Part 8

6K 313 45
                                    

"Aku, bagaimana denganku. Berapa hasil ujian ku? "

"Kalau kau mendapatkan nilai.... "

"96"

"Shit! "

Naruto melepas cengkraman pada bahu Kiba, tangan nya berpindah meremas rambutnya sendiri frustasi.

"Kau kenapa?" Tanya Kiba.

"Aku kecewa dengan hasilku." Jawabannya acuh.

Pria bersurai coklat itu menatap bingung Naruto, apa salahnya dengan nilai 96, itu adalah nilai yang luar biasa. Yang terbesar kedua di kelas atau bahkan untuk seluruh angkatan kelas 11 yang menerima ujian matematika dari Kurenai-sensei.

"Hey tenanglah, nilaimu itu bagus. Apanya yang mengecewakan."ujar Kiba.

Naruto menekan pangkal hidungnya, mencoba meredam stress yang tengah menggerogoti kepalanya saat ini. Ohh ia  sungguh menyesal karna meremehkan ujian kemarin dengan tidak belajar semalam sebelumnya.

"Kau tidak mengerti Kiba." Tukas Naruto sebelum melangkah menuju meja. Meninggalkan Kiba yang masih menatap remaja pirang itu bingung.

"Hehhh mendapatkan nilai 96 saja sudah membuatmu stress, bagaimana jadinya jika kau mendapatkan nilai 20 seperti ku. Mungkin kau sudah menjadi tidak waras saat ini." Gerutu Kiba.

Naruto mendengus samar, melempar asal ransel ke arah meja milik nya kemudian duduk di kursi samping jendela itu. Ia menahan wajah dengan tangan di atas meja sebelum akhirnya menoleh ke arah Rias yang sudah menatap dia sejak tadi.

"Baik kau menang Gremory-san, sekarang apa yang kau inginkan?"

Rias melepas pandangannya dari Naruto tanpa menghilangkan senyum tipis di bibirnya. Ia membuka lembar buku dan kembali fokus membaca.

"Temui aku di depan loker saat jam istirahat." Ucapnya tanpa memandang Naruto, dengan buku Novel yang tengah ia baca.

"Baiklah." Jawab Naruto seadanya, ia menghela nafas malas.

"Semoga saja bukan permintaan yang merepotkan."

.
.
.
.
.

Suara bel sekolah berbunyi dengan keras, membuat para murid-murid segera keluar dari kelas mereka.

"Kau mau kemana?" Tanya Kiba begitu mengetahui Naruto berjalan ke arah yang berlawanan dengan Kantin.

"Aku ada urusan, kau duluan saja." Jawab Naruto tanpa memandang Kiba dan terus melangkah dengan kedua tangan yang sengaja ia masukan kedalam saku celana.

...

"Kau membuatku menunggu." Rias yang tengah bersandar pada Loker miliknya berujar dingin.

Naruto mendecak kesal mendengar nada suara Rias yang menurut dia menyebalkan. "Maaf." Ujarnya datar, dalam hatinya Naruto sama sekali tidak merasa menyesal sedikitpun.

Rias sedikit mengidikan bahu, bersikap acuh dengan ucapan Naruto tadi. Gadis bersurai merah itu lalu merogoh kantung almamaternya, mengeluarkan  dua lembar kertas kecil dan langsung ia sodorkan pada Naruto.

"Apa ini?" Naruto mengambil satu kertas yang ia yakini sebuah tiket. Tapi entah tiket apa itu.

"Tiket masuk Disneyland."

"Okay, lalu?"

"Temani aku ke Disneyland besok."

"Hahhh!? "Naruto sedikit memekik kaget, untung nya saat ini jam istirahat. Jadi loker tempat mereka bicara tak ada orang sama sekali. Tentu saja, para murid saat ini pasti tengah berada di kantin dan mengisi perut mereka yang keroncongan.

Naruto-Harem Love lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang