.
Menghela napasnya serta mengatur degup jantungnya yang tidak beraturan, Donghyuck memutuskan segera mandi dan bergabung dengan keluarga Jung. Tidak enak hati jika harus membuat mereka menunggu lebih lama.
"Loh, Papi Mami mana?" Tanya Donghyuck ketika melihat ruang makan yang sepi, hanya berisikan Jeno yang sedang menyuap sepotong pepaya, melirik ke arahnya tak acuh.
"Cieee manggilnya Papi Mami. Udah akrab."
"Auk amat Jen." Jeno tertawa karena berhasil menggodai pria di hadapannya.
"Perasaan dari semalem Papi Mami gak ada deh. Masa lu baru nanya sekarang?"
"Iya kah? Pantes lu ngajak pacar lu nginep." Jeno kembali tertawa mendengar kalimat Donghyuck. Mendecih, Donghyuck terkejut ketika tubuhnya dipeluk dari samping. Titik-titik air membasahi lehernya karena jatuh dari rambut sosok yang memeluknya.
"Lamaaaaa." protesnya ke arah Donghyuck, yang mendengus kesal karena kaget.
"Jen. Laki lu kandangin deh, begini mulu dari semalem. Heran." dumalnya mengadu karena semalaman dirinya hampir sesak napas dipeluk oleh Jaemin. Bukannya tersinggung, Jaemin justru semakin memajukan bibirnya untuk mencium Donghyuck.
"Na Jaemin." panggil sebuah suara berat dari arah belakang mereka, membuat yang dipanggil terkekeh geli.
"Abang pocecip." ejeknya. Mengambil posisi duduk di sebelah Jeno, Jaemin lalu meminta disuapi buah yang sedang dimakan kekasihnya itu. Merasa diperhatikan sedemikian intens, Donghyuck lalu mengikuti jejak Jaemin untuk duduk. Bersebelahan, sekarang ganti Donghyuck menggelendot pada Jaemin. "Kenapa?" bisiknya pelan begitu Donghyuck berada di sebelahnya.
"Malu anjir. Gue tadi dibangunin dia." Mark tersenyum tertahan. Meskipun berbisik, suara Donghyuck cukup terdengar karena keheningan masih menyelimuti mereka. Kecualikan bunyi denting piring makanan Jeno.
"Oh." balasnya singkat. Jaemin tidak mengerti di mana letak memalukannya kejadian dibangunkan oleh Mark.
"Gue clingy banget kalau setengah sadar. Gue nempel ke dia." bisiknya lagi. Jaemin memutar bola matanya malas.
"Gapapa, seneng itu dia malahan. Macem dapet jackpot." jelas Jaemin yang langsung diinterupsi oleh Mark.
"Hyuck?"
"Ya?"
"Sorry." Jeno mengangkat alisnya heran karena saudara kembarnya tidak merasa risih dengan keberadaan dirinya dan Jaemin.
"Gue masih di sini Bang." ujarnya memperingatkan, sebelum Mark melanjutkan kalimatnya dan menyesali adanya orang lain yang mendengar.
"Gapapa. Biar sekalian lu denger." Mark menatap Donghyuck yang sama gugupnya.
"Udah mau move on dari mantan itu Hyuck. Tenang aja, kemaren dia bilang mau nyoba sama lu." ucap Jeno, tidak merasa bersalah sedikitpun karena membocorkan rahasia saudaranya.
"Thank you Jeno." sindirnya, menggigit bibirnya pelan sebelum mengalihkan pandangannya sedikit ke kanan, bertatap mata dengan Donghyuck. "And yes Hyuck, I just found out you're cute, yet attractive. Dan aku beneran minta maaf buat kata-kataku kemaren. Padahal aku udah ngedeketin kamu kayak gitu. Iya awalnya aku gak mau dijodohin sama kamu. Terutama karna sebenernya Mami maunya kamu sama Jeno. Tapi kamu single, aku single, aku pikir kenapa gak dicoba dulu? That's why aku jadi sering godain kamu." ucapnya panjang, menundukkan sedikit kepalanya, mencoba menunjukkan rasa bersalahnya. Jaemin dan Jeno berpandangan sejenak sebelum melihat ke arah Donghyuck yang masih terdiam setelah kalimat Mark selesai.
"Oke. Let's give it a try. Cuma tolong jangan bahas balikan sama mantan. Alergi gue."
"Fair enough." Mark tersenyum miring, senang karena usahanya mendapatkan maaf berhasil.
"Jadiannya gitu doang?" seruan Jaemin merusak suasana di tengah mereka. Membuat Donghyuck ingin membungkam mulutnya. Oh, atau mungkin minta Jeno saja untuk membungkam mulut cerewet Jaemin?
"Enggak jadian Jaem." balasnya malas, mengangkat gelas berisi susu di hadapannya untuk disesap pelan.
"Not yet." koreksi Mark yang langsung disambut pekikan gemas Jaemin dan desisan kesakitan Jeno akibat lengannya diremas oleh kekasihnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Siti Nurbaya -Sudah Diterbitkan-
FanfictionKatanya bukan Siti Nurbaya, tapi kok Donghyuck mau-mau aja dijodohin? Markhyuck bxb