17.

26.9K 4.3K 212
                                    

"Mama tau lhooooo." Donghyuck menghela napas lelah dengan sambutan sang ibu yang tersenyum lebar sambil mengacungkan ponselnya. Tergesa masuk, Donghyuck lalu melepas sepatunya. Melewati sosok Ten yang terkikik geli dengan foto di galeri ponselnya.

"Kalau udah tau ya udah deh Ma." jawabnya singkat, sedikit ketakutan jika ibunya membeberkan rahasianya kepada sang ayah. Bukannya dia habis ngapa-ngapain juga sih.

"Habis pacaran kan kamu? Kan? Kan? Ihiiiy." Lanjutnya lagi, tidak melepaskan begitu saja kesempatan untuk menggoda anak sulungnya.

"Ma, jangan kenceng-kenceng suaranya. Gak kasian sama Hyuck kalau ketauan Papa?" Pintanya memelas. Takut Mamanya akan membocorkan perbuatannya.

"Ohhh iya, kasih tau Johnny ahhh." Bukannya mengasihani anaknya, Ten justru serasa diberi perintah. Membalikkan badannya, Ten sudah akan berlari ke ruang tempat Johnny berada.

"Ma, yaelah." Cegahnya cepat, menarik tangan ibunya untuk kemudian mendekap tubuh yang lebih tua. Donghyuck lalu menciumi pipi Ten yang mencoba menghindari dekapan anaknya, membuat mereka semakin masuk ke dalam rumah dengan suara ribut.

"Kenapa lagi sih kalian?" Johnny menatap pertengkaran Ten dan Donghyuck malas. Meski sadar betul jika tubuh anaknya lebih besar, Johnny tidak berusaha memisahkan Donghyuck yang sudah memeluk ibunya sambil berdiri dan justru sibuk mengganti channel tontonannya.

"Mamanya nih Pa. Rusuh banget sama Hyuck." Dumalnya mengadu, berharap ayahnya akan membelanya di pertengkaran dengan sang ibu.

"Anakmuuu tuh Pa... Hmmmph" Donghyuck buru-buru menutup mulut Ten dengan tangannya. Johnny memicingkan matanya curiga, terutama setelah kedua tangan bebas Ten membentuk kuncup dan menggerakkannya saling bertemu satu sama lain, memberi isyarat kepada suaminya. Johnny melipat kedua tangannya di dada begitu menangkap maksud istrinya. Disusul dengan Donghyuck yang melepaskan pelukannya lalu berlari ke sisi ayahnya.

"Enggak macem-macem kok baginda. Semacem doang." Donghyuck menggembungkan pipinya, tangannya berada di antara dirinya dan ayahnya, membentuk angka satu. Meyakinkan ayahnya bahwa dirinya tidak melakukan hal yang macam-macam.

"Hyuck. Inget pesen Papa, gak boleh aneh-aneh kalau belum nikah. Ya?" Sorot mata Johnny yang khawatir membuat Donghyuck merasa bersalah. Padahal dirinya hanya melakukan satu ciuman dengan kekasihnya.

"Iya Papa Johnny. Maafin Hyuck ya." Balasnya dengan nada manis. Mendusalkan pipinya ke lengan kekar ayahnya. Bahkan meski usianya sudah melewati setengah abad, bentuk tubuh ayahnya masih sangat berbentuk hampir sempurna. Donghyuck setengah berharap pria yang dipeluknya itu akan melepaskannya dengan mudah.

"Sekali lagi kamu macem-macem, Papa nikahin kamu." Ancamnya, tahu benar anaknya takut dengan ancamannya. Donghyuck tertawa di pelukan Johnny.

"Dia malah mau disuruh cepet-cepet Pa."

"Gak gituuuu Ma. Kenapa sih?"desahnya lelah akibat pertengkaran mereka yang kesekian.

"Mandi sana buruan. Trus tidur, jangan sakit." Johnny akhirnya menengahi pertengkaran istri dan anaknya, setelah melihat muka lelah dan sayu Donghyuck.

"Iya. Papa juga, jangan begadang." Balas Donghyuck. Berdiri, Donghyuck menyempatkan diri untuk mengecup singkat pipi sang ayah, dilanjutkan dengan mengecup pipi sang ibu. "Night Pa, night Ma."

"Hmmm"

***

"Abang? Abang serius sama Hyuck?" Mark tertawa ketika ibunya langsung menelponnya begitu laporan Jeno di grup chat keluarga. Tepat seperti dugaannya.

Bukan Siti Nurbaya -Sudah Diterbitkan-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang