#4 Lampu Hijau

482 85 4
                                    

"Nayeonce," Nayeon terperanjat saat Jinyoung memanggilnya dan menggenggam tangannya.

"Ah maaf, aku malah melamun,"

"Tidak apa-apa, apa sedang banyak masalah di rumah sakit?" tanya Jinyoung yang langsung membuat Nayeon tersenyum dan menggeleng. Tidak mungkin dia menceritakan soal Seokjin pada Jinyoung karena itu pasti akan membuat Jinyoung marah. Dia baru sadar soal perkataan ibunya soal ujian yang berat menjelang pernikahan. Mungkin ini salah satunya.

"Aku hanya merasa sedikit banyak pikiran. Mungkin karena kemarin aku mengambil lembur dan hari ini aku belum tidur,"

"Jinjja? kenapa kau memilih untuk menemuiku? kau harusnya istirahat," jelas Jinyoung yang saat ini mengusap pipi Nayeon. "Kalau begitu kita pulang saja sekarang,"

"Tidak, aku masih kuat,"

"Tidak baik jika kau kurang tidur. Bagaimana kalau kau sakit?" tanya Jinyoung yang membuat Nayeon tersenyum. Dia jadi tak sabar hari pernikahannya akan datang nanti. Mungkin akan sangat menyenangkan mendengar kata-kata manis dari Jinyoung.

"Arasseo, aku akan istirahat dengan cukup,"



















"Sana," rengek Taehyung yang membuat Sana memutar malas kedua bola matanya. Entah sudah berapa kali pria itu mengeluh karena perjalanan menuju kerajaan bulan yang agak jauh karena dia malah berjalan kaki.

"Baiklah," Sana saat ini menapak ke tanah dan membuat sepatu ajaibnya. "Pakai ini dan gendong aku,"

"Memangnya akan kuat?"

"Pasti kuat, cepatlah," jelas Sana yang kemudian membuat Taehyung menyetujuinya termasuk menggendong Sana.

"Kau berat, sungguh,"

"Jangan banyak bicara atau aku akan menyuruhmu jalan kaki lagi," jelas Sana yang membuat Taehyung mendengus kesal. Andai Sana bukanlah seorang putri, mungkin dia sudah melempar wanita itu sekarang juga.

Kenapa kau jauh-jauh mencintai putri bulan sedangkan kau lebih dekat denganku? batin Sana.




















Jungkook sedikit ngeri saat Seokjin terus tersenyum. Dia bahkan menganggap kakaknya itu gila.

"Hyung,"

"Hm?"

"Aku rasa racunnya berpengaruh pada otakmu, kau jadi gila," jelas Jungkook yang membuat Seokjin hanya menatapnya kesal. Adiknya itu terkadang harus dihajar agar tidak bicara sembarangan.

"Aku masih waras,"

"Tapi kau sungguh menyeramkan dengan terus tersenyum seperti itu," jelas Jungkook. "Soal dokter itu, dia sudah–"

"Aku tahu,"

"Lalu kenapa mengharapkannya? hyung, jangan sakiti dirimu lagi,"

"Tidak, aku hanya belajar menunggu dan bersabar. Bukankah setiap hubungan pasti ada akhirnya?" Jungkook hanya menepuk pelan dahinya tak mengerti lagi dengan pikiran kakaknya itu. Pendek. "Kenapa kau menatapku seperti itu?"

"Wanita didunia ini masih banyak, kenapa kau malah mengejar wanita yang akan menikah?"

"Karena hanya dia yang membuatku kembali bersemangat," jelas Seokjin yang kemudian memasang wajah antusiasnya.

"Hyung, kau tahu? sudah 2 kali wanita yang menjalin hubungan denganmu lenyap saat bulan purnama, aku hanya tidak ingin itu terjadi ketiga kalinya,"

"Ck, itu hanya kebetulan,"

"Kebetulan? apa saat itu terjadi 2 kali hanyalah kebetulan?"

Seokjin terdiam. Dia merasa kalau yang dikatakan Jungkook ada benarnya juga. Secara bertepatan, setiap bulan purnama pasti kekasihnya akan lenyap. Dia bahkan baru menyadarinya saat ini. Jisoo dan Sowon lenyap pada saat bulan purnama.

"Apa ini semacam kutukan karena aku sering memuji bulan?"

*
*
*

"Apa berhasil?" tanya Sana yang membuat Taehyung menggeleng. "Tidak?"

"Raja bulan ingin aku menikah sebagai bukti,"

"Kalau begitu menikah saja,"

"Dengan siapa? bahkan aku hanya menyukai putri bulan saja," jelas Taehyung yang kemudian melirik ke arah Sana yang saat ini sedang berpikir.

"Jangan berpikir ka–"

"Ayo menikah,"

"Yak! kau pikir semudah itu?" tanya Sana kesal meskipun jauh dalam hatinya dia sedang terlampau senang sekarang.

"Kau yang bilang padaku untuk mencabut kutukan yang kuberikan, jadi kau harus membantuku,"

"Setidaknya min–"

"Restu? ayo kembali ke kerajaan matahari dan meminta restu mereka,"

Haruskah aku senang sekarang?

















"Nayeon-ssi,"

"Kau sudah boleh pulang besok," jelas Nayeon dengan nada dinginnya. "Aku sudah bilang jangan ganggu aku seperti ini,"

"Izinkan aku mengenalmu, hanya mengenal,"

"Tapi ini akan membuat terjadinya salah paham. Hubunganmu dan aku hanyalah pasien dan dokter saja, jadi jangan lewati batas," jelas Nayeon yang kemudian membuat Seokjin tetap kukuh menggenggam tangan Nayeon.

"Aku 'kan hanya bilang ingin mengenal. Mungkin kita bisa jadi teman baik," jelas Seokjin yang kemudian terpaksa membuat Nayeon mengangguk.

"Arasseo, aku Im Nayeon, dokter umum di rumah sakit ini, perlu kau ketahui aku akan menikah dalm waktu dekat,"

"Aku Kim Seokjin, seorang pengagum sastra, aku sangat menyukai novel romantis,"

"Sudah 'kan? aku harus mebgurus pasien yang lain juga,"

Seokjin tersenyum menatap punggung Nayeon yang mulai menjauh saat ini. Dia merasa sudah berhasil mendapat beberapa informasi mengenai Nayeon. Ya, dia bahagia karena pada akhirnya Nayeon bisa sedikit melunakan hatinya untuk memberikan mengizinkan Seokjin untuk mengenal dirinya.

"Apa ini seperti lampu hijau?"

TBC🖤

2 May 2020

5:00 PM

Not By The Moon✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang