#23 Finally

427 64 10
                                    

"Ada apa?"

Nayeon hanya menggelengkan kepalanya ketika Seokjin memperhatikannya dengan wajah penuh tanyanya.

"Apa kau sependapat denganku?"

"Soal kerajaan Bulan?" tanya Seokjin yang langsung saja membuat Nayeon mengangguk. Seokjin berdiri di samping Nayeon, matanya terarah pada bulan yang bersinar indah malam ini.

"Kau tahu apa jalan terbaiknya? maksudku tanpa melukai pihak manapun."

Seokjin menatap Nayeon kemudian tersenyum. Tangannya tergerak mengusap halus pipi Nayeon. "Aku yakin semuanya akan menemui titik terang."

Nayeon dan Seokjin menoleh secara bersamaan ketika suara teriakan Taehyung terdengar. Dengan cepat mereka berlari ke arah kamar Taehyung dan sungguh terkejut mendapati sebilah pedang menancap tepat di perut bagian kirinya. Nayeon mengalihkan pandangannya ke arah Sana yang kini menangis sambil memeluk baby El di belakang pintu.

"Apa yang terjadi?" tanya Seokjin yang kemudian mendekat ke arah Taehyung. Dia sungguh meringis melihat bagaimana pedang itu menancap pada perut sebelah kiri Taehyung.

"Mark. Dia yang melakukannya," jelas Taehyung sambil terbata-bata. "Tolong, jaga mereka."

"Taehyung!" Seokjin panik ketika Taehyung menutup matanya. Hal ini bahkan membuat Sana semakin histeris.

Seokjin menatap Nayeon, berharap gadis itu bisa membantunya. Benar saja, Nayeon mengangguk dan membuat Seokjin dengan segera menggendong Taehyung.

"Percayalah, dia akan baik-baik saja." Nayeon tahu kata-katanya itu mungkin saja tak akan memperbaiki keadaan. Tapi yang jelas, dia yakin hal itu bisa membuat Sana sedikit tegar.

Nayeon memilih menggendong El kemudian membantu Sana untuk berdiri. Namun Sana hanya menggeleng dan menolak untuk ikut bersama Nayeon.

"Aku tidak ingin melihat kematiannya secara langsung."

"Tidak Sana, percayalah padaku. Dia akan baik-baik saja. Aku pasti akan membantunya."

Sana sudah kehilangan harapannya, dia sungguh takut jika pada akhirnya Taehyung meninggalkannya. Dia tahu suatu saat Taehyung akan bereinkarnasi. Tapi kemungkinan dia ingat pada Sana dan El begitu kecil, bahkan hampir tidak ada.

Isakan kini memenuhi lorong istana. Nayeon bahkan jadi ikut terbawa suasana dan ingin ikut menangis bersama Sana. Dia tak bisa bayangkan akan seperti apa dia jika Seokjin mengalami hal yang sama.

"Percayalah padaku, aku pasti akan menyelamatkannya."

*
*
*

Lutut Nayeon melemas kala tanda-tanda kehidupan Taehyung masih ada. Dia bahkan sampai terduduk karena tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

"Anda tahu istilah memiliki nyawa banyak?" tanya tabib kerajaan Neptunus yang tentunya membuat Nayeon langsung saja menggeleng.

"Gen Matahari biasanya memiliki hal itu. Mereka memang hanya bisa tiada jika dibunuh, tapi nyawa mereka ada 7."

Nayeon melirik ke arah Taehyung yang saat ini masih menutup matanya. Dia terus bertanya-tanya apa seluruh penghuni Antariksa memang terlahir abadi?

"Banyak yang belum anda ketahui, tapi percayalah banyak sekali hal menakjubkan yang terdapat disini."

"Termasuk soal reinkarnasiku?"

"Ya, itu juga termasuk. Aku harus pamit."

Nayeon mengangguk kemudian tersenyum. Dia lantas beranjak, memaksakan diri untuk keluar dari ruangan itu meskipun lututnya sudah benar-benar lemas sekarang.

Nayeon tersenyum ke arah Sana yang kini duduk bersandar sambil melamun. Bahkan meskipun El terus menggumam dan memainkan baju Sana, dia tetap tak tergubris.

"Taehyung selamat."

"Benarkah?" tanya Sana yang membuat Nayeon mengangguk yakin.

"Dia berjuang demi kau dan El."

Sana kembali menangis. Tapi kali ini bukanlah tangis kesedihan, melainkan tangis haru. Bagaimana tidak? dia menyaksikan secara langsung pergulatan Taehyung dan Mark hingga membuat suaminya itu pada akhirnya tertusuk pedang milik Mark. Dia bersyukur karena Mark tidak mengoleskan racun pada pedangnya. Mungkin jika Mark melakukannya, Sana sungguh tak akan pernah bisa menatap Taehyung lagi.

"Boleh aku menemuinya?"

"Tentu. Ah iya, aku akan meminta prajurit mengamankan ruangan ini, jadi aku pastikan Mark tidak akan masuk lagi."

Nayeon melenggang meninggalkan Sana. Dia harus menemui raja Neptunus untuk membahas soal peperangan dengan kerajaan Bulan.

Langkahnya terhenti ketika ekor matanya menangkap sesosok pria yang pastinya bukan Seokjin. Dia menoleh dan terkejut kala mendapati Jinyoung berdiri di sana. Satu pertanyaan yang ada pada pikiran Nayeon adalah kenapa dia bisa berada disini?

"Kau pasti bingung kenapa aku ada disini. Aku kemari untuk meluruskan apa yang seharusnya aku luruskan. Dulu, Sonic menyukai Halley, itu bukan kesalahan siapapun. Itu murni muncul dalam hatinya. Kau tahu bukan? perasaan bisa muncul dan juga menghilang sesukanya?"

"Mungkin kau bingung, tapi aku sudah bicara pada raja Bulan untuk mengakhiri permusuhan mereka dengan kerajaan Neptunus. Aku menjelaskan semuanya dan pada akhirnya aku kembali untuk menyampaikan salam perdamaian."

"Kau serius?"

"Aku serius, Nayeon. Aku tidak ingin melihatmu terluka jika kau sampai turun ke medan perang. Jujur saja, aku masih sangat menyayangimu. Tapi satu hal yang tak bisa ku paksakan adalah takdir. Aku rela melepasmu jika memang takdir tak mengizinkan kita untuk bersama. Semoga kau selalu bahagia."

"Kau juga."

"Kalau begitu, aku permisi. Aku harus menemui raja Neptunus."

Nayeon tersenyum menatap punggung Jinyoung yang semakin menjauh. Dia tak menyangka jika permasalahan ini akan selesai dengan cara yang tidak terduga, bahkan tidak terpikirkan sama sekali.

Bukan hanya soal permusuhan. Soal hatinya pun sudah tuntas sekarang. Sebelumnya Nayeon memang masih merasa kesal karena hubungannya harus kandas secara tiba-tiba. Tapi saat ini, hatinya bisa melepas dengan ikhlas.

"Ekhem!" Nayeon terkejut ketika Seokjin berdeham tepat di sampingnya. Dia lantas menatap Seokjin kesal dan mulai memukulinya. "Hey, sakit."

"Rasakan! kau sungguh menyebalkan!"

"Kau melamun. Ada apa?"

"Aku hanya memikirkan soal masa lalu. Kau tahu? meski aku sudah lama bersamamu, hatiku masih terbelenggu oleh perasaan kesalku pada Jinyoung oppa. Tapi setelah dia menjelaskan semuanya, hatiku merasa sangat senang. Maaf, sepertinya selama ini aku hanya menjadikanmu pelampian semata."

"Aniyo, aku tidak merasa hal seperti itu. Aku bahagia bersamamu dan satu lagi, ayo menikah."

"Ne?"

"Ya, menikah. Apa kau tidak mengerti itu?" tanya Seokjin yang kemudian menggendong Nayeon. "Aku mencintaimu, jadi ayo kita menikah."

Nayeon hanya tersenyum, menangkup wajah Seokjin kemudian mengangguk. "Baiklah, ayo."

Chup!

Mereka kini mulai mendaratkan kecupan manis satu sama lain, mencoba untuk meluapkan rasa sayang yang selama ini menggebu dalam hati mereka. Satu hal yang pasti, mereka benar-benar bahagia karena mungkin saja tak lama lagi mereka akan benar-benar terikat. Nayeon tak sabar untuk segera menikah dan menggendong bayi kecil yang lucu sama seperti El.

TBC🖤

22 Jun 2020

Not By The Moon✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang