#22

1.6K 72 10
                                    

Alan membungkuk membenahi tali sepatunya yang sedikit kendur. Setelah dirasa cukup kencang, cowok itu kemudian bangkit berdiri. Menyelaraskan kembali punggungnya.

Entah sudah yang keberapa kali Alan menggerutu didalam hatinya. Merengek agar papanya mau mengizinkanya untuk pulang. Sedari tadi Alan telah mencoba merayu papanya, berharap agar papanya itu mau mengizinkanya untuk pulang kerumah.

Namun Johan menolak keinginan alan mentah mentah. Alasanya cukup simpel. 'matahari pagi baik untuk kamu yang lagi masa pertumbuhan, kamu nggak boleh pulang sebelum dapet keringet'. Begitulah Alasan Johan yang terus ia ulang ulang kepada Alan.

Sekarang ini, Alan beserta keluarganya tengah berolahraga pagi di taman kota. Berlari lari kecil mengelilingi taman kota yang ukuranya lumayan besar tersebut.
Banyak juga orang orang yang sedang berolahraga sama seperti keluarganya. Mulai dari anak anak, lansia, sampai anak muda yang juga bersama kekasihnya.

Sebenarnya Alasan Johan bagian 'sinar matahari pagi', Itu tidak masuk akal. sebab cuaca dikota bandung tengah mendung pagi itu. langit diatas sana berwarna hitam pekat. Menutup rapat sinar matahari pagi.

Alan tidak suka keramaian.
Itu sebabnya ia tak begitu nyaman berada disini. Bukan hanya karena banyak orang disini yang ia tidak kenal. Namun juga karena banyak orang yang menatapnya intens.
membuat Alan sedikit risih ditatap seperti itu. Yang dimana Kebanyakan dari mereka adalah perempuan.

Pagi mendung seperti ini akan Lebih menyenangkan kalau berada dirumah. Duduk manis didepan TV sambil bermain playstation. Atau mungkin tiduran dikamar sampai siang hari. Setidaknya begitulah rencana awal Alan dihari libur seperti ini. Bukanya keluar berolahraga mencari sinar matahari yang jelas jelas mustahil untuk didapat.

"Ayo Semangat!". Ujar Johan berapi api melihat Alan yang nampak lesu.

Alan menatap papanya datar. Semangat yang Johan berikan sama sekali tidak menyentuh hatinya. bahkan untuk sekedar menggerakan gendang telinga pun rasanya tidak.

Dengan raut malas, Alan terus menguntit papanya dari belakang.
Gerakan Larinya pun terlihat sangat dipaksakan.

Alan menguap lebar. bukanya mendapat keringat Ia justru mengantuk.

Cakra dan sasa sendiri sudah jauh  didepan. Meninggalkan Alan dengan Johan yang masih tertinggal berdua dibelakang. Sepertinya mama dan abangnya itu semangat sekali pagi ini.

Alan menatap punggung papanya Melihat ada kesempatan untuk kabur.
Perlahan Alan mengurangi laju larinya, memperlambat langkahnya sedikit demi sedikit. Setelah dirasa jauh dari jangkauan penglihatan Johan, Alan segera melipir pergi.

Berhenti untuk berlari dan menggantinya dengan langkah biasa.

Pertama tama Alan ingin membeli minuman terlebih dahulu. tenggorokanya sudah kering sedari tadi. Baru setelahnya ia akan pulang kerumah naik angkot. Kebetulan tadi ia membawa selebaran uang lima puluh ribu, untuk berjaga jaga. Dan nyatanya itu memang dibutuhkan.

Alan melihat ada minimarket tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Ia lantas bergegas pergi kesana untuk membeli minum.

Alan keluar dari minimarket membawa sebotol air mineral di tanganya.

Sampai dihalaman minimarket, mata Alan menangkap sosok yang akhir akhir ini tak asing lagi dihidupnya. Ia menghela nafas panjang.

"Alann!!". Panggil Keysa tatkala melihat ada Alan berdiri didepan minimarket.

Keysa berjalan terburu buru kearah Alan dengan senyum merekah.

"Alan ngapain disini?, lagi lari juga?". Tanya Keysa begitu sampai didepan cowok itu.

AlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang