"Ma, mau susu coklat sama keripik kentang dong." Rengek Donghyuck ke arah Ten yang masih sibuk memilih tepung untuk digunakannya membuat roti.
"Ya udah sana ambil."
"Mau sama Mama." Lanjutnya, memeluk pria yang lebih kecil darinya itu erat. Dagunya diletakkan di bahu sang ibu.
"Duh, sakit nih anak." Ten menempelkan tangannya ke dahi anaknya, tertawa ringan ketika melihat ekspresi tak mengerti di wajah Mark. "Dia cuma clingy kayak gini pas lagi sakit atau bangun tidur, Mark."
"Oh pantes tadi pagi Hyuck begini." Jawab Mark maklum dengan kalimat Ten, mengingat tadi pagi Donghyuck juga mau menempelinya setelah beberapa hari terakhir mendiaminya.
"Hoooo udah tau? Tidur bareng ya? Jangan sampe Papanya Hyuck tau tuh." Godanya singkat, membuat Mark sedikit salah tingkah karena kalimat itu.
"Gak gitu Mama..." Potong Donghyuck dengan nada malas sebelum mamanya berpikir yang iya-iya.
"Anak Mama yang katanya paling ganteng. Kamu tau kan kalau badan kamu lebih gede dari Mama? Beraaaat lho, nempel ke pacarmu aja sana." Mencoba melepaskan pelukan anaknya, Ten justru kembali direngeki oleh Donghyuck.
"Mau nunggu di deket kasir aja gak? Ada kursinya, mukamu udah merah semua lho." Ujar Mark menawarkan, tidak tega melihat Ten digelendoti oleh Donghyuck. Dilihat dari sudut manapun, Ten memang tenggelam apabila dipeluk Donghyuck.
"Gak usah, kasian bagindanya belanja sendiri." Balas Donghyuck sambil melirik Ten. Yang lebih tua lalu menepuk-nepuk pipi anaknya.
"Gapapa Mama sendirian. Kamu nunggu di deket kasir sama Mark sana. Daripada pingsan, nanti Mama gak kuat ngangkatnya. Hush hush." Usirnya, tidak tega Donghyuck harus terus berdiri Dan menemaninya berbelanja. Donghyuck menatap Mamanya, mencari persetujuan sekali lagi, yang dibalas dengan anggukan dan lambaian tangan.
"Jangan lupa keripik kentangnya Hyuck tapi." Peringatnya sekali lagi, tapi tubuhnya bergerak untuk melepaskan diri dari sang ibu.
"Iya, bawel." Menuruti perintah sang ibu, Donghyuck mengikuti langkah Mark untuk menuju ke sebuah kursi panjang di dekat kasir. Membawa keduanya duduk bersebelahan.
"Sini." Mark menarik tubuh yang lebih muda mendekat ke arahnya.
"Gak mau. Berat nanti."
"Udah buruan, pusing kan kamu pasti." Paksa Mark, tangannya diletakkan di bahu yang lebih muda, memudahkannya membawa kepala Donghyuck bersandar di bahunya. Mark lalu menggenggam tangan Donghyuck yang terasa dingin. Menunggu Ten yang muncul dengan belanjaannya sepuluh menit kemudian, mengantri di kasir dekat mereka. Menaikkan alisnya, Ten melihat anaknya menggumamkan sesuatu ke arahnya.
"Lhoh, Ten. Tumben sendiri aja?" Sapa sebuah suara dari sosok yang mengantri belakang Ten. Jarak Donghyuck dari Ten sebenarnya cukup jauh, tapi suara itu cukup untuk didengar jelas oleh Donghyuck. Membuatnya hampir mengerang frustasi karena ibunya pasti akan semakin lama mengobrol dengan orang itu.
"Oh enggak, sama Donghyuck. Tuh anaknya nunggu di sana." Jawabnya sambil menunjuk ke putra sulungnya yang buru-buru menegakkan kepalanya lalu mengangguk canggung ke arah pasangan suami istri yang dikenalnya sebagai teman sang ayah.
"Duh, ditemenin mantu juga. Kok gak pernah cerita-cerita sih. Donghyuck baru mau kujodohin ke anakku lho." Sedikit tersenyum ke arah Donghyuck dan Mark, pria tinggi itu lalu mengalihkan pandangannya ke Ten, yang sibuk mengeluarkan barang belanjaannya dari troli untuk dipindai.
"Bukan mantu Doy, masih pacar itu. Lagian anakmu kan baru lulus SMA, masa mau dijodohin sama anakku?" Mark tersenyum mendengar kalimat Ten.
"Gak usah dengerin kata Mama, Mark." Sela Donghyuck mengganggu konsentrasi Mark yang masih tersenyum. Yakin seratus persen bahwa pria di sampingnya itu senang dengan kalimat ibunya yang mendukung hubungan mereka.
"Mamamu aja ngakuin aku lho. Kamu kapan?"
"Dibilang ngegasnya gak usah kenceng-kenceng, nabrak nanti." Dumalnya sewot. Kalimat dumalan masih keluar dari bibir pria itu hingga Ten selesai membayar belanjaannya. Mark sendiri hanya tertawa-tawa melihat ekspresi Donghyuck. Lucu, marah tapi malah bikin gemes.
"Donghyuck itu gak pernah pacaran Mark. Gak pernah ada cowok, atau cewek yang dikenalin ke Mama Papanya." Ten membuka obrolan ketika mereka sudah berada di dalam mobil, membuat Mark melirik Donghyuck yang sewot dari spion tengahnya.
"Ma, gak usah cerita yang enggak-enggak ke Mark." Potong Donghyuck dari belakang. Sepulang mereka berbelanja, Donghyuck memang memilih untuk duduk di kursi belakang, membiarkan mamanya menggantikannya di kursi depan karena pria itu ingin merebahkan diri sejenak. Tapi seperti biasa, tidak akan ada ketenangan jika ibunya sudah terlibat, membuatnya tidak bisa tidur begitu saja.
"Mama jujur lhoh Mark. Anak Mama itu emang suka cerita kalau dia lagi suka orang, tapi gak pernah dibawa ke rumah. Baru kamu doang." Tahu bahwa ibunya tidak akan bisa diam, Donghyuck akhirnya membiarkan saja pria itu bercerita tentangnya kepada Mark, yang menanggapi dengan sopan. Bahkan kadang tertawa ringan karena cerita mamanya itu. Udahlah, biar aja Mark tau juga.
"Hyuck. Bangun?" Panggil Mark pelan setibanya mereka di rumah keluarga Seo. Membuka matanya, Donghyuck terkejut ketika dilihatnya wajah Mark begitu dekat.
"Gak usah deket-deket juga. Kaget." Desisnya galak, menutupi rasa salah tingkahnya karena tiba-tiba disuguhin pemandangan wajah tampan. Mark memundurkan tubuhnya agar Donghyuck bisa keluar dari dalam mobilnya. Ten sendiri sudah lebih dulu masuk ke dalam rumah, membiarkan Mark bertanggungjawab atas Donghyuck yang tertidur. Let the Prince kisses the sleeping beauty wake up. Ups
"Gendong gak?" Tanyanya dengan nada khawatir karena Donghyuck berjalan dengan sedikit sempoyongan. Mendengus, Donghyuck menolak tawaran Mark dan terus berjalan ke dalam rumah. Mark mengikuti langkah pria itu, memastikan Donghyuck sampai di dalam rumah.
"Kenapa kamu?" Tanya Johnny saat membukakan membukakan pintu rumah dan mendapati anaknya berwajah sayu.
"Capek habis latihan tadi." Jawabnya, menggeser sedikit tubuh besar ayahnya untuk bisa masuk ke dalam rumah.
"Trus kamu ngapain?" Johnny ganti bertanya kepada Mark yang masih setia berjalan di belakang anaknya.
"Saya nganter Donghyuck Oom."
"Kan dia udah di rumah, habis ini pasti bisa masuk ke kamarnya sendiri. Kamu gak perlu ikut."
"I... Iya Oom."
Mark menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, juga menyematkan sebuah senyum canggung ke arah Johnny yang menatapnya datar, sebelum kemudian berpamitan untuk pulang kepada pria tinggi itu.
Iya juga ya, buat apa juga Mark berniat mengantarkan Donghyuck sampai ke kamar?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Siti Nurbaya -Sudah Diterbitkan-
أدب الهواةKatanya bukan Siti Nurbaya, tapi kok Donghyuck mau-mau aja dijodohin? Markhyuck bxb