Setelah selesai diperiksa, aku dan axel pun duduk didepan dokter yang meriksa axel.
Axel hanya bisa menyenderkan kepalanya di bahu ku sambil memeluk lengan ku, aku pun mengelus ngelus pipinya.
"jadi gini, sebelumnya tuan axel pernah ngalamin kejadian yang ngebuatnya shock selama satu hari?" tanya dokter.
"hmmm" aku berpikir dan teringat dimana axel dipukulin sama abang dan papa, abis itu tekanan tekanan lainnya dan itu semua terjadi satu hari.
"iya pernah dok.."lirih ku sambil terus mengelus telapak tangan axel.
"saya curiga, rasa pusing nya dan panas nya ini itu hanya gejala tambahan saja dari penyakit yang sebenarnya" kata dokter itu.
"maksud dokter gimana?" kata ku mulai serius.
"hmmm tuan axel itu menjadi trauma. Dicirikan dengan dia yang memimpikan sesuatu yang buruk berulang ulang dan puncak nya hari ini, hingga dia mengalami panas dan pusing seperti ini" jelas dokter.
Hatiku rasanya terenyuh saat mendengar itu.
"pengobatan yang sebaiknya dilakukan apa dok?" tanya ku.
"bisa dengan cara terapi kok" kata dokternya sambil menuliskan resep obat yang harus diambil di apotik.
Aku hanya menghela nafas.
Aku memikirkan bagaimana nasib anak anak ku.
Suami ku lagi butuh support, tapi anak anak ku juga masih kecil yakali ga kujagain.
Dokter nya memberikan ku secarik kertas.
"oh ya dok, terapinya bisa dimulai dari kapan ya?" tanyaku memberanikan diri.
"hmmm besok juga bisa nyonya" kata dokter itu sambil tersenyum.
"baik dok, terimakasih" kata ku.
"iya nyonya" kata dokternya.
Aku pun meninggalkan ruangan itu sambil memapah axel yang masih pusing katanya.
Setelah sampai rumah axel hanya memelukku tidak melepaskannya. Aku juga gatau kenapa mungkin trauma nya itu muncul lagi, aku hanya bisa menenangkannya.
"aku disini sayang.." lirih ku sambil mengecup keningnya berkali kali.
"yaangggggg jangan tinggalin akuuuu huaaaaaaa" axel malah menangis.
Dia harus minum obat , tapi mana bisa aku ngelepasin pelukannya yang lebih kenceng dari biasanya.
"stttt cup cup cup, my baby, aku ada disini.. Jangan nangis yaa" kata ku tertahan, karena aku melihatnya seperti ini jujur aku pengen nangis, aku baru pertama kali ngehadapin ornag yang trauma seperti ini.
Berangsur angsur nafasnya mulai normal. Aku pun tenang.
Aku melepaskan perlahan pelukannya sambil terus mengelus punggungnya.
Aku mengambil hape di nakas dan menelpon mertua ku.
"halo kaa san"
"iya yuk ada apa?"
"anak anak bagaimana kaa san? Sedang apa sekarang?"
"lagi tidur sekarang, abis kecapean main sama kakeknya hehehe"
"hmmm, kaa san, axel kena serangan psikis dia trauma dengan apa yang kemarin dia alami"
"hmm, kaa san tau bakalan jadi seperti ini"
Kaa san menghela nafas perlahan.
"yaudah kamu jagain suamimu dulu, atau kaa san sama tou san perlu kesana? Untuk ngejaga anak anak?"
"hmmm, menurut yuki bingung kaa san"
"hei, udah ya, yaudah anak anak disini dulu aja sampe axel membaik dari trauma nya"
"makasih kaa san..." lirih ku "aku titip anak anak.."
"sayaaangggg, kamu kemanaaa jangan tinggalin aku hikss... Yaaangggg...." axel memanggil ku dengan lirihnya padahal matanya masih tertutup.
"kaa san aku mau nenangin axel dulu, aku titip anak anak" kata ku terburu buru.
"iya sayang semangat ya" kata kaa san menyemangatiku.
"sttt iya iya aku disini"kata ku sambil mempuk puk punggungnya dan mengelus pelan helai rambutnya.
Dia mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan kepalanya di bahuku.
"aku mimpi buruk lagi yang" kata axel yang sepertinya sudah sadar.
"iya iya gapapa, kamu tidur dulu ya" kata ku.
"jangan tinggalin aku lagi yang...." lirih axel dan kurasakan bahu ku basah lagi.
"hey, my baby jangan nangis ah. Itu cuman mimpi sayang. Aku ga akan ninggalin kamu. Kalo kamu ga ninggalin aku duluan ya" jelas ku sambil mempuk puk nya.
Dia hanya menganggukan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Spoiled Husband
Teen FictionYuki dengan keribetannya mengurus sang suami yang tak terkira manjanya padahal mereka sudah dikaruniai anak namun sikap itu tidak berubah. Selain itu, ada juga konflik yang diakibatkan oleh kepolosan si suami apakah itu? Mari simak di cerita ku, cek...