#3 What Do You Mean?

538 99 2
                                    

"Setidaknya naik kereta kencana atau yang lain, aku lelah jika harus berjalan seperti ini," keluh Taehyung yang hanya membuat Sana menatapnya tajam. "Ck, curang! kau naik sepatu ajaib,"

"Aku 'kan cerdas, tidak sepertimu," gerutu Sana yang hanya membuat Taehyung mendengus kesal.

"Sana," rengek Taehyung yang membuat Sana memutar malas kedua bola matanya.

"Apa lagi?"

"Ck, apa kau tidak bisa lebih lembut sedikit? kau harusnya mencontoh putri bulan," jelas Taehyung yang hanya membuat Sana meledeknya.

"Lagipula aku bukan putri bulan. Untuk apa aku sama seperti dia? memangnya kenapa jika aku galak dan arogan?"

"Pantas saja sampai saat ini tak ada yang mengirimkan lamaran ke kerajaan,"

"MWO?!"



"Jihyo, kau saja yang tangani pasien kamar 300," Jihyo yang saat ini sedang asyik memakan ayam gorengnya mendadak menyimpannya dan menatap Nayeon bingung. "Aku tidak mau menanganinya,"

"Woah, ini pertama kalinya kau memilih-milih pasien. Eonni, apa terjadi sesuatu?" tanya Jihyo yang hanya membuat Nayeon mendesah pelan. Dia kemudian merebut ayam goreng yang ada di tangan Jihyo dan memakannya.

"Dia menyebalkan, aku tak mengenalnya tapi dia mengungkapkan perasaannya padaku," kesal Nayeon.

"Woah, benarkah?"

"Tidak perlu kagum, itu malah terdengar menyebalkan. Apalagi tinggal beberapa bulan lagi aku menikah," gerutu Nayeon.

"Eonni, pasien kamar 300–"

"Tzuyu, kau urus saja dia, aku pusing," jelas Nayeon yang malah membuat Tzuyu memasang wajah paniknya.

"Kenapa eonni masih bekerja jika sakit?"

Nayeon hanya menarik napasnya kemudian membuangnya secara perlahan. "Tzuyu, lebih baik kau urus pasien itu, arasseo?"

"N-ne eonni,"

Nayeon meletakan ayam goreng yang tadi dia genggam dengan kesal. Dia kemudian memilih menyadarkan tubuhnya dan memejamkan matanya.

"Dia sungguh membuatku tambah kesal,"

*
*
*

"Jungkook, kau sungguh tak tahu siapa nama dokter itu?" tanya Seokjin yang membuat Jungkook menggeleng lalu menyuapkan satu sendok bubur ke mulut Seokjin.

"Kwau–"

"Sekali lagi hyung bicara saat makan, aku tidak akan menyuapi hyung. Makan saja sendiri," kesal Jungkook. Bagaimana tidak? Seokjin butuh waktu sangat lama hanya untuk memakan satu mangkuk bubur saja karena dia terus saja bertanya soal dokter yang merawatnya.

"Kau cari tahu, ya?"

"Untuk apa?"

"Untukku," jelas Seokjin yang membuat Jungkook memutar malas kedua bola matanya.

"Arasseo,"

Sementara saat ini, Nayeon sedang membereskan barang-barangnya karena sudah saatnya dia berganti sip dengan dokter lain. Namun kemudian dia harus menghentikan acara beres-beresnya itu saat dokter yang harusnya bergantian dengannya sedang sakit.

"Kau tidak jadi pulang?" tanya Jihyo yang kemudian membuat Nayeon mengangguk.

"Aku harus lembur untuk hari ini sepertinya," jelas Nayeon.

"Kalau begitu aku duluan,"

"Hati-hati,"

Nayeon sebenarnya sangat malas jika harus lembur seperti ini. Terlebih dia sedang ingin menemui Jinyoung hari ini. Dia kemudian memilih untuk menghubungi kekasihnya itu dengan video call.

"Kenapa kau sangat kesal?"

"Oppa, aku harus lembur sekarang,"

"Tidak apa-apa, memangnya ada apa?"

"Aku malas,"

"Hwaiting chagi-ya,"

"Ne,"

"Aku harus menutup telponnya saat ini, aku harus melanjutkan pekerjaanku,"

"Baiklah, annyeong,"

Nayeon mengerucutkan bibirnya kemudian meletakan ponselnya. Dia bingung harus melakukan apa untuk mengusir kebosanannya saat ini. Apa dia harus memeriksa pasien menyebalkan itu? tapi dia merasa kalau itu adalah hal yang ingin dia hindari.

"Mungkin jalan-jalan akan menyenangkan," gumamnya yang memilih untuk menyusuri lorong rumah sakit tempat ia bekerja. Biasanya itu akan sedikit mengurangi kebosanannya.

"Permisi,"

"Ada apa?" tanya Nayeon saat dia berpapasan dengan Jungkook.

"Boleh aku tahu namamu?"

"Untuk– ah iya, kau keluarganya Seokjin-ssi? tolong katakan padanya untuk tidak menyatakan perasaannya lagi padaku," jelas Nayeon sambil memegang cincin pertunangan yang ada di jari manisnya seolah menegaskan kalau dia bukan wanita yang sedang sendiri sekarang.

"Ah itu? dia baru saja kehilangan kekasihnya, itu sebabnya dia bicara melantur. Maaf jika dia sedikit membuatmu merasa tak nyaman," jelas Jungkook yang kemudian membuat Nayeon tersenyum. "Dia meneguk racun karena kekasihnya meninggal beberapa hari lalu,"

"Benarkah? woah, dia pria tapi berlebihan,"

"Dia bukan berlebihan, dia hanya sangat mencintai kekasihnya," jelas Jungkook.

"Nayeon-ssi! kau diminta untuk memeriksa korban kecelakaan," jelas seorang perawat yang kemudian membuat Nayeon langsung saja berlalu.

*
*
*

Nayeon saat ini memberanikan diri untuk memasuki ruang rawat Seokjin. Ini pertama kalinya dia menghindari pasien yang seharusnya dia awasi. Wajar saja karena dia merasa risih setelah Seokjin mengungkapkan perasaannya meskipun saat itu mereka baru saja bertemu.

"Kau bisa menemaniku disini?"

"Maaf tapi aku ada pasien lain yang harus ku awasi juga," jelas Nayeon yang membuat Seokjin mengerucutkan bibirnya.

"Kalau begitu kau kemari saat kau selesai memeriksa pasien lain,"

"Maaf, tapi aku juga perlu istirahat,"

"Aku membutuhkanmu, sungguh, kau tahu? beberapa hari yang lalu hariku benar-benar gelap. Tapi saat pertama kali aku mendengar suaramu, aku merasa kalau hariku mulai berwarna lagi," jelas Seokjin yang semakin membuat Nayeon risih. Oh ayolah, dia akan menikah dalam waktu dekat. Bahkan dia juga terus berusaha menunjukan cincin pertunangannya.

"Bisa kau berhenti meminta hal yang aneh? karena aku tidak bisa menurutinya,"

"Izinkan aku untuk mengenalmu, boleh 'kan?"

"Sebentar lagi aku akan menikah, jadi jangan terus menerus menggangguku,"

"Karena setiap hubungan pasti ada akhirnya. Aku akan menunggu hingga hubunganmu dengannya berakhir,"

Apa yang dia katakan?

TBC🖤

1 May 2020

3:54 PM

Not By The Moon✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang