01.

56.7K 7.6K 749
                                    

Donghyuck mendengus kesal ketika membuka pintu rumahnya dan mendapati sepasang manusia sedang asik berpelukan di depan televisi. Lelah selepas pulang bekerja, dirinya justru dihadapkan dengan pemandangan ayah ibunya yang bermesraan dengan tidak tahu dirinya.

"Habis dugem?" Tanya pria yang sama mungilnya dengan Donghyuck, bertanya dengan dagu terangkat. Membuat yang ditanyai mencibirkan bibirnya.

"Anaknya masih pakai baju kerja lho. Dugem di mana?" Sungutnya kesal. Ten tertawa mendengar reaksi anaknya.

"Kirain kan."

"Mana ada jam segini dugem udah pulang sih Ma. Ada-ada aja." Donghyuck tidak mendengarkan respon ibunya dan memilih masuk ke dalam kamarnya untuk berganti pakaian.

"Gak mandi kamu?" Tanya Ten ke arah Donghyuck yang sudah berganti kostum menjadi kaos kebesaran berwarna merah dengan celana panjang hitam, mendusal ke ayahnya sepuluh menit kemudian. Menempatkan dirinya di tengah ayah dan ibunya.

"Tuduh terus aja Ma. Mandi lho, gak kecium apa wanginya?" Rutuknya, tangannya diangkat untuk diarahkan kepada Ten yang terbahak, mengisyaratkan kepada yang lebih tua untuk mencium wangi sabun dari tubuhnya. Enak saja menuduh dirinya belum mandi.

"Hyuck..." Panggilnya pelan. Donghyuck lalu menolehkan kepalanya ke kiri, melirik ke arah pria yang diam saja setelah memanggilnya, tidak segera meneruskan kalimatnya.

"Apa Mamaaaa?"

"Mama tuh punya temen kan ya."

"Wah gak enak nih pasti ujung-ujungnya." Potongnya cepat, mengakibatkan Ten memukul pelan kepala anak sulungnya.

"Dengerin dulu." Ujarnya sewot. Kesal karena anaknya memotong kalimat panjangnya.

"Baik baginda. Hamba akan diam." Tersenyum manis, Donghyuck memberi gestur mengunci mulutnya dan membuang kuncinya ke sembarang arah.

"Nah temen Mama ini punya anak. Ganteng banget gitu Hyuck." Lanjutnya dengan nada berapi-api. Mata sang ibu berbinar, membuat Donghyuck memutar bola matanya malas karena tingkah ibunya itu. Tidak salah tebakan Donghyuck, ibunya pasti akan berusaha mengenalkannya pada seseorang.

"Aku gak mau dijodohin ya Ma. Enak aja, emang aku siti nurbaya?" Ekspresi keberatan nampak jelas di wajah Donghyuck, seiring dengan kata-kata yang meluncur dari bibir ibunya.

"Ya habisnya kamu gak pernah pacaran. Emang kamu gak mau nikah?" Ucapnya menyinggung kemandirian anaknya selama ini. Bahkan bisa dikatakan, ini pertama kalinya Ten ikut campur dalam kehidupan percintaan Donghyuck.

"Aku baru 27 tahun ya. Gak usah buru-burulah."

"Seumur kamu, Mama udah punya kamu. Lagi hamil Jisung."

"Ya jangan disamain, aku gak mau ahh pokoknya." Bantahnya tidak terima jika dirinya dibandingkan dengan sang ibu. Jangankan pacaran, bahkan hingga usianya yang menjelang 27 tahun, dirinya tidak pernah benar-benar menyukai seseorang. Sempat ada perempuan yang sempat disukainya, tapi dirinya terlalu malas untuk memulai terlebih dahulu, sehingga kisahnya selalu layu bahkan sebelum bibitnya sempat disemai.

"Bantuin kek Pa." Adu Donghyuck ke arah pria tinggi yang hanya diam saja di sampingnya. Johnny menghela napas pelan sebelum menyampaikan kalimatnya.

"Hyuck, Papa sama Mama itu udah tua. Pengen liat kamu bersanding sama orang lain." Oh shit, Donghyuck membenci kenyataan betapa lemahnya dia ditatap sedemikian rupa oleh sang ayah. Juga ketika pria itu rambutnya dengan lembut, membuatnya kesulitan menolak keinginan ayahnya. Mengambil kesempatan kebimbangan sang anak, Ten buru-buru menyodorkan ponselnya yang memuat sebuah foto untuk diperlihatkannya kepada Donghyuck.

"Nih liat dulu fotonya. Baru boleh protes." Ujarnya bangga. Sedikit mengulum senyumnya, menunggu Donghyuck terpancing oleh jebakannya.

"...." Wahh ganteng juga, mayan lah. Donghyuck terkikik dalam hati membayangkan kemungkinan dirinya menjadi pasangan pria tampan itu.

"..."

"Oke."

"Oke?" Ten menaikkan alisnya, mencoba memastikan jawaban anaknya. Bersusah payah menyembunyikan senyum kemenangannya. Memang tidak salah memperlihatkan foto calon suami anaknya, karena pasti Donghyuck akan mudah tergoda. Bagaimanapun dia tau tipe pria yang disukai anaknya.

"IYA. OKE." Tegasnya, mukanya merona karena malu telah menjilat ludahnya sendiri. Tapi mana mungkim Donghyuck menolak pria setampan ini kan? Apalagi jika pria ini tidak menolak dijodohkan dengannya.

"Emang aku siti nurbaya?" Ejeknya sepenuh hati, menertawakan Donghyuck yang kembali mendengus kesal. Ten terbahak karena akhirnya sang anak termakan dalam jebakannya.

"Ma, pleaseeee. Papa bantuin sih." Rengeknya ke arah sang ayah yang hanya tertawa ringan, membiarkan kedua pria di sampingnya berdebat tidak jelas.

***

Bukan Siti Nurbaya -Sudah Diterbitkan-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang