14.

30.3K 4.7K 229
                                    

Donghyuck memasuki rumah dengan mengendap-endap. Memastikan Johnny dan Ten tidak melihat kedatangannya. Hal yang tidak mungkin terjadi karena setiap weekend, ayahnya selalu berkegiatan di rumah, entah berkebun atau hanya sekedar minum teh bersama sang ibu. Bahkan ayahnya sering random mengajak ibunya atau bahkan Donghyuck lari keliling kompleks perumahan mereka. Lalu berhenti untuk mengobrol dengan tetangga mereka, melupakan tujuan awalnya berlari.

"Kamu gak ngerepotin keluarga Jaehyun kan?" Donghyuck tersenyum palsu di depan ayahnya. Memindai tubuh anaknya yang mengenakan kaos kebesaran dengan sebuah celana olahraga yang diyakini bukan miliknya, Johnny sedikit menaikkan alisnya.

"Do you really think I'm 5 years old baby, Pa?" tanyanya, mengerucutkan bibirnya seraya berharap Johnny akan membiarkannya lolos kali ini. Meski menyetujui usulan Ten untuk menjodohkannya, sebenarnya Donghyuck tahu bahwa ayahnya tidak suka dengan insiden menginap.

"No. You are 4." balasnya cepat.

"Ma, gimana kalau aku gak nikah?" sela sebuah suara. Sosok sang ibu muncul di samping ayahnya.

"Ma..." / "Chit..." Donghyuck menatap horor ke arah ayahnya yang balik menatapnya ingin tahu. Mengerang frustasi, Donghyuck menahan dirinya dari mengumpati sang ibu dan sifat ceplas ceplosnya.

"Ganti baju, ketemu di halaman belakang."

"I'll get you some juices." seru Ten riang, menepuk pundak anaknya sebelum pergi. Donghyuck buru-buru pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian sebelum menuruti permintaannya untuk melakukan latihan. Padahal jika diingat-ingat, Donghyuck sudah hampir 3 bulan tidak berlatih muay thai bersama sang ayah. Membuatnya mengeluh karena pasti sehabis ini badannya akan terasa remuk redam.

Dua jam kemudian, Donghyuck benar-benar terkapar tak berdaya. Napasnya terengah, bahkan terasa hampir putus setelah sesi sparing dengan sang ayah. Johnny, yang sama terengahnya, duduk di sebelah Donghyuck yang sudah merebahkan tubuhnya di rerumputan. Matanya setengah memejam karena kelelahan harus menguras tenaga di siang hari.

"Kamu gak mau nikah?" tanyanya perlahan, tangannya mengusak surai sang anak yang basah kuyup karena keringat. Donghyuck mengernyit heran, sudah menebak jika Johnny pasti akan penasaran dengan kalimat Ten sebelumnya.

"Falling in love is tiring Pa." cibirnya. Padahal sebenarnya dirinya tidak yakin juga dengan kalimat curhatannya ke sang ibu kemarin.

"Falling in love with someone who doesnt love you back is." koreksinya.

"Ya, benar. The only men I trust are you and Mama." lanjutnya, membawa dirinya terduduk, Donghyuck memeluk ayahnya sambil menyandarkan dagunya ke bahu lebar ayahnya. "Papa maunya Hyuck nikah apa enggak?"

"Does it matter?"

"Kemarin Papa bilang pengen liat Hyuck nikah?"

"Tapi kalau kamu gak mau, Papa kan gak bisa maksa." balasnya, menenangkan putra sulungnya karena tidak ingin anaknya itu merasa terbebani.

"Serius amat nih bapak-bapak." potong Ten, membawa nampan berisi jus buah mangga, favorit suaminya. Donghyuck mendengus karena mengira ibunya akan membuatkannya jus alpukat, tapi tetap mengambil segelas untuk dihabiskannya.

"Ganggu mulu Mama tuh." balasnya, membuat Ten langsung memukul pelan lengan anaknya yang tertawa.

"Kenapa tiba-tiba semalem nginep di tempat Jeno? Kemaren galau gak mau nikah padahal."

"Tempat Mark Ma." balasnya mengoreksi pernyataan ibunya.

"Serumah kan mereka?"

"Iya sih." balasnya singkat, kembali meminum jus di tangannya. Matanya membulat bingung ketika dilihatnya Johnny dan Ten memandangnya lekat. "Oh masih nungguin?" Donghyuck tertawa sebelum ibunya kembali melayangkan tangan. "Lagi marahan, trus Mark minta maaf, diajak nonton. Eh selesai kemaleman. Jadi ya gitu."

"Kamu mau sama dia?" Donghyuck tertawa sumbang mendengar pertanyaan Ten.

"Menurut Mama aja, kemaren Hyuck mau dijodohin, galau-galau karena dia masih sayang mantan tuh karena apa."

"Duh, anakmu udah gede Pa." isaknya pura-pura menghapus air mata.

"Lain kali inget waktu. Hyuck harus tetep pulang, gak usah pakai nginep. Gak boleh macem-macem sebelum nikah." ancam Johnny, Ten tertawa tanpa suara di balik punggung suaminya, mengejek putranya yang sudah mengerut di bawah tatapan tajam ayahnya.

"Iya Papaaaaa, semalem Mark tuh udah ngantuk banget. Gak tega Hyuck minta anter pulang." bela Donghyuck cepat. "Pa, gak boleh macem-macem. Semacem boleh Pa?" Johnny melotot mendengar pertanyaan anaknya. "Bercanda Baginda. Enggak semacem, enggak macem-macem." balasnya, tersenyum menenangkan ayahnya.

Donghyuck meraih ponselnya yang berdering sejak tadi dirinya berada di kamar mandi. Menjawab panggilan video di ponselnya, Donghyuck meletakkan ponselnya di tempat yang bisa terlihat sementara dirinya mencari baju untuk dikenakan.

"Lama banget sih ngangkatnya? Dari mana aja? ASTAGAAA HYUCK KAMU NGAPAIN?" teriak Mark di ujung sana ketika melihat punggung telanjang Donghyuck juga handuk menutupi bagian bawah tubuhnya, sebagai pemandangannya.

"Berisik ahh. Bener kata Jaemin, abang pocecip." ledeknya sambil menarik sebuah kaos dari dalam lemarinya. Sedikit menyingkir dari pandangan Mark, Donghyuck mengenakan celana pendeknya berikut dengan kaos, baru kemudian kembali muncul di layar panggilan video.

"YAH KOK UDAH?" keluhnya saat Donghyuck muncul dengan sebuah kaos dan celana pendek, tertawa ringan. Mengambil ponselnya, Donghyuck lalu duduk di kasurnya.

"Gak usah lama-lama. Nanti lu kepengen." Mark terkekeh, tidak berusaha menyangkal tuduhan yang dilayangkan kepadanya.

"Jalan yuk. Malem minggu nih."

"Gak mau. Capek, mau tidur aja. Lagian kita baru ketemu semalem." sahutnya malas, menggulungkan diri ke dalam selimut hingga Mark mengernyit karena hanya bisa melihat wajah Donghyuck, hidungnya sedikit memerah..

"Masih sore lho? Sakit?"

"Enggaaaaak. Capek doang."

"DONGHYUUUUUCKKKK, ANTERIN MAMA BELANJA DONG." teriakan dari luar kamar Donghyuck memotong obrolan mereka. Donghyuck mendengus, mengeluh kenapa ibunya mengajaknya keluar di saat dirinya ingin beristirahat setelah disiksa sang ayah. Johnny Seo memang tidak main-main jika ingin menyiksanya.

"Gak usah cemberut. Siap-siap sana. Aku anterin, sekalian jalan." Donghyuck mencibir, apanya jalan kalau ada sang Mama. Eh bukannya dirinya mau diajak jalan sih.

"Modus."

"SEOOOO DONGHYUUUUUUCK." teriakan kembali menggema karena Ten merasa tidak ada balasan untuk panggilannya.

"TUNGGU SEBENTAR BAGINDA." balasnya berteriak. "Sejam cukup ya?" tanyanya ke Mark, memastikan Mark tiba di rumahnya dalam waktu satu jam.

"Setengah jam. See you."

"See you." tutupnya singkat sambil mematikan panggilan videonya.

Here we go again. Facing the almighty Chittaphon. Berharap saja Mark tahan menghadapi sang Mama.

***

Bukan Siti Nurbaya -Sudah Diterbitkan-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang