#15 Happy vs Sad

422 81 1
                                    

"Ayo berkencan,"

Ajakan Seokjin itu sukses membuat Nayeon tersedak makanannya sendiri. Dia bahkan sampai terbatuk dan membuat Seokjin panik. Dia langsung membuka minuman kaleng dan memberikannya pada Nayeon.

"Kenapa kau tersedak?"

"Aku terkejut."

Seokjin hanya terkekeh saat Nayeon mengatakannya dengan wajah setengah terkejut. Dia kemudian mengusut rambutnya dan sedikit membuat Seokjin cemas.

"Kau baik-baik saja?"

"Jantungku yang tidak baik-baik saja," Seokjin kembali tertawa karena jawaban Nayeon itu. Sungguh, menurutnya wanita yang ada disampingnya itu sangat menggemaskan. Dia bahkan ingin sekali mencubit pipinya saat ini.

"Aku pikir apa."

Nayeon kembali mendongak, namun dia tak berani menatap langsung ke arah Seokjin dan membuat Seokjin berlutut dihadapannya.

"Ish, kenapa kau disitu?"

"Kenapa kau tidak mau menatapku, huh?" tanya Seokjin sambil menaik turunkan alisnya. Dia kemudian meraih kedua tangan Nayeon dan mencium punggung tangannya dengan sangat lembut, "Kau yakin dengan sebuah reinkarnasi?"

"Maksudmu?"

Seokjin kembali duduk disamping Nayeon, "Ya...reinkarnasi atau bisa disebut terlahir kembali."

"Aku tidak mempercayainya."

"Kau dan aku, kita pernah hidup di masa dan dunia yang berbeda sebagai orang lain,"

Nayeon hanya tertawa. Dia sungguh tak mengerti kenapa pria yang kini jadi pacarnya itu memiliki otak fantasi yang luar biasa. Mungkin jika dia jadi penulis, dia mampu menciptakan tulisan yang sekelas dengan film-film Hollywood.

"Halley," panggilan Seokjin itu membuat Nayeon terdiam. Entah kenapa tapi hatinya benar-benar berdegup kencang saat Seokjin mengatakannya, "Kita berdua menikah, namun harus tiada saat ikut peperangan."

"Sudah hentikan, aku sungguh sakit perut karena terus tertawa," Seokjin mengerucutkan bibirnya karena Nayeon malah tak percaya dengan apa yang dia katakan. Haruskah dia memberikan bukti-buktinya? bahkan dia tak tahu bagaimana cara membuktikannya.

Nayeon menangkup pipi Seokjin dan tersenyum, "Aku tak tahu kekasihku ini sungguh luar biasa. Kau bisa menulis sebuah buku jika seperti ini."

"Aku serius, Nayeon."

"Ah baiklah, anggap saja aku mempercayaimu."

*
*
*

Perseus saat ini mengacungkan pedang ditangannya lalu menunjuk seorang pria yang ada dihadapannya. Dengan cekatan dia memainkan pedangnya itu dan berhasil membuat pedang lawannya terjatuh.

"Perseus, kau sungguh tak pernah berubah,"

Sonic, pria keturunan Bulan itu tersenyum dan menjabat tangan Perseus. Bukan hanya itu saja, dia juga menepuk-nepuk punggung Perseus untuk menegaskan kekagumannya.

Tak banyak yang tahu soal persahabatan yang dijalin oleh 2 pria dengan keturunan berbeda itu. Mereka hanya dipertemukan saat gerhana matahari tiba dimana mereka sama-sama menjaga perbatasan kerajaan mereka.

"Perseus!"

Perseus langsung menoleh saat suara seorang wanita yang dia kenali mulai menyapa telinganya.

"Ah ya, kenalkan, ini Sonic,"

"Aku Halley, ah iya, Yang Mulia memanggilmu,"

"Baiklah, apa kau bisa gantikan posisiku dulu?"

"Tentu saja,"

Sonic memperhatikan wajah Halley dengan seksama. Entah kenapa dia langsung jatuh cinta pada Halley meskipun ini adalah pertemuan pertama mereka. Saat gerhana matahari seperti ini memang sangat rawan untuk para penjaga perbatasan. Mereka bisa saja jatuh cinta hanya dengan satu kali pertemuan. Inilah yang biasanya membuat antar kerajaan terpecah.

Singkat cerita, Sonic mulai mendekati Halley setelah kejadian pertemuan mereka itu. Namun hal ini tak membuat Halley menerima Sonic dengan mudah karena dia sudah lebih dulu mencintai Sonic. Inilah yang akhirnya membuat permusuhan antar kerajaan. Bukan hanya antara kerajaan Neptunus dan kerajaan Bulan, melainkan seluruh kerajaan Tata Surya yang menerapkan peraturan soal larangan menikahi keturunan lain.

Napas Seokjin memburu. Dia tak mengerti kenapa pria yang saat itu membuat Nayeon menangis ada dalam mimpinya juga. Yang lebih membuatnya bingung adalah namanya, Sonic. Dia kemudian memutuskan untuk membersihkan dirinya. Rasanya mimpi tak masuk akal itu perlu dia lupakan.

Sementara saat ini, Nayeon masih saja tak menyangka jika dia kini berkencan dengan Seokjin. Dia tak masalah meskipun harus belajar mencintai Seokjin karena pada kenyataannya, dia hanya merasa nyaman pada pria Kim itu.

"Ekhem, aku rasa aku mencium aroma seseorang yang baru berkencan," goda Jihyo yang hanya membuat Nayeon tersenyum malu, "Aku rasa kau memang berkencan dengannya."

"Aku tak tahu kenapa dengan sangat cepat, dia bisa menaklukan hatiku. Padahal belum sebulan aku mengenalnya."

"Wajar saja, kau baru merasakan patah hati parah dan seseorang datang seolah menjadi obatnya,"

"Apa aku hanya menjadikannya sebagai pelarian?"

Jihyo mengerutkan dahinya dan sedikit menggaruk dagunya, "Bisa saja tidak, bisa saja iya."

"Terlepas dari itu, aku yakin jika dia bukan hanya perlarianku dia pelabuhanku," jelas Nayeon yang membuat Jihyo bergidik ngeri. Dia lupa jika Nayeon akan seperti orang gila jika sedang merasakan cinta.


























"Sana, kau baik-baik saja?"

Taehyung benar-benar khawatir karena wajah pucat Sana pagi ini. Namun Sana hanya mengangguk lemah dan membuat Taehyung semakin panik saja.

"Kau sungguh baik-baik saja? mau ku ambilkan air? atau ku panggilkan tabib? atau jika perlu aku akan panggilkan Yang Mulia?" tanya Taehyung panik. Bahkan dia seperti sedang menghadapi kondisi yang sangat sulit sekarang.

"Bayi."

"Bayi?" tanya Taehyung semakin panik, "Sana, jangan membuatku panik."

Yap, untuk bangsa Matahari, bayi memang akan membuat sang ibu sangat kerepotan. Mungkin karena banyak sekali energi dari ibunya yang diserap oleh si bayi. Itu sebabnya hanya sebagian kecil ibu yang bisa selamat saat melahirkan bayi mereka. Bahkan banyak dari mereka memilih untuk melakukan ritual di tempat khusus agar mendapatkan bayi tanpa harus hamil dan melahirkan.

Bayi bangsa Matahari memang sangat kuat, tapi dia tak berlama-lama berada dalam perut ibu mereka. Mereka akan lahir dengan cepat bahkan dua kali lebih cepat dari kehamilan manusia di bumi.

"Aku serius."

Taehyung menggunakan lututnya sebagai penopang tubuhnya dia kemudian meraih tangan Sana dan mulai menciumnya.

"Ayolah, jangan bercanda,"

"Aku serius,"

"Ah Sana," rengek Taehyung sambil berderai air mata, dia sungguh tidak ingin kehilangan Sana.

"Aku akan minta tabib mengeluarkannya. Sana, aku tidak ingin kau yang tiada,"

"Tidak, jangan lakukan itu. Ini memang sedikit menyakitkan tapi kau tahu? aku ini wanita yang kuat,"

"Sana, tetap saja, aku tidak ingin kehilanganmu,"

"Cukup kau genggam tanganku seperti ini, aku yakin jika aku akan baik-baik saja."

TBC🖤

13 May 2020

Not By The Moon✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang