#23

1.6K 77 6
                                    

Cakra meremas rambutnya kasar melihat lembaran kertas yang sekarang ada ditanganya. Omset penjualan di salah satu cafe miliknya terus menurun. Diagram menunjukkan bahwa setiap hari jumlah pelanggan terus menyusut.
Padahal Cakra sudah berusaha sekuat tenaga untuk bisa menaikanya.

Cakra memijit pelan pelipisnya yang terasa pusing. Ia lalu menyuruh salah seorang pegawainya untuk datang menghadap kepadanya.

"Iya pak?". Seorang lelaki yang umurnya tidak lebih tua dari Cakra datang menghadap. Tampak ia Sedikit menunduk, memberi penghormatan untuk atasanya, Cakra.

Cakra menyerahkan lembaran kertas yang ia bawa kepada pegawainya itu
Dan langsung diterima oleh orang tersebut.

Cakra berdehem sejenak Menetralkan suaranya. Ia kemudian diam sebentar memikirkan sesuatu. Memikirkan Solusi yang tepat atas permasalahan yang sekarang tengah melilit salah satu cabangnya ini.

Setelah lumayan lama berfikir, Cakra akhirnya menemukan gagasan. ia akan coba menjajalnya.

"Gini deh.." ucapnya seraya menepuk pundak karyawanya itu.

"Kita kurangin dulu suplai bahan baku yang kita beli, supaya biaya pengeluaran bisa kita tekan. Cari menu menu baru yang sekiranya disukai anak muda sekarang". Jelas Cakra. Ia kemudian menelisik pandang kesekitar, menatap pojok caffe dan bagian bagian yang lain.

"Beberapa tempat ada yang harus kita renof, biar terkesan lebih baru dan fressh. ntar saya datengin orangnya. Terus kamu buat brosur iklan, Pastikan mengarah ke target kita kaum muda!. Gunain juga media sosial agar lebih banyak dilihat orang. Semakin banyak yang lihat semakin bagus".

"tetap jaga dan Tingkatkan kebersihan caffe agar pelanggan merasa nyamanan. Kualitas pelayanan juga harus lebih ditingkatkan lagi. itu yang terpenting buat pelanggan". Ujar Cakra panjang lebar memaparkan gagasan gagasanya.

"Iya pak siap". Ucap lelaki itu tegas setelah mendengar perintah dari Cakra.

Cakra tersenyum sembari mengusap bahu karyawanya itu. Ia tahu karyawanya ini bisa diandalkan. Terlebih disaat saat genting seperti sekarang. Apapun yang terjadi, Kepercayaan adalah kuncinya.

"Nanti uangnya saya transfer". Jelas Cakra menarik tanganya kembali dari pundak karyawanya itu.

"Iya pak". Ucap lelaki itu mengerti.

"Udah itu aja". Imbuh Cakra mengakhiri evaluasinya hari ini.

"Baik pak, terimakasih". Ujar karyawan berseragam merah maroon itu Lalu pamit pergi dari hadapan Cakra.

Cakra mengangguk, ia lalu keluar dari dalam ruangan tersebut. Ruangan di dalam kafenya, Yang biasa ia gunakan untuk mengadakan rapat atau evaluasi. Intinya untuk membahas tentang kepentingan dan kemajuan kafe.

Sampai didepan pintu keluar. Cakra segera melepas jas hitam yang membalut tubuhnya. Menyisakan kemeja hitam kotak kotak dengan celana jeans yang sudah ia pakai dari rumah. Tak lupa ia juga melepas sepatu pantofel yang dia pakai, kemudian menggantinya dengan sepatu Vans hitam.

Menggunakan pakaian formal seharian bisa membuat Cakra mual. Jujur Cakra tidak terlalu suka berpenampilan rapi dan monoton.
Ia lebih suka berpenampilan ala kadarnya, yang terpenting baginya adalah nyaman dan keren. Sudah.

Akan tetapi, tetap. Ia harus berpenampilan rapi saat bersama karyawanya. Taklain dan takbukan adalah Agar dirinya bisa menjadi teladan dan contoh yang baik bagi para bawahanya. Itu sebabnya Cakra memakai pakaian Formal saat melakukan evaluasi tadi. Bukan soal kharisma. Cakra lebih mementingkan bagaimana agar karyawanya bisa mencontoh hal hal baik darinya dan meninggalkan segala hal buruk yang ada pada cakra. Sebab Cakra telah belajar bahwa, cara yang ampuh untuk mengajari orang adalah dengan cara mencontohkanya.

AlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang