#6 Sebuah Usaha

440 94 6
                                    

"Sana?" Sana membulatkan matanya saat wajah Taehyung tepat berada dihadapan wajahnya.

"Ish, apa yang kau lakukan?"

"Kau tahu? hari ini adalah hari festival," jelas Taehyung dengan antusias. Yap, selama satu setengah tahun sekali akan ada festival yang diadakan kerajaan Matahari yakni saat terjadinya gerhana matahari. Biasanya Taehyung akan berjaga di perbatasan. Tapi sepertinya kali ini tidak. Mungkin karena dia memberitahu raja Matahari tentang rencana pernikahannya dengan Sana.

"Lalu?"

"Ck, kenapa kau tak bahagia?" tanya Taehyung yang membuat Sana terpaksa memasang senyumannya.

"Sudah 'kan?"

"Ini pertama kalinya aku tidak berjaga di perbatasan, kau tidak bahagia?" tanya Taehyung yang saat ini duduk ditepi ranjang Sana dan memperhatikan Sana yang saat ini sibuk melipat selimutnya. "Sana,"

"Apa?"

"Ck, kenapa kau berubah setelah perjalanan kita? apa karena aku tiba-tiba mengajakmu menikah? apa kau tidak mau menikah denganku?" tanya Taehyung yang saat ini berbaring di atas ranjang Sana. Namun hal ini justru membuat Sana menutup wajah Taehyung dengan selimut yang sudah dia lipat.

"Ck, kenapa kau malah seperti ini?"

"Seperti apa? sudah ya, hari ini hari festival bukan? ayo,"

Taehyung sekarang malah merasa aneh dengan tingkah laku Sana yang berubah. Dia merasa kalau Sana berubah menjadi orang yang tertutup dan cenderung bicara dingin padanya. Padahal selama ini Sana pasti ceria dan sering mengomelinya.

"Apa yang akan kau lakukan kali ini?" tanya Taehyung yang hanya membuat Sana mengangkat kedua bahunya.

"Yang pasti aku akan duduk bersama keluarga kerajaan untuk melakukan ritual," jelas Sana yang kali ini mencari pakaian yang cocok untuk dia kenakan.  Bahkan kali ini dia menggunakan gaun yang justru bukanlah typical dirinya.

"Kau akan pakai gaun?"

"Aku putri kerajaan,"

Taehyung saat ini menghalangi Sana dengan tangannya. Dia kemudian tersenyum dan membuat Sana sedikit bingung.

"Kau berusaha agar aku menyukaimu?" tanya Taehyung sambil menaik turunkan alisnya.

Matilah aku. Taehyung mengetahuinya.











Nayeon saat ini masih menggunakan jas putihnya. Dia tak sadar kapan dia tertidur dalam posisi memeluk lututnya dilantai. Bahkan dia juga tak sadar kalau dia masih berada di rumah sakit.

"Aish," Nayeon sedikit menjambak pelan rambutnya yang sudah berantakan sekarang. Dia kemudian beranjak dan melihat wajahnya di cermin yang ada di sana.

"Apa aku menangis semalaman?" gumamnya yang kemudian membuka ikatan rambutnya dan mengikatnya kembali. Setelahnya dia memutuskan untuk membersihkan dirinya sebelum kembali bertugas sebagai seorang dokter.

*
*
*

"Kau tidak pulang?" tanya Jihyo yang membuat Nayeon menggeleng.

"Aku lembur,"

"Tapi bukankah dokter Eunseo kemarin datang?"

"Ah baiklah, aku ketiduran dan sekarang badanku rasanya benar-benar sakit," jelas Nayeon yang membuat Jihyo menatapnya khawatir. Apalagi saat ini wajah Nayeon terlihat pucat meski dia sudah memoleskan make-up di wajahnya.

"Lebih baik kau ambil cuti untuk hari ini,"

"Tidak perlu, aku masih kuat," jelas Nayeon yang kemudian mulai memakan sarapannya.

"Seorang dokter juga manusia, percuma kau bertugas tapi hatimu sedang melayang entah kemana. Istirahat sebentar mungkin akan membantu,"

"Jihyo, jika aku dirumah, aku semakin ingat padanya. Jadi aku putuskan untuk bekerja saja,"

Ya, sepertinya Jinyoung sudah memberikan luka yang cukup dalam pada hati Nayeon. Bahkan pria Park itu sampai membuat Nayeon tak pulang dan menangis semalaman di rumah sakit. Nayeon jadi berpikir lebih baik dia tak melihat kejadian kemarin dan diputuskan secara baik-baik daripada harus melihat Jinyoung menduakannya seperti kemarin.

"Eonni, kau baik-baik saja?"

"Tentu, ah kalian sungguh membuatku terharu karena memperhatikanku, gomawo,"

Menurut Nayeon, sahabat-sahabatnya sudah cukup untuk sekarang. Bahkan dia tak berpikir untuk secepatnya mencari pengganti seorang Park Jinyoung dalam hidupnya. Dia bisa saja melupakan Jinyoung tanpa membutuhkan orang baru. Mungkin.



"Apa dokter Nayeon sudah tiba?" tanya Seokjin yang saat ini sedang membawa bucket bunga ditangannya. Bukan hanya itu, dia juga sampai membawa coklat juga.

"Kau ada kepentingan dengannya?"

"Ya, aku pasiennya," jelas Seokjin dengan mantap meskipun pada kenyataannya, dia sudah bukan pasiennya Nayeon lagi.

"Kalau begitu tunggu sebentar,"

Perawat itu kini meninggalkan Seokjin yang sudah tak sabar untuk menemui Nayeon. Tadinya dia tak berniat untuk datang. Tapi dia sepertinya berubah pikiran dan memilih datang saja. Dia bahkan tak peduli jika Nayeon akan mengusirnya nanti.

"Eoh? tuan racun?" tanya Nayeon yang membuat Seokjin sedikit terkekeh. Bukankah itu adalah panggilan yang lucu? tuan racun. "Ada apa?"

"Aku–"

"Apa kau merasa perutmu agak sedikit aneh? itu wajar karena aku menguras semua isi perutmu untuk memastikan racun itu sudah tidak ada dalam tubuhmu," jelas Nayeon panjang lebar.

"Sebenarnya aku hanya ingin memberikan ini untukmu," jelas Seokjin yang kemudian memberikan bucket bunga dan juga coklat yang dia bawa.

"A-aku?"

"Kemarin kau terlihat habis menangis dan sekarang matamu juga masih terlihat sembab,"

"Jinjja?" tanya Nayeon yang kemudian melihat wajahnya lewat ponselnya. "Ah benar juga,"

"Mau keluar sebentar? mungkin kau akan merasa segar jika sudah melihat tanaman hijau,"

"Aku rasa aku tidak bisa,"

"Hanya sebentar saja, ayo," Seokjin langsung saja menarik tangan Nayeon dan membuat Nayeon sedikit terkejut sekaligus bingung. Sebenarnya apa maksud terselubung seorang Kim Seokjin hingga dia berbaik hati padanya. Padahal jika dipikirkan dengan logika, tidak mungkin seseorang akan tertarik secepat ini. Bahkan mereka hanya tahu sebatas nama saja.

Apa kau sungguh menyukaiku?

TBC🖤

4 May 2020

Jgn lupa vomentnya yaaaa

4:00 PM

Not By The Moon✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang