1st - Eyes To Eyes [Part 1]

96 3 0
                                    

Bertemu denganmu

Mungkin kata orang adalah sebuah kebetulan

Tapi bagiku

Itu sebuah Takdir 

"Hari ini kita keliling Rumah Sakit agar lebih kenal lokasinya, setelah itu kita ke ruang UGD Maternal dan Nifas untuk ketemu dengan Kepala Ruangannya"

"Baik pak. Terima Kasih"

"Untuk masalah kapan boleh masuk atau jadwal langsung tanyakan saja ke Karunya ya?"

"Baik pak"

Sekeluarnya dari Ruang TU dan mengikuti pria paruh baya yang menjabat sebagai kepala ruangan di TU yang bernama pak Roni untuk melakukan orientasi per ruangan. Memperkenalkan diri sebagai pekerja baru di RS tersebut. Banyak bangsal mengharapkan ada perawat baru untuk masuk ke bangsal tersebut. Tetapi sayangnya, pekerja yang baru saja diterima bekerja di sana berprofesi sebagai bidan. Bidan baru tersebut bernama Ayudia Inara, gadis tinggi, berbadan ramping. Bahkan banyak yang mengira dia akan menjadi model bukan bidan.

Selanjutnya kami ke ruangan Instalasi Farmasi dimana tempat obat-obat dan alat kesehatan lain berkumpul. Pak Roni memperkenalkan Ayu kepada Kepala ruangan dan staf-staf yang ada diruangan tersebut dan menjelaskan sedikit tentang ruangan tersebut. Saat sedang asyik menatap ruangan, tanpa sengaja mata Ayu melihat seorang pria yang tampak melihatnya dengan seksama. Begitu mereka saling menatap satu sama lain, pria itu tersadar dan mengalihkan pandangannya.

'Ada yang aneh dengan mukaku?' Tanya Ayu pada dirinya sendiri.

Ayu tidak terlalu memperdulikan pria itu dan lanjut mengikuti Pak Roni, tapi tidak dengan pria itu. Pria yang bekerja sebagai staf Instalasi Farmasi itu bernama Bayu Rizky Maulana. Sejak Ayu masuk keruangannya, Bayu tampak masih mengikuti gerak-gerik Ayu yang mengikuti kemana Pak Roni melangkah.

'Dia seperti anak ayam yang mengikuti langkah induknya' fikir Bayu sambil tertawa kecil.

Tak sadar, ternyata Ayu dari tadi menatapnya dengan tatapan heran. Seketika Bayu mengalihkan pandangannya kearah lain. Ada rasa bersalah dalam hati Bayu, kenapa dia harus mengalihkan pandangan? Kenapa dia tidak memberi senyum saja? Penyesalan selalu datang diakhir. Ketika dia ingin memberi senyum sebagai tanda maaf, ternyata orang yang ingin dia berikan senyuman telah meninggalkan ruangannya.

'Besok kalau jumpa, aku mau minta maaf sama dia' Fikir Bayu.

Seusai 30 menit melakukan orientasi per ruangan. Akhirnya ruangan terakhir yang Ayu dituju adalah ruangan tempat dia akan bekerja perdana sebagai bidan. Ruangan UGD Maternal dan Nifas.

"Assalamualaikum, para bu bidan yang cantik"

"Wa'alaikumsalam, Pak Roni. Ada apa, pak?"

"Tampak aman ruangan hari ini. Tidak terlalu ramai ya"

"Alhamdulillah, masih aman. Kurang taulah kalau pasien kiriman poli nanti siang"

"Itu yang paling menyeramkan ya... hahaha. Hari ini saya mau ngantarin Bidan baru bu"

"Oo inikan adeknya Dina, iya kan? Udah sering kesini jadi udah kenal. Ngikut jejak kakaknya ya kerja disini juga"

"Iya kak"

"Udah kenal... enaklah ini. Jadi untuk kapan mulai bisa kerja dan jadwalnya gimana, bu Vina?"

Bidan berbaju putih hitam dan berjilbab maroon itu bernama Bu Vina adalah Karu UGD Maternal. Ayudia mengenalnya saat dia melakukan praktek lapangan. Seringkali dia melakukan praktek lapangan di RS tersebut saat duduk di bangku kuliah.

"Untuk mulai kerjanya besok saja pak. Kan udah pernah dinas disini pas kuliah jadi tidak perlu keliling ruangan lagi kan?"

"Tidak perlu kak, Alhamdulillah masih ingat"

"okelah kalau begitu saya serahkan sepenuhnya ke bu Vina sama kakak-kakak bidan yang lain. Saya mohon undur diri dulu. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam"

Selepas pak Roni meninggalkan ruangan, Ayu merasakan ada tatapan penuh kekesalan dibelakangnya. Siapa lagi kalau bukan kakaknya, Dina Vinara yang satu profesi dengannya.

"Bagus kamu kerja hari ini? Daripada di rumah nggak jelas kerjaanmu?"

"Kata kak Vina besok kak. Ayu sih mengikuti perintah dengan baik dan benar" seraya tersenyum canggung padahal dalam hati pengen cepat-cepat pulang dari RS.

"Kakakmu iri, yu. Biar nanti pulangnya bisa sama-sama" Sahut Kak Dhea salah satu bidan disana. Ayu pun mengangguk menyetujui kalimat kak Dhea.

"Besok saja, Din. Adekmu capek hari ini habis keliling ruangan-ruangan yang lain dan bentar lagi juga udah waktunya aplusan jadi waktunya terlalu singkat. Untuk Ayu, jadwalnya sebulan kedepan dinas pagi dulu. Kak Vina belom berani langsung kasih dinas sore dengan dinas malam dengan kata lain selama 1 bulan Ayu masih dalam pemantauan kak Vina, tidak apa-apa ya?"

"tidak apa-apa, kak. Justru Ayu senang kalau di izinkan dinas pagi terus" sahut Ayu seraya tersenyum.

"Itu sih memang maumu yu" sahut kak Dina."

"Ya sudah, hari ini pulang, istirahat, besok datang jam 7.00 WIB kayak dinas biasa pas kuliah, ok?"

"Siap kak. Kalau begitu, Ayu pulang dulu. Assalamualaikum"

"Wa'alaikumsalam"

Sekeluarnya dari ruangan UGD Maternal, Ayu langsung menuju keparkiran untuk mengambil motornya. Padahal rumahnya dekat dengan rumah sakit, cukup dengan berjalan kaki juga sampai. Tapi begitulah dia ketika malas di nomor satukan dan sehat di nomor duakan. Sesampainya diparkiran ia melihat salah satu staf yang bekerja di Instalasi Farmasi. Ingin menegur tapi dia lupa namanya siapa? Bukan bermaksud sombong tapi apa daya daripada salah nama, dia memilih untuk tidak menyapanya. Ayu pun fokus mencari motornya yang ia parkirkan.

"Permisi, Ayudia Inara kan?"

Pria itu menyapa Ayu dengan suara berat nan khasnya. Ayu menatap pria tinggi tegap nan tampan dengan bentuk wajah yang tegas menyempurnakan hasil karya Yang Maha Kuasa. Bohong bila dia tidak terpesona dengan pria itu.

"Iya. Saya Ayudia. Kakak yang tadi ada di Instalasi Farmasikan?"

"Iya, namaku Bayu Rizky Maulana. Panggil aja Bayu, aku mau minta maaf soal kejadian tadi di ruangan. Rasa gak sopan kalau langsung mengalihkan pandangan kayak tadi"

Ayu menatap Bayu dengan tatapan tak percaya. Ternyata Bayu tipikal orang yang mudah merasa bersalah dan ceplas ceplos. Padahal Ayu tidak terlalu memikirkan kejadian tadi dan menganggap itu sebagai hal yang biasa.

Ayu tersenyum "Gak apa-apa, bang. Jangan terlalu difikirkan, abang juga pasti gak sengajakan. Tadi sempat mikir yang aneh-aneh juga sih tapi ya sudahlah toh udah terjadi juga"

"Benar gak apa-apa. Aku jadi makin tambah bersalah lho."

"Gak apa-apa. Tenang aja, bang. Aman kok, tidak tersinggung apa lagi tersungging sama sekali" Ayu tersenyum lebar sambil membentuk tanda OK di tangannya. Bayu merasa tenang setelah tahu bahwa Ayu anaknya santai dan enak diajak bercanda. Seketika Bayu teringat dan langsung merogoh koceknya.

"Boleh minta nomor teleponnya? Siapa tahu bisa kontak-kontak kalau ada perlu."

"Boleh"

Ayu langsung mengeluarkan hpnya dari tas dan bertukar nomor hp dengan Bayu. Tak berlangsung lama, Ayu langsung mengundurkan diri, mengambil motornya dan berjalan pulang. Entah apa yang Bayu rasakan. Tapi setelah hilangnya Ayu dari pandangannya, dia terus menatap hpnya yang bertulisan nomor Ayu. Dia pikir akan berjumpa lagi besok, ternyata mereka berjumpa lebih cepat dari perkiraannya.

To be continue...
*Silahkan memberikan kritik dan saran

Doctor And Me [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang