#7

1.9K 74 2
                                    

"Tenang bang gue samperin". Ujar Dani kalem. "ogah gak jadi musuhnya udah nunggu banyak!". Urungnya kemudian, yang dimana berhasil Membuat hidung cakra kembang kempis menahal kesal.

"Adduhh, gue mati bangke!". Kesal Cakra menatap murka Dani.

"Ini gara-gara lo dan". Tuduh Cakra kemudian.

"Kok gue?". Ucap Dani tak mau disalahkan.

"Yaiyalah kenapa tadi lo gak kasih gue first aid?".

"Kan gue gak punya".

Cakra menerkam badan Dani dari depan. Sontak Membuat cowok itu terjerembab kebelakang, selanjutnya mereka beradu gulat dilantai. sebenarnya bukan mereka, tapi hanya cakra. Dani masih serius bermain game ditanganya.

"Bentar bang, gue lagi war ini!". Ujar Dani meronta-ronta, berusaha melepaskan tubuhnya dari lilitan Cakra. Namun Cakra justru makin mempererat lilitanya.

"Shit!". Dani melempar ponselnya kearah sofa begitu karakter gamenya mati. dan beruntung lemparanya tepat sasaran.

Berhubung dia sudah selesai, kini Dani meladeni tantangan Cakra. mereka saling memeluk dan berguling-guling dilantai. Ukuran Tubuh mereka yang tidak terpaut jauh membuat duel menjadi seimbang. Mereka sama mengumpati satu sama lain Sambil terus mengguling guling. kadang Dani yang diatas, dan kadang Cakra.

"Kalo kalian hamil gue gak tanggung jawab". Lerai Alan.

"Lo yang bakal hamil Dan". Cakra berusaha bersuara ditengah himpitan ketiak Dani.

"Elu bang".

Alan dan Faro meletakkan ponselnya dimeja. 'Game over', begitu tulisan yang tertera di layar. Faro menguap lebar menahan kantuknya. Ia kemudian menggeser pandang  melirik wajah Alan.

"Lan".

"Apa?".

"Lo tau Keysa suka sama lo?". Tanya Faro santai.

"Hmm".

"Ternyata bener kata orang kalau lo gak peka". Sindir Faro sambil merebahkan punggungnya disofa. "Keysa itu manis, manis banget malahan". Utaranya sambil menerawang keatas. Mencoba mengingat ingat wajah manis keysa.

"Terus?". Heran Alan tidak mengerti.

"Lo gak mau bales cintanya?".

"brakk!".

"Sakitt bangg!".pekik Dani Kepalanya membentur sofa, Tempat Alan dan Faro duduk. Cakra terlalu bersemangat hingga membuat kepala Dani benjol.

"Apaa? Gue gak denger! suara lu kayak kentut, gak jelas".

"Anjir". Umpat Dani mengelus elus kepalanya yang tadi membentur sofa.

Kaki Faro terjulur. menendang punggung kedua cowok itu pelan, agar pergi menjauh darinya. Mirip seperti mengusir ayam.

"Syuh syuh!".

Cakra dan Dani menggeliat. perlahan mereka menggerakkan badanya menjauh, mirip cacing saat berjalan.
Alan merasa beruntung karena masih ada Faro disampingnya. Setidaknya satu orang itu masih normal, belum terkontaminasi virus yang dibawa abangnya maupun Dani.

Faro kembali menghadap Alan.
"Gimana?". Tanyanya tersenyum sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Gue gak suka".

Faro menghela nafas panjang. Tidak tahu lagi dengan jalan pikir sahabatnya ini.

Meskipun Faro sudah berteman lama dengan Alan, tapi ia sama sekali tidak
Tahu tentang kisah cinta cowok itu. Alan tidak pernah berbicara kepadanya tentang hal hal yang berbau percintaan. Menurutnya masih banyak misteri yang cowok itu pendam, mungkin saja.

AlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang